Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kasih: 'I Want to Know What Love is' (5)
Oleh: John Adisubrata
SANTAPAN KASIH
“Mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.” (Yeremia 2:13)
Sebelum peristiwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi pertengahan tahun 1997 di kota Paris, Perancis, yang mengakibatkan kematiannya yang menggemparkan berbagai media di seluruh dunia, almarhumah Lady Di (Puteri Diana) pernah mengutarakan kepedihan hatinya di depan umum: “Ada suatu perasaan tidak berdaya, dan terasingkan, yang mencekam diri setiap orang, yang mengakibatkan mereka merasa tidak mampu untuk mengarungi arus kehidupan modern yang kompleks ini. Pada akhirnya mereka harus mengakui, bahwa di dalam diri mereka ada sesuatu yang kurang, yang menyebabkan hidup mereka terasa hampa dan tidak lengkap.”
Puteri yang sepanjang hidup mudanya selalu dirundung malang tersebut akhirnya bercerai dari calon raja Inggris, Pangeran Charles. Ia merasa gagal setelah berkali-kali berusaha untuk memenangkan kembali cinta kasih suaminya, yang ternyata lebih mengutamakan isteri orang lain dari pada isteri sendiri. Oleh karena itu, di samping kesibukan sehari-hari sebagai seorang ‘celebrity’ yang mempromosikan perbuatan-perbuatan amal di dunia, ia terus berusaha untuk menemukan KASIH di tempat-tempat yang keliru, yang akhirnya mengakibatkan kematiannya yang tragis tersebut. Sampai sekarang peristiwa kecelakaan fatal yang menghebohkan itu terus mengolah spekulasi-spekulasi baru mengenai sebab-musababnya, yang selalu diikuti oleh pelbagai teori isapan jempol.
Yang amat menakjubkan, sebelum perceraian mereka berdua resmi dilaksanakan, pada suatu kesempatan lain bekas suaminya juga mengungkapkan di depan umum perasaan hampa di dalam hidupnya yang senada sekali dengan ucapan Lady Di: “Di tengah-tengah kemajuan pesat ilmu pengetahuan dunia, terasa ada suatu tekanan yang memilukan jiwa, yang terus-menerus mengingatkan, bahwa di dalam hidup ini ada sesuatu yang kurang. Sesuatu amat berarti, yang dapat memberi makna bagi hidup ini.”
Bagaikan Count Leo Tolstoy dan ‘celebrities’ lainnya, yang ternama dan amat kaya di dunia, taraf ‘kebahagiaan’ hidup kedua bangsawan Inggris ini sudah mencapai suatu tingkat yang selalu menjadi idaman setiap orang. Mereka termasyhur, dikagumi, dielu-elukan, kaya dan berkuasa, bahkan pada waktu itu Lady Di diakui oleh masyarakat dunia sebagai salah seorang puteri bangsawan yang cantik dan paling menarik. Karena asal-usul, pengaruh dan kedudukan mereka yang tinggi, selama hidup mereka tidak akan pernah kekurangan. Tetapi semua yang sudah berhasil mereka raih sesuai dengan standar kebahagiaan hidup yang ditentukan oleh masyarakat dunia, tidak bisa menggantikan SESUATU sangat berarti yang masih KURANG di dalam hidup mereka.
Bernard Levine, salah seorang kolumnis yang diakui termahir di dunia masakini, sering kali menyatakan keinginan hatinya untuk memahami misteri kehidupan umat manusia melalui karya-karya penanya. Suatu teka-teki hidup yang biasanya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan spontan di dalam benak pikiran setiap orang: “Apakah yang kita lakukan di dunia ini? Kita berasal dari mana? Ke manakah kita akan pergi? Siapakah sebenarnya kita? Apakah guna hidup ini?” Beberapa waktu yang lalu ia mengakui dengan terus terang, bahwa ia belum berhasil memecahkannya.
Sebuah kolom surat kabar pernah menampilkan salah satu komentarnya yang terkenal: “Negara-negara seperti negara kita (Inggris) dipenuhi oleh penduduk yang memiliki segala kebutuhan materi yang mereka inginkan. Sebagai keluarga-keluarga berbahagia terkadang mereka berdiam diri saja, tetapi tidak jarang mereka juga mengeluh penuh keputus-asaan, karena menyadari, bahwa ada sebuah lubang yang besar di dalam hidup mereka. Betapa pun banyaknya makanan dan minuman yang mereka tuangkan ke dalamnya, betapa pun banyaknya kendaraan-kendaraan mewah dan set-set televisi baru yang mereka sumbatkan di dalamnya, bahkan berapa pun banyaknya anak-anak yang patut dibanggakan disertai sahabat-sahabat setia yang mereka paradakan di tepi-tepinya, semua itu memilukan.”
Jelas sekali, kolumnis yang mengaku bahwa ia bukan seorang pengikut Kristus ini, sedang memperbincangkan ruang yang kedua, ruang kehidupan manusia yang tak terpuaskan. Laksana perut kedua yang terus menantikan kehadiran makanan pokok yang dirindukan oleh setiap orang, yaitu satu-satunya bahan makanan yang dapat mengisi kekosongannya, serta memuaskan kebutuhan diri mereka.
Bukankah Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya sendiri sebagai ROTI HIDUP yang dapat memuaskan rasa lapar yang diderita oleh setiap orang? Bahkan Ia berkata, bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya tidak akan pernah merasa haus lagi. Injil Yohanes pasal yang ke-6 ayat 25-59 membahas secara detil pernyataan Yesus mengenai tema ‘Roti Hidup’ tersebut.
‘Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yohanes 6:35)
Seandainya perkataan Tuhan Yesus tersebut ditujukan kepada orang-orang Asia, tentu Ia akan mengumpamakan diri-Nya sendiri sebagai NASI HIDUP, satu-satunya makanan pokok yang mampu memuaskan kebutuhan diri mereka.
Juga di dalam Injil yang sama pasal 4, dikisahkan pertemuan Tuhan Yesus dengan seorang wanita Samaria di kota Sikhar. Suatu pertemuan yang telah mengubah hidup perempuan yang mempunyai 5 suami dan sedang hidup di dalam dosa perzinahan dengan seorang laki-laki bukan suaminya. Pada waktu ia menimba air dari dalam perigi Yakub, Tuhan Yesus menyapa dan menawarkan kepadanya AIR HIDUP, yang akan menjadi mata air di dalam dirinya dan terus-menerus memancar keluar sampai kepada hidup yang kekal.
Melalui ayat-ayat termashyur yang mengibaratkan diri-Nya sebagai Roti Hidup atau Pemberi Air Hidup, Tuhan Yesus memberi jaminan kepada kita, bahwa Ia-lah satu-satunya KASIH yang selalu dicari-cari oleh setiap orang. Ia menjamin akan memenuhi dan memuaskan ruang kehidupan mereka yang kedua, bagaikan analogi makanan pokok yang dibutuhkan oleh perut kedua setiap orang. Satu-satunya pernyataan paling berani, yang tidak pernah diucapkan oleh para pemimpin agama-agama lainnya sepanjang masa!
Dengan kata lain Tuhan Yesus memproklamirkan, bahwa Dia saja yang mampu memuaskan rasa lapar dan dahaga yang diderita oleh setiap orang! Karena sesuai dengan isi firman Allah, dan terbukti sampai detik ini melalui kesaksian-kesaksian mereka yang sudah ‘lahir baru’, hanya Tuhan Yesus Kristus yang mampu memberi makna dan tujuan hidup yang berarti kepada umat manusia.
Jadi, … apakah sebenarnya makna dan tujuan hidup setiap insan di dalam dunia ini? Apakah guna hidup umat manusia?
‘Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Yohanes 4:13-14)
(Bersambung)
KASIH:‘I WANT TO KNOW WHAT LOVE IS’ (6)
ALLAH ADALAH KASIH
- John Adisubrata's blog
- 4316 reads