Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kasih: 'I Want to Know What Love is' (3)
Oleh: John Adisubrata
KASIH TAK SAMPAI
“Janganlah menyimpang untuk mengejar dewa kesia-siaan yang tidak berguna dan tidak dapat menolong karena semuanya itu adalah kesia-siaan belaka.” (1 Samuel 12:21)
Suatu pengalaman mengenai perjalanan hidup yang tak terpuaskan juga pernah dikisahkan oleh Count Leo Tolstoy, bangsawan Rusia abad ke-19 yang amat termasyhur di seluruh dunia sebagai seorang pengarang buku-buku kesusasteraan yang berbobot sekali. Di antaranya yang paling dikenal adalah: ‘War and Peace’ dan ‘Anna Karenina’. Sesuai dengan catatan ‘Encyclopedia Britanica’, kedua buku tersebut diakui oleh badan-badan sastera dunia sebagai buku-buku Rusia yang paling penting di dunia sepanjang masa.
Tolstoy melukiskan perjalanan hidupnya guna menemukan makna kasih di dalam sebuah buku filosofi yang berjudul ‘A Confession and What I Believe’ (Sebuah Pengakuan dan Apa yang Kuyakini). Buku ‘autobiographical’ tersebut tercatat di dalam sejarah benua Eropah, sebagai salah satu dari buku-buku kontroversiil, yang pada pertengahan tahun 1880-an telah dilarang beredar oleh pemerintah negaranya, karena dikuatirkan dapat mempengaruhi serta meracuni pikiran dan hidup para pembacanya.
Di dalam buku tersebut Tolstoy memulai kisah hidupnya dengan berterus-terang mengakui, bahwa semenjak kecil ia menolak dan menentang secara tegas pengaruh-pengaruh agama Kristen yang diberikan oleh kedua orang tua dan keluarganya.
Sebagai seorang pemuda intelektuil dengan harta warisan yang berkelimpahan, ia menyangka, bahwa makna hidupnya dapat ditemukan di tengah-tengah tempat mesum kota Moscow. Setiap malam ia mencari dan membeli di sana kenikmatan-kenikmatan insani melalui pelayanan para pelacur, disertai usaha untuk memabukkan dirinya sendiri melalui konsumsi minuman-minuman alkohol secara berlebih-lebihan. Dugaannya, … tindakan-tindakan tersebut akan memberi kepuasan pada hidupnya yang terasa hampa. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu!
Lalu Tolstoy berusaha mencari makna hidup di tempat-tempat perjudian ‘elite’ kota tersebut. Dengan mempertaruhkan kekayaannya di atas meja judi, ia berusaha membangkitkan gairah hidupnya lagi. Kembali ia harus mengakui, bahwa segala usaha untuk menemukan damai sejahtera di dalam hidupnya di tempat-tempat maksiat tersebut juga berakhir dengan sia-sia belaka. Tolstoy tetap merasa hidupnya amat kosong!
Semenjak kanak-kanak Tolstoy dan keluarganya selalu menyadari ketrampilannya di sekolah di bidang seni menulis dan kesusasteraan. Oleh karena itu, ia mengharapkan, agar melalui kesibukan-kesibukan yang akan dilakukan setiap hari dengan mengarang buku-buku ceritera fiksi, rasa hampa yang memilukan hatinya bisa teratasi.
Ternyata buku-buku hasil karya penanya mendapat sambutan sangat hangat dari masyarakat Rusia pada masa itu, bahkan diakui sampai sekarang sebagai buku-buku kesusasteraan yang paling berarti di dunia, karena sekaligus dapat melukiskan sejarah negara komunis tersebut dengan akurat sekali. Semenjak diluncurkan untuk pertama kali, mereka terjual dengan laris sekali di negaranya. Bahkan beberapa dari buku-buku hasil karyanya berhasil menerima ‘Awards’ penghargaan yang amat tinggi dari negara-negara lain di dunia.
Melalui kesuksesan penjualan buku-bukunya secara antarbangsa, harta kekayaan yang dimiliki oleh Tolstoy menjadi semakin bertambah. Tetapi di balik kenyataan, bahwa ia sukses, kaya dan termasyhur di Rusia, bahkan di seluruh dunia, Tolstoy juga harus menerima kenyataan yang lain, bahwa hidupnya tetap terasa kosong dan tak terpuaskan.
Lalu Tolstoy menduga, bahwa jawaban bagi semua kekecewaan yang tak henti-henti dialami olehnya, terletak pada pembinaan sebuah rumah tangga yang harmonis. Pada tahun 1862 ia menikahi gadis idamannya, … dan mereka dikaruniai 13 orang anak. Tolstoy sangat mengasihi keluarganya. Ia melimpahi seluruh kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Kesibukan sehari-hari yang dilewatkan bersama isteri dan anak-anaknya, ternyata berhasil mengalihkan perhatiannya dari masalah-masalah ketidak-puasan hidup yang diderita olehnya, kendatipun HANYA untuk sekejab saja!
Di mata para penggemarnya, yang mengenal dia sebagai seorang bangsawan Rusia yang amat kaya dan termasyhur di dunia, Tolstoy sudah berhasil meraih taraf hidup yang tinggi sekali, … yang ‘sempurna’. Padahal kenyataan yang sebenarnya sungguh berbeda, karena hanya dia saja yang mengetahui ‘keaslian’ keadaan dirinya. Tolstoy tetap merasa, bahwa SESUATU yang dibutuhkan untuk memenuhi kekosongan hidup dan menghibur kepiluan hatinya tidak pernah berhasil ditemukan olehnya. Ia merasa dirinya bagaikan sebutir debu tak berarti yang sedang melayang-layang di tengah-tengah kebesaran dan keluar-biasaan alam semesta. Sepanjang hidupnya sebuah pertanyaan selalu terngiang-ngiang di dalam hatinya: “Apakah sebenarnya tujuan hidupku, yang oleh karena kematian tubuhku tidak dapat dimusnahkan?”
Pertanyaan tersebut terus-menerus menghantui batin Tolstoy, sehingga akhirnya hampir saja dia tertipu oleh Iblis untuk membunuh dirinya sendiri, seperti yang dipaparkan olehnya di dalam buku: ‘A Confession and What I Believe’ dengan terus terang sekali!
Nabi Yesaya pernah menegur bangsa Israel karena kebodohan mereka yang telah meninggalkan TUHAN, Allah mereka, dengan menyembah berhala buatan tangan-tangan mereka sendiri: ‘Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: “Bukankah dusta yang menjadi peganganku?” (Yesaya 44:20)
Rasul Yohanes juga memperingati orang-orang percaya di dalam suratnya: “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1Yohanes 2:16)
Sepanjang akhir perjalanan hidup Tolstoy, tak henti-hentinya ia bertanya: “Mengapa hatiku terus-menerus terasa pilu? Apakah sebenarnya tujuan hidupku? Apakah makna kehadiranku di dunia?”
“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” (Pengkhotbah 5:9)
(Bersambung)
KASIH:‘I WANT TO KNOW WHAT LOVE IS’ (4)
BILIK KASIH
- John Adisubrata's blog
- 4330 reads