Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ilustrasi dalam Khotbah

violinholic's picture

Berangkat
dari adanya perbedaan daya tangkap setiap orang, Ilustrasi memiliki
peranan yang cukup besar bagi keberhasilan sebuah khotbah. Penyelidikan
modern terhadap otak menunjukkan bahwa sisi kiri otak bersifat
pragmatis dan analisis, sementara sisi kanan otak bersifat meditatif
dan imajinatif. Sebagian besar orang mengembangkan kapasitas salah satu
sisi lebih banyak dari sisi lainnya. Hal ini tentu menyebabkan daya
tangkap setiap orang berbeda. Bagi orang yang lebih mengembangkan sisi
kiri otak, mereka mampu menangkap informasi yang bersifat logika dan
abstrak. Mereka senang mendengar dan memikirkan khotbah-khotbah yang
gamblang dan jelas. Sedangkan orang yang lebih mengembangkan sisi kanan
otak kurang terbiasa berpikir dengan perkara-perkara sulit. Bagi
mereka, mendengarkan khotbah yang abstrak sangat membosankan. Mereka
lebih menyukai perumpamaan dan cerita, yakni gambaran kehidupan yang
dapat mereka ‘lihat’ dengan pikiran mereka. Karena itulah, ilustrasi
dapat memberikan “penerangan” terhadap apa yang pengkhotbah sampaikan,
khususnya bagi mereka yang pola penerimaannya bersifat gambaran.

Ilustrasi
memang diperlukan untuk membuat khotbah menjadi lebih menarik dan mudah
dimengerti, akan tetapi tetap diperlukan keseimbangan antara abstraksi
dan penggambaran. Alkitab mempunyai keseimbangan tentang hal ini.[1]


Di dalam Alkitab dapat kita temukan berbagai macam hukum, sejarah,
peribahasa dan filsafat, juga gambaran dan kisah. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan ilustrasi bukanlah penemuan yang baru. Allah
berkali-kali menyatakan diri-Nya melalui berbagai ilustrasi, misalnya
tipologi, simbol, metafora, dan lain-lain. Dalam pengajaran-Nya pun
Yesus menggunakan berbagai perumpamaan, metafora dan analogi untuk
memperjelas berita-Nya.

Lantas,
apa manfaat ilustrasi? Berikut ini adalah beberapa fungsi utama
penggunaan ilustrasi dalam khotbah: (1) Memperjelas khotbah. Tingkat
kemampuan pemahaman tiap orang berbeda. Dengan menggunakan ilustrasi,
pengkhotbah bisa mengajarkan sesuatu dengan cara yang sederhana. (2)
Menjadikan khotbah lebih menarik. Setiap orang menyenangi cerita.[2]


Dengan menggunakan ilustrasi, pengkotbah mampu menarik perhatian
jemaat. Selain itu, ilustrasi seringkali mampu mendaratkan khotbah
dengan cara yang berkesan. (3) Menghubungkan teologi dengan kehidupan.
Ilustrasi merupakan sarana dalam ‘menduniakan’ sebuah khotbah. Khotbah
yang bersifat abstrak dikeluarkan dan dilabuhkan pada peristiwa
sehari-hari yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami jemaat. (4)
‘Mengistirahatkan’ jemaat. Tidak semua jemaat
bisa berpikir keras dalam jangka waktu yang lama dan dalam pola
penalaran yang rumit. Di sinilah kesederhanaan ilustrasi berperan
“mengistirahatkan” pikiran sejenak, sehingga jemaat bisa berkonsentrasi
lagi pada bagian lain yang membutuhkan konsentrasi tinggi, misalnya
penyelidikan teks yang cukup rumit. (5) Meningkatkatkan tingkat emosi
sebuah khotbah. Dengan menghubungkan teologi dan kehidupan, ilustrasi
mampu mengembangkan intensitas emosional. (6)
Khotbah lebih diingat. Tidak dapat disangkal, mayoritas jemaat
mengalami kesulitan dalam mengingat penyelidikan teks yang rumit.
Namun, seperti yang sebelumnya Penulis katakan, ilustrasi mampu
mendaratkan khotbah dengan cara yang berkesan. Tentunya dengan adanya
kesan tersebut, khotbah lebih mudah diingat.

Ilustrasi
sesungguhnya dapat dikelompokkan berdasarkan profesi, umur, topik dan
sumber. Akan tetapi kebanyakan pengkhotbah tidak memikirkan hal ini,
mereka lebih senang menyesuaikan ilustrasi yang sesuai dengan
khotbahnya. Alkitab merupakan salah satu sumber ilustrasi yang sering
dipakai. Pengkhotbah menggunakan perumpamaan dan kisah yang ada dalam
Alkitab sebagai ilustrasi yang menunjang khotbahnya. Selain itu banyak
pengkhotbah yang menggunakan sejarah (historis) dan biografi tokoh
sebagai bahan ilustrasi khotbahnya. Tak jarang pula pengkhotbah yang
mengutip kata-kata seorang tokoh untuk dijadikan ilustrasi khotbahnya.
Ilustrasi acapkali diambil dari pengalaman pribadi pengkhotbah.
Pengalaman tersebut tidak harus yang bersifat positif (keberhasilan),
tetapi juga negatif (kegagalan). Melalui hal ini jemaat diingatkan
bahwa hamba Tuhan adalah manusia biasa yang juga terus bergumul untuk
bertumbuh dalam Tuhan.

Tidak
dapat disangkal bahwa ilustrasi yang berdasarkan peristiwa sehari-hari
merupakan media yang sangat efektif dalam penyampaian khotbah. Tentunya
karena jemaat menghadapi peristiwa-peristiwa itu setiap hari, sehingga
mereka akan terus mengingat apa yang diilustrasikan. Di sini jemaat
juga dapat belajar tentang Allah dari hal-hal yang tampaknya biasa dan
sepele, yang terjadi dalam keseharian mereka. Ilustrasi juga dapat
berbentuk sebuah anekdot (cerita lucu yang singkat) bahkan dongeng
sekalipun. Apapun sumber dan bentuk ilustrasi, yang terpenting adalah
bagaimana pengkhotbah mampu mengunakan dan memposisikan ilustrasi
tersebut secara tepat.. John Killinger dalam bukunya Dasar-dasar Khotbah
mengatakan bahwa khotbah yang baik biasanya mencapai keseimbangan yang
sehat antara abstraksi dan penggambaran. Sedangkan Dr. H. Rothlisberger
dalam bukunya Homiletika menyatakan bahwa perumpamaan
mempunyai fungsi melayani di dalam khotbah dan tidak boleh menjadi hal
yang utama dalam khotbah. Karena itulah porsi ilustrasi dalam khotbah
tidak perlu berlebihan untuk menghindari ilustrasi yang menguasai
khotbah.

 

Daftar Pustaka

 

Killinger, John. Dasar-dasar Khotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.

Rothlisberger, H. Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.


[1]

John Killinger, Dasar-dasar Khotbah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), h. 122.

[2]

Ibid., h. 125.