Submitted by Purnawan Kristanto on
Dalam proses seleksi karyawan, kalau sudah mencapai tahapan wawancara kerja maka orang tersebut sudah mencapai  separuh atau bahkan tiga perempat dari keberhasilan. Jika ada orang yang berkali-kali gagal dalam tahapan ini, maka ada dua kemungkinan: orang tersebut tambah pengalaman atau malah kehilangan Percaya Diri.
Bagaimana sih cara menghadapi wawancara kerja? Jurusnya sebenarnya sederhana saja yaitu berusaha meyakinkan orang yang mewawancarai bahwa Anda memang orang yang mampu dan tepat untuk mengisi lowongan itu.
Supaya dapat menyiapkan diri untuk menghadapi wawancara kerja, maka kita perlu mengenal jenis-jenis wawancara kerja. Setiap jenis wawancara memiliki tujuan, manfaat dan sifat-sifat yang khas.
 
1. Wawancara Tanya Jawab
Ini bisa dilakukan oleh satu orang,saja atau oleh sebuah panel pewawancara. Tujuannya adalah untuk seleksi awal dan mencocokkan data dalam surat lamarannya dan penggalian informasi tambahan melalui wawancara lisan. Wawancara ini bisa dilakukan melalui telepon, tapi kebanyakan dilakukan dengan tatap muka.
 
2. Wawancara Kelompok
Di sini sejumlah kandidat yang sudah lolos pada seleksi sebelumnya dikumpulkan untuk mengikuti diskusi informal. Subjek yang dibicarakan dipilih oleh pewawancara, para kandidat diminta melontarkan pendapatnya, bertanya, atau membuat kesimpulan.
Wawancara seperti ini biasanya dilakukan untuk mencari tahu potensi kepemimpinan seseorang dalam bidang manajerial. Tujuan dari wawancara kelompok ini adalah untuk mengetahui bagaimana interaksi kandidat dengan orang lainnya. Juga untuk mengetahui bagaimana dia menggunakan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya dalam mengalahkan orang-orang lainnya.
 
3. Wawancara Stress
Dalam tipe ini si pewawancara sengaja menyudutkan pelamar dengan kata-kata sarkastik. Tujuannya adalah untuk menguji bagaimana seorang pelamar mengatasi situasi kritis. Selain kata-kata yang tajam, jenis wawancara ini sengaja membuat pelamar menunggu sangat lama. Hal ini untuk menguji kesabaran pelamar.
Terhadap situasi seperti ini, jangan sakit hati. Tahan emosi Anda ketika menghadapi pertanyaan dari pewawancara. Bersikaplah kalem, seolah tidak terjadi apa-apa. Klarifikasi pertanyaan yang kurang jelas bila diperlukan. Ingat, jangan terkesan terburu-buru saat menjawab.
 
4. Lunch Interview
Wawancara dilakukan sambil makan siang. Suasananya lebih santai. Tapi ingat, ini bukan makan siang biasa. Anda sedang diperhatikan. Gunakan kesempatan untuk mengembangkan hubungan dengan pewawancara.
 
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Ada sejumlah pertanyaan umum yang sering dilontarkan saat wawancara. Siap-siap saja kalau ditanya, "Mengapa Anda ingin bekerja di sini? Apa yang membuat Anda tertarik pada perusahaan ini?" Atau bisa jadi cuma pertanyaan sangat ringan, seperti: "Coba ceritakan tentang diri Anda."
Selain itu juga sering ditanyakan alasan seseorang ingin pindah (jika sebelumnya sudah bekerja). Penanya tentu ingin tahu apakah orang itu punya masalah dengan tempat kerjanyasebelumnya atau tidak. Jika Anda memang tidak punya masalah, katakan saja alasannya. Misalnya karena tidak adanya kemungkinan pengembangan atau Anda memerlukan pekerjaan yang cocok dengan keterampilan Anda, atau kantor Anda pindah ke lokasi yang terlalu jauh dan semacamnya.
 
Sebaliknya pun begitu. Kalau memang ada masalah, jujur saja. Tunjukkan bahwa Anda bisa menerima tanggung jawab dan belajar dari kesalahan sebelumnya. Anda perlu menjelaskan masalahnya, tetapi jangan menguraikan posisi bekas atasan Anda dalam terminologi yang serba negatif. Tunjukkan bahwa semua itu merupakan bagian dari proses belajar yang tidak akan mempengaruhi pekerjaan nantinya.
 
Di samping menanyakan kelebihan Anda, pertanyaan juga sering menyangkut sesuatu yang negatif. Umpamanya kalimat, ”Apa kelemahan utama Anda?" Untuk hal seperti ini, bersikaplah positif. Alihkan kelemahan Andamenjadi kekuatan. Anda mungkin bisa mengatakan, "Saya sering khawatir terhadap pekerjaan saya. Kadang-kadang saya bekerja sampai larut malam untuk memastikan pekerjaan telah berjalan semestinya."
Pertanyaan-pertanyaan ringan sampai soal hobi serta olahraga kegemaran bukan tidak ada maksudnya. Dari aktivitas kegemaran ini penanya ingin tahu apakah Anda. orang yang kreatif, punya daya analisis baik, staminanya bisa diandalkan, dan apakah Anda termasuk orang yang mudah bekerja sama. Demikian juga pertanyaan tentang kehidupan di luar pekerjaannya. Ini bukan sekadar pertanyaan mengada-ada, karena dari sini bisa ditemukan suatu nilai tambah seseorang yang bermanfaat untuk perusahaan. Sebagai contoh, orang yang menjadikan atletik sebagai jalan keluar dari stress umumnya lebih sehat, lebih gembira, dan lebih produktif
Submitted by bayem on Wed, 2009-02-04 11:59
Permalink

Mas Wawan ini pengalaman mewawancarai atau diwawancarai?

Boleh juga tulisannya.

There is no fear in love, but perfect love casteth out fear

Submitted by joli on Wed, 2009-02-04 20:14
Permalink

Blog yang menarik Wawan.. sayang baru baca sekarang.. padahal...

hari ini tadi mencoba dan dicobai.. untuk melakukan test wawancara di kantorku.. karena yang bagian recruitment sedang cuti..

ketika melakukan recruitment.. kita berlaku seperti "tuhan kecil".. memilih dan menentukan.. sesuai kebutuhan perusahaan.. belum tentu yang pinter yang di terima.. kadang yang galak dan berkarakter aneh yang lebih disukai untuk posisi tertentu, bisa juga yang pendiam dan teliti yang diterima, meski banyak yang lebih menarik dan supel..

ketika memahami saat kriteria yang diperlukan bertemu dengan karakter yang pas.. jadi lebih mengerti hal keadilan.. lebih belajar tentang saat dan waktu ... juga tahu apa makna jodoh.. 

 

Submitted by Purnawan Kristanto on Thu, 2009-02-05 00:05

In reply to by joli

Permalink

 Betul Cik,

Saat mewawancarai calon karyawan ada perasaan superior, seolah-olah kita yang bisa menentukan nasib dia. Anehnya, ketika diwawancara, saya dulu malah santai sekali. Saya nggak menganggap pewawancara itu sebagai sosok yang menyeramkan. Saya punya prinsip: "Dia butuh kemampuan saya, dan saya butuh duit dia". Kalau dia nggak mau, berarti dia akan rugi besar karena nggak  tahu kehebatan saya.