Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jarum dan Lobang Unta; Merelakan Godot (Bagian II)
"Runtuhan?" Gilbert bertanya. Tidak mengerti.
"Iya. Run. Tuhan." Stephen kembali memandangnya. Tersenyum.
"Run?" Gilbert mengulang bertanya.
"Tuhan." Jawab Stephen.
Gilbert mengulangi lagi,"Run?"
"Tuhan." Kata Stephen lagi.
"Gila kamu!"
Stephen kembali tersenyum,"Bukan kamu yang pertama kali berkata saya gila."
Mereka kembali terdiam. Stephen masih menikmati runtuhannya. Gilbert melamun. Bengong. Terdiam. Apapun yang dia lakukan. Tidak ada yang tahu. Mungkin dia juga tidak tahu.
Gilbert memecahkan hening, seperti biasa,"Godot!"
Stephen terpancing,"Mana?"
"Saya tidak tahu. Saya cuma bilang Godot!" Kata Gilbert tertawa.
Menyadari bahwa dirinya dikerjai, Stephen cuma menggelengkan kepala.
"Saya kesepian. Bolehkah saya memintamu untuk mengajak saya ngobrol?" Gilbert bertanya dengan mimik yang serius.
Jawab Stephen,"Boleh-boleh saja."
"Terima kasih. Sekarang kamu bisa memulai percakapan. Apa saja."
"Saya tidak mau." Stephen berujar.
Merasa dikerjai, Gilbert bertanya,"Loh, katanya tadi boleh?"
"Iya. Kamu boleh meminta. Tapi saya bisa menolak, bukan?"
Benar-benar dikerjai. Gilbert terdiam.
Lima menit berlalu. Enam menit berlalu. Tidak ada seorang pun yang berbicara. Sampai akhirnya Stephen membuka mulutnya. Tidak biasa.
"Apakah menurutmu Godot akan datang?"
Dengan bersemangat karena dia merasa dia terus yang bertanya dia menjawab,"Tentu saja. Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Saya mulai ragu, Gilbert."
"Kenapa ragu? Bukankah kita sudah lama ada di sini, menunggu Godot?"
"Iya, tapi sampai kapan?"
"Sampai Godot datang" Kata Gilbert dengan pasti.
"Kamu tahu dari mana kalau Godot pasti datang?" Stephen kembali bertanya.
"Saya tahu karena saya tahu. Apakah menurut kamu kedatangan Godot hanya kiasan saja?"
"Bagaimana menentukan figuratif atau tidak, Gilbert?"
"Dengan cara memahaminya, Stephen. Bukankah kamu pernah bercerita bahwa perumpamaan unta masuk ke lobang jarum harus diartikan harafiah?"
"Betul. Dan kamu menolak pendapat saya. Itu adalah suatu kemustahilan, Stephen. Tidakkah kamu mengerti?"
"Itu adalah perumpamaan. Lobang Jarum adalah nama pintu gerbang Yerusalem. Sudah banyak ahli teologia mengatakan hal seperti itu. Saya belajar dari mereka."
"Pintu Gerbang Yerusalem dari Hongkong!" Kata Stephen sambil tertawa
"Lah iya. Makanya Unta harus menurunkan bebannya untuk masuk ke pintu itu. Bahkan harus menunduk sampai kadang harus merayap supaya bisa masuk ke pintu itu. Artinya adalah kita harus rendah hati." Gilbert menjelaskan dengan sabar.
"Bebal! Bebal! Bebal! Baca alkitabmu, Gilbert. Murid-murid terkejut mendengar perumpamaan itu. Mereka berkata bahwa tidak mungkin Unta masuk ke lobang jarum. Bahkan Yesus mengkonfirmasikan ketidakmungkinan itu!" Stephen menangkal argumen Gilbert.
"Stephen, ini sudah pernah kita bahas. Saya tidak peduli apakah itu mungkin atau tidak. Pelajaran perumpamaan itu adalah soal rendah hati."
"Mungkin yang harus tertulis adalah jarum masuk ke lobang unta, sehingga kamu mengerti."
"Jangan sesat, Stephen. Jangan pernah menambah dan mengurangi isi kitab suci."
Stephen menghela nafas dan berbisik pelan,"Godot, datanglah segera."
Tiba-tiba ada beberapa orang berjalan di depan mereka. Lalu lalang. Seperti berada di pasar. Bukan. Bukan. Tepatnya seperti berada di bandara. Karena mereka membawa tas, ransel, bahkan koper.
"Stephen, sudah berapa lama kita di sini?"
"Sudah lama. Selama itulah kita berada di sini."
"Saya butuh jawaban yang pasti." Gilbert agak setengah berteriak
"Kenapa kamu mau tahu?"
Gilbert menarik bangkunya mendekati bangku Stephen.
"Lihat orang-orang ini. Apakah kamu mengenali mereka?" Tanyanya sambil berbisik
"Gilbert!" Stephen membentak. Keras sekali. Tapi orang-orang tersebut tetap saja berjalan di depan mereka. Lalu. Lalang.
"Apa?"
"Kamu mengingatkan saya dengan keponakan saya."
"Kenapa bisa begitu?"
"Dia selalu bertanya tentang isi film yang dia dan saya tonton. Padahal kami berdua menontonnya dari awal. Tapi kenapa dia bertanya tentang apa yang akan terjadi?"
"Lalu hubungannya dengan saya?"
Stephen menghela nafas dan berbisik pelan, "Oh Godot. Datanglah segera."
Tulisan berseri ini diinspirasikan dari "Menunggu Godot"
- PlainBread's blog
- Login to post comments
- 3187 reads
@PB: pentas
Pentas perdana di STT SETIA... mereka yg dalam kamp penampungan tahu apa arti menanti.
".... ...."