
Setiap tahun kita merayakan
Natal dalam rumah bercahaya
Pohon-pohon senandungkan kerlap-kerlip
Kandang domba menjadi Gua
Kita lupa atau sengaja
Memilihkan warna untuk Tuhan
Sudah sekian lama
Kita bercermin dalam dusta
Di tengah angin yang tak berkata-kata
Sunyi jiwa kita pada malam
Melintasi bulan dan bintang
Apakah Engkau seperti aku
Menemani sejarah yang berdarah?
Bunga mekar kembali layu
Di sepanjang sepiku
Lilin sudah padam sebelum pagiku
Kau dengarkah nyanyian keluku
Jiwaku milik-Mu, yang memang untuk-Mu
Natal ini adakah selalu meneteskan airmata-Mu?
Aku dan saudaraku yang sering bebal di jalan-Mu
Dengan jendela-jendela dan pintu-pintu
Yang tak pernah tahu bunyi ketukan-Mu
Bumi dan langit semakin bergetar
tak kuat menahan kesabaran-Mu
Tangan gaib-Mu sudah mulai terlihat
Melambai di beranda umurku
Memasuki pekarangan usiaku
Mengambil rekaman hidupku
Dan mulai menguraikan artinya
Natal mengingatkan kita yang sering bebal
Dalam kehidupan di gelombang terjal
Berikan misteri-Mu
Terjemahkan kata-kata-Mu
Sudah terlampau lama kita lupa
Teka-teki yang tersimpan di langit sana
Tertutup awan-awan yang tak pernah berdusta
Siapa bisa melihat airmata-Mu?
Dalam Natal yang berlagu
Kamu dan aku tetaplah debu
Yang sering lumpuh dan terluka
Ketika menyusun mimpi dosa
Siapa bisa melihat sukacita-Mu?
Dalam Natal yang hingar bingar
Di tengah kebun anak-Mu
Yang membawa sekeranjang anugerah
Untuk dibagikan kepada umat manusia
Masihkah jauh hari akhir-Mu
Menjemput kita yang membisu
Menanti anugerah-Mu
Untuk merasakan bahagia-Mu
Dalam musim yang tak pernah sunyi
Dengan nyanyian kasih-Mu
25.12.10