Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jadilah pembawa kehidupan dan pohon kehidupan
Jadilah pembawa kehidupan dan pohon kehidupan
Nats: Pengkhotbah 7:29
“Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.”
Shalom aleikhem,
Bapak ibu, para sahabat dan poro dulur yang terkasih, ada kalimat bijak dari Mark Twain, yang kira-kira bunyinya sebagai berikut: “Banyak orang penasaran dan terusik akan bagian-bagian Alkitab yang tidak mereka mengerti; namun saya justru terusik dengan bagian-bagian Alkitab yang saya mengerti.”
Beberapa bulan lalu, penulis menerima buku ulasan atas KItab Pengkhotbah atas kebaikan dari Penerbit Our Daily Bread. Buku itu sungguh menolong penulis melihat Kitab Pengkhotbah secara lebih sehat.
Salah satu bagian dari Kitab Pengkhotbah yang mengusik adalah nats di atas:
“Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.”(1)
Apakah makna dari ayat yang penuh teka-teki ini?
Mari kita bandingkan dalam versi ESV:
“This only have I found: God created mankind upright,. but they have gone in search of many schemes.”
Definisi upright dari Merriam-Webster menyebut sebagai berikut:
“upright, honest, and just mean having or showing a great concern for what is right. upright means having high moral standards in all areas of life.”(2)
Dari telisik sederhana tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud adalah bahwa pada mulanya Tuhan menjadikan manusia yang jujur dan hidup dengan hati yang tulus di hadapan Tuhan, hingga lalu mereka mulai sibuk mencari banyak dalih.
Kapankah itu mulai terjadi?
Mari kita tengok sejenak ke Kejadian pasal 2. Pada awalnya adalah suatu taman yang indah. Tuhan dan manusia sering berjalan-jalan bersama mengelilingi taman tersebut. Terjalin hubungan yang begitu karib, dan bahkan manusia seorang diri dapat mengelola seluruh taman Firdaus.
Lalu kita membaca di Kejadian 3, bahwa ular tua atau Iblis memperdayakan perempuan pertama (dengan suaminya tampaknya ikut hadir di situ). Ular itu menyatakan bahwa mereka tidak akan mati namun akan menjadi seperti Tuhan, ketika mereka memakan buah pengetahuan akan yang baik dan yang jahat.
Dan mereka pun memakannya, perempuan itu dan juga suaminya. Padahal banyak sekali jenis buah di taman itu yang Tuhan sediakan dengan limpahnya, termasuk buah pohon kehidupan.
Namun mereka memilih buah pohon pengetahuan. Dan mereka pun dikutuk keluar dari taman, dan mesti mengusahakan tanah yang telah menjadi rusak.
Kisah itu tidak berakhir di sini
Ternyata sepanjang sejarah, manusia memang lebih sering mengutamakan buah pengetahuan ketimbang buah kehidupan.
Dalam berbagai tradisi mitologi kuno, sering diceritakan adanya makhluk alien setengah dewa yang mengajarkan mereka berbagai teknologi, termasuk bertani dan juga membuat kapak dan lembing untuk berperang. Tokoh itu disebut dengan berbagai nama, seperti Annunaki, kalau tidak keliru dalam mitologi Mesopotamia dll.
Namun, benarkah hal tersebut?
Ada sebuah kitab kuno yang tidak masuk dalam kanon, meski kerap dikutip oleh para penulis Perjanjian Baru, di antaranya kita dapat baca dalam Surat Yudas (sebelum Kitab Wahyu). (4) Kitab itu disebut KItab Henokh.
Meski kitab ini agak sulit dilacak tahun persis ditulisnya, namun oleh para penulis PB dianggap sebagai kitab sakral yang layak dibaca pada masa abad pertama M. Ada berbagai versi dari Kitab Henokh, di antaranya yang disebut sebagai Slavonic Book of Enoch, dan juga Ethiopic Book of Enoch.
Bagaimana Kitab Henokh menuturkan hal tersebut?
Kitab Henokh yang kadang juga disebut Book of the Watchers, mengisahkan bagaimana Satan yang jatuh ke bumi, membawa serta banyak malaikat lain yang mengikutinya. Ada disebut nama-nama mereka, termasuk Semjaza dll.
Salah seorang dari mereka (Azazel) mengajarkan kepada manusia membuat pedang dan alat-alat perang lainnya, dan sejak saat itu manusia mulai berperang satu dengan yang lain. “Book of Enoch 8:1–3a reads, "And Azazel taught men to make swords..”(5)
Azazel ini hanya disebut sekali dalam PL dalam hubungannya dengan tradisi melepas seekor kambing ke hutan, kepada Azazel (Imamat 16:26).
Dikisahkan dalam kitab tersebut, bahwa Henokh diutus oleh Tuhan untuk mengingatkan para malaikat yang jatuh tersebut, betapa besar dosa yang mereka buat di dunia, dan hukuman kekal yang menanti mereka.
Memaknai Pengkhotbah 7:29
Bagi penulis, itulah salah satu cara memaknai ayat Pengkhotbah 7:29, yakni bahwa Tuhan menciptakan manusia yang jujur untuk hidup dengan tulus hati dan bergaul karib dengan Tuhan seperti pada mulanya.
Namun manusia dengan segala kepongahannya justru memilih buah pengetahuan, antara lain karena dusta oleh Si Jahat bahwa suatu hari mereka akan dapat menyamai Sang Mahatinggi. Ambisi itu jelas terlihat dalam kisah Menara Babel, ketika manusia berupaya menggapai langit, dan akhirnya Tuhan membuat mereka terserak-serak.
Menara Babel modern
Pada dasarnya, mau tidak mau kita mesti mengakui bahwa peradaban maju kerap membawa pesan terselubung bahwa teknologi dan sains sanggup menjawab semua persoalan manusia dan masyarakat. Benarkah demikian?
Krisis energi dan krisis listrik yang dialami oleh banyak negara kiranya membuka mata kita bahwa utopianisme itu kerap ibarat “jauh panggang dari api.”(3)
Tentunya penulis tidak bermaksud bersikap anti-kemajuan teknologi, namun ada baiknya kita terus mengingat bahwa teknologi sehebat apapun itu sebaiknya tetap pada fungsinya melayani manusia, bukan manusia untuk melayani teknologi. Sama halnya dengan ungkapan Yesus: “Hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat.”
Demikianlah kita mesti bijak menyikapi perkembangan teknologi maju, jangan sampai kita malah menjauhkan kita dari hidup dengan hati yang tulus di hadapan Tuhan.
Jalan yang lebih utama lagi
Dalam 1 Korintus 12:31b, Rasul Paulus menulis kalimat bijak: “Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.”
Kalau hendak dikembalikan ke Pengkhotbah 7:29 dan juga Kejadian 2, maka menjadi jelas bahwa jalan yang lebih utama itu adalah hidup di hadapan Tuhan dengan tulus, jujur, dan bergaul karib dengan Tuhan, sambil belajar menjadi pembawa kehidupan. Dengan kata lain, kita mesti belajar menerapkan buah pohon kehidupan, ketimbang mengejar pengetahuan demi pengetahuan, yang kerap justru menjauhkan kita dari Tuhan.
Bagaimana caranya menjadi pembawa kehidupan? Hendaknya kita belajar merawat kehidupan dengan sikap penuh syukur. Bahasa kerennya : “life bearer.”
Peran “life bearer” secara tradisional biasanya diemban oleh para ibu. Karena itu hendaklah kita belajar menghormat ibu kita, selagi masih hidup.
Dalam Yohanes 15 disebutkan bahwa Yesus adalah pokok anggur yang sejati dan kitalah carang-carangNya, artinya Tuhan justru mengajar kita tidak hanya menjadi pembawa kehidupan, namun juga sekaligus menjadi bagian dari “Pohon kehidupan” itu sendiri. Itulah vocation kita sebagai umat percaya. Malah mungkin dapat kita sebut "Deep Vocation"(6)
Belajarlah untuk menebarkan kehidupan, bukan justru merusaknya.
Ilustrasi. The Tree of Life (7)
Kalau Anda sebagai petani, berkaryalah sedemikian sehingga tanaman dapat terus tumbuh, tanpa harus merusak nutrisi tanah.
Kalau Anda menjadi seorang peneliti, hendaklah Anda berkarya dengan penuh tanggungjawab, jangan hanya sekadar memuaskan harapan para Big Pharma, lalu Anda menciptakan produk yang merusak atau melenyapkan makhluk hidup di bumi.
Memang dalam jangka pendek, terkesan tidak banyak perbedaan dengan cara Anda berkarya, namun dalam jangka panjang itu akan kembali kepada Anda dan keluarga Anda juga.
Penutup
Apapun yang terjadi dalam hidup Anda, berusahalah menjadi pembawa kehidupan, bukan pembawa kematian.
Bapa di surga mengasihi Anda sekalian.
Maranatha.
Versi 1.0: 15 Oktober 2021l, pk. 11:16
VC
Bacaan:
(1)https://biblia.com/bible/esv/ecclesiastes/7/29
(2)https://www.merriam-webster.com/dictionary/upright
(3)The Economist, new topic: The big energy shock. URL: https://www.economist.com/leaders/2021/10/16/the-first-big-energy-shock-of-the-green-era
(4)Ethiopic Book of Enoch. URL: https://www.christiancourier.com/articles/562-did-jude-quote-from-the-book-of-enoch
(5)fallen angels who taught humans to make swords. URL: https://en.wikipedia.org/wiki/Azazel
(6)Be a life bearer, practice as Tree of Life. URL: https://churchonthemove.com/becoming-a-tree-of-life/
(7) Yörük prayer kilim with tree of life design. Early 20th century
url: The 'tree of life' – an enduring symbol (hurriyetdailynews.com)
Dari seorang hamba Yesus Kristus (Lih. Lukas 17:10)
"we were born of the Light"
Prepare for the Second Coming of Jesus Christ:
http://bit.ly/ApocalypseTV
visit also:
http://sttsati.academia.edu/VChristianto
http://bit.ly/infobatique
- victorc's blog
- Login to post comments
- 1497 reads