Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
“Hi my name is….. and I used to be involved in a homosexual lifestyle."
Hari demi hari berlalu, hariku ditelan banyak kegiatan dan pekerjaan yang tidak tertera dalam Jobdesk ku.
A: “Hi my name is….. and I used to be involved in a homosexual lifestyle."
B: "Hi my name is …. and God delivered me from a dark and heavy addiction to pornography."
C. "Hi my name is…. and before God touched my life I used to be involved in sexual relationships with both men and women."
Yah, begitulah mereka memperkenalkan diri ketika aku memasuki ruangan pertemuan bersama 4 bule bau keju yang baik hati dan tidak sombong, kaya pula penderma.
Kali ini aku membawa mereka ketempat yang aman bagi diriku sendiri, karena tidak perlu menjadi perantara bahasa, walau mereka berasal dari beda bangsa.
Seperti biasanya, ketika Pendeta bekerja, aku mencoret-coret buku kecilku dengan pena. Ada beberapa kutipan yang ku rekam dari kotbahnya:
They shared their stories of how God healed their lives, set them free and now is using them as “wounded healers” to help others find freedom.
God is able.
Three highlight from what their stories reminded us of.
1. As God leads us in being disciples and making disciples we need to be totally convinced that God has the power to change lives. (God is able to change lives.)
2. We are all “wounded healers”. We all have scars that remind us of the grace of God. Listen to what Paul said about the church Corinth- I don’t think we are much different.
1 Cor. 6:9-11 “Do you not know that the wicked will not inherit the kingdom of God? Do not be deceived: Neither the sexually immoral nor idolaters nor adulterers nor male prostitutes nor homosexual offenders [10] nor thieves nor the greedy nor drunkards nor slanderers nor swindlers will inherit the kingdom of God. [11] And that is what some of you were. But you were washed, you were sanctified, you were justified in the name of the Lord Jesus Christ and by the Spirit of our God. (God’s grace makes us able to help others.)
Acara selesai hampir menjelang malam. Setelah mengantar tetamu, ke hotel mereka, aku pulang walau harus mengelilingi Jakarta dimalam hari.
Aku bahagia karena pada akhirnya tamu-tamuku menyimpulkan bahwa symptom ini mendunia. Mereka setuju akan menghubungi nama-nama yang mereka kenal untuk “berkunjung” ke negriku ini, dengan tujuan agar 5 tahun kedepan symptom ini tidak menjadi trend yang begitu trendy.
Sungguh akan terjadi malapetaka jika nanti mereka berfikir bahwa hal ini tidak memiliki side affect samasekali.
Malam itu didoaku, aku bersyukur pada Tuhan bahwa kegiatan yang aku lalui berhasil gemilang. Akupun tidur pulas walau hanya beberapa jam lamanya.
Keesokan harinya, temanku sudah menungguku di YM. Serta-merta ia menanyakan mengapa aku tidak datang pada acara dimana aku mengundangnya, mengapa phonselku tidak aktif, dsb.
Hah?!!!! Acara itu kemarin yah? Bukannya bulan depan?? Setua apakah aku bisa sampai lupa? Atau,… memang setiap langkahku bukan aku yang punya?
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
- erick's blog
- 3026 reads
Radikal dalam Tuhan