Submitted by Daniel Zacharias on

Sepertinya ini pengalaman banyak orang dan

semua orang pasti pernah mengalaminya. Kecewa

bisa ditimbulkan oleh berbagai sebab.

 

Bayangkan, ketika ada orang yang sudah

dipromosikan untuk jabatan tertentu, namun ternyata batal

dan orang tersebut diganti oleh orang lain yang

menurut perusahaan jauh lebih tepat.

Atau kita belum sempat dipromosikan tetapi ingin

sekali dipromosikan, dan tentu yang berkinginan

seperti ini pasti banyak juga di kantor kita. Tetapi 2

minggu kemudian yang dipromosikan malah teman

kita, atau malah orang yang selama ini jelas-jelas

menentang kita. Pasti kita akan kecewa dan

berusaha untuk menahan kekecewaan kita untuk

tidak dilihat oleh orang lain apalagi oleh dia yang

sedang naik daun. Kecuali kita adalah orang yang tidak suka menutupi sesuatu.

Kekecewaan juga melanda kita ketika kita berpikir

bahwa orang yang kita kasihi pun mengasihi kita

ternyata adalah orang yang diam-diam

menjelekkan kita atau dengan terang-terangan

mengkhianati kita.

Atau kita kecewa karena usul kita ditolak oleh

panitia natal di gereja. Kita kesal dan jengkel

karena usul yang sudah kita pikirkan baik-baik

ternyata ditolak begitu saja tanpa diolah dulu.

Kita juga kecewa karena orang yang kita harapkan

datang di hari yang istimewa ternyata malah

mengurusi hal lain yang menurutnya itu jauh lebih

penting. Padahal diam-diam kita mengharapkan

kedatangannya, sangat!

Ada juga yang kecewa karena produk yang

dilihatnya di iklan ternyata dalam kenyataannya

sangat merugikan. Dan yang tambah

mengecewakan lagi ternyata pemasang iklan tidak

bertanggung jawab untuk produk yang

dipasangnya.

Sementara di beberapa tempat ada yang kecewa

kepada Tuhan karena Ia tidak mengabulkan

doanya seperti yang ia harapkan. Ada yang

kecewa karena 25 tahun melayani hidupnya biasa-

biasa saja sehingga ia harus ‘melacurkan’

prinsipnya untuk menjadi orang lain demi kata

sukses yang diimpikannya.

Kalau ada yang kecewa seperti hal-hal di atas

saya ingin mengatakan bahwa itu hal yang wajar

namun jangan dibiarkan. Analoginya, jika jari anda

teriris benda tajam maka ia akan berdarah. Itu hal

yang wajar tetapi jangan dibiarkan. Kekecewaan

adalah hal wajar namun jangan dibiarkan.

Kekecewaan yang tertahan akan menimbulkan

kefrustasian yang berkepanjangan atau malah

menjadi semacam phobia atau semacam trauma, marah dan benci.

Saya mengajukan tiga saran:

1. Kekecewaan anda sebaiknya ditumpahkan kepada

Allah di dalam doa, sekalipun menurut anda, anda justru

sedang tidak merasa enak dengan Dia.

2. Kekecewaan harus ditumpahkan kepada orang

lain tetapi kepada orang yang tepat. Jangan

sembarangan menceritakan kekecewaan kepada

orang lain, mungkin orang itu tidak tepat, sebab

bisa-bisa malah menambah kekecewaan kita

menjadi semakin besar.

3. Dalam proses hilangnya kekecewaan dari hati, jangan terlalu larut dan cengeng, tetapi percaya kecewa itu juga ada batasnya.

Salam

Daniel Zacharias

Submitted by antisehat (not verified) on Sun, 2008-09-14 08:39
Permalink

kecewa pada tingkatan massal
biasanya membuahkan demontrasi
tau disingkat demo...

dalam demo,
orang menjadi tak terkendali,
LIAR...
DESTRUKTIF...

makanya:
lebih baik mencegah demo
dari pada mengobati demo

berilah generasi ini VISI
yang KONSTRUKTIF...
yaitu:
untuk mengembangkan diri
guna menjadi seperti YESUS

seperti kitab Wahyu
mengatakan:
Umatku liar karena tidak ada wahyu ( visi )

salam dari
team all new
www.antisehat.com

Submitted by clara_anita on Sun, 2008-09-14 14:11
Permalink

Kecewa,
siapa sih yang tidak pernah mengalaminya?

Seorang bayi pun sudah mengalami apa yang dinamakan kecewa..

Apa sih kecewa itu?
katanya sih kekecawaan itu adalah suatu perasaan yang muncul ketika kenyataan tidak sesuai (sebagus, seindah, atau bahkan seburuk) ekspetasi kita...

Jadi kalau mau tidak kecewa
yang tidak usah pasang ekspstasi
tapi juga jangan berhenti berharap dan berusaha agar DIA memberikan yang terbaik sesuai rancangan-Nya, bukan rancangan kita

:)

GBU
anita

Submitted by esti on Sun, 2008-09-14 14:33
Permalink

Halo p Dan,

Salam kenal ya,

Tidak ada orang yang tidak pernah mengalami kekecewaan, tapi bagaimana mengontrol sikap kita ketika sedang kecewa itu yang sulit.

Ada yang: emosi,cuek,kesal,murung gak mau makan, bahkan sampai bunuh diri.

Mau nanya ke p Daniel nih, kira2 sikap yang baik dalam menghadapi kekecewaan gimana ya, soalnya biar sudah berdoa kekecewaan kadang tidak langsung hilang.

Apa asal-usul kita juga bisa mempengaruhi? mis: Kalo orang Jawa, orang Batak, orang Cina, orang Menado,orang Ambon dll.

Salam

Submitted by blessed on Mon, 2008-09-15 12:16
Permalink

saya sendiri sedang kecewa dengan sesama orang Kristen, sampai emosi sudah memuncak .... saya berdoa kepada Tuhan agar hal itu tidak menjadi akar pahit. Berusaha memaafkan, namun setiap memaafkan dalam doa, badan terasa bergetar menahan emosi kekecewaaan dan tetap sulit untuk memaafkan tiap kali mengingat kekecewaan itu. Entahlah, berdoa sambil marah dan masih ada rasa kecewa setiap selesai berdoa .... apakah doa saya tidak dikenan Tuhan?

Namun, itulah cara yang saat ini saya pakai untuk tidak membiarkan akar pahit menghujam hati dan pikiran saya. Masih kecewa berat .... namun, paling tidak, cukup menahan diri saya untuk tidak melakukan dosa lain, yaitu "memberikan" tamparan kepada yang membuat saya kecewa bahkan sampai membuat emosi!