Submitted by Waskita on

"Nanti kalau anak kita perempuan mau aku beri nama Dinda Natalia saja". Tiba-tiba istriku berujar. Ah pasti gara-gara tadi pagi dia muntah-muntah nih.

"Hem..., kenapa bukan Asoka saja?", tanya ku. "Natalia saja Mas..., soalnya, kalau beneran jadi, berarti kan waktu produksinya pas masa Natal nih, jadi Natalia kan pas". Rajuk istriku.

"Wealah... Ada tho production date kayak gitu, biasa juga hari lahir yang di kenang, bukanya hari produksi. Kamu ini kok ada ada saja tho Dhik".

"Ya biar, yang penting kan bukan expired date. Namanya juga inovasi Mas. Atau kita janjian saja, kalau nanti hasilnya cewek, biar saya saja yang kasih nama. Tapi kalau cowok, giliran Mas yang kasih nama. Gimana, setuju tidak?" istri ku mencoba mengajukan usulan. "Eh... Tapi Mas, kalau cowok, kira-kira mau kamu kasih nama apa?" tanyanya. "Paijo saja gimana?" jawab ku santai.

"Hlo kok Paijo... Apa alasannya Mas?" tanya istri ku, sambil menatapku heran.

"...gimana ya Dhik, alasan ku sih karena ingin melestarikan nama Paijo, agar tidak punah".

"Sekarang ini kan jarang yang mau memberi nama anaknya dengan nama Paijo. Alasannya sih kedengaran tidak keren babar blas, katrok, ndeso, jadul gitu. Hla kalau terus begini kan nama Paijo bisa punah, lama-lama tinggal sejarah".

"Ya... tapi Mas ..., apa benar sudah mantap? Mbok cari nama yang lain, mosok si thole* dikasih nama Paijo..." nggak rela aku", keluh istriku".

"Nah berarti alasanku tadi benar dong..." jawab ku. "hla itu, buktinya kamu saja tidak mau tho?". "Hla iya, memangnya apa untungnya?" jawab istriku membela diri.

"ya untungnya, nama Paijo bisa lestari", jawab ku. "Ah... Cuma itu? Trus apa untungnya buat anak kita?", balas istri ku.

"ya berarti anak kita ini turut berpartisipasi melestarikan nama Jawa. Nguri-uri kabudayan Jawa". Jawabku yang barangkali sedikit ilmiah.

"Weleh jawaban kok cuma mutar, muter. Trus apa Mas yakin kalau anak kita nantinya sanggup mengemban tugas mulia tersebut?" jawab istriku.

Kali ini aku cuma bisa diam. "Ah sudah lah Dhik, kata simbah, tidak baik mencarikan nama anak sekarang, kita saja belum yakin kamu jadi hamil apa tidak, itu ora ilok. Nanti saja kalau kamu benar-benar telat, kita beli sensitip". Jawab ku.

"He em, siapa tahu cuma masuk angin ya Mas". Sambut istriku menutup obrolan sore itu.

Paijo... Ah, siapa juga yang mau kasih nama Paijo. Kasihan si thole kalau harus menyandang nama itu. Benar kata istriku, tidak sembarang orang sanggup menyandangnya.

Apa lagi dijaman yang katanya modern ini, hanya mereka yang memiliki jiwa bersahaja saja yang akan sanggup menyandangnya.

Shakespeare boleh berkata “Apalah arti sebuah nama”, tapi bagi saya, nama memiliki berjuta makna, dan rasa, serta berbagai konsekwensi di dalamnya.

Paijo... Ah semoga nama itu tak lekang dimakan jaman.

* Thole = panggilan untuk anak laki-laki

get more herbal recipes here
Your Baby Reference

Submitted by hai hai on Mon, 2007-12-17 11:54
Permalink

Mas was, bagaimana kalau ketiganya dipakai saja, di samping itu, masukkan unsur hiteknya, biar keren. Unthung Phaijho Thole. Selain melestarikan anda juga mengembangkannya. Sip Tho?

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by Priska on Mon, 2007-12-17 17:06
Permalink

Blog yang menarik Mas Was, sebagai orang jawa memang harus nguri-nguri kabudayan jawi :). Mmm... kalo' menurutku, nama "paijo" belum lekang dimakan jaman kok Mas. Malah banyak dilestarikan terutama di kalangan anak2 kampusku. Setiap kali memanggil teman akrabnya, anak2 biasa bilang: Hei Paijo... (untuk anak laki2), dan Hei Painem... (untuk anak perempuan). Tenang saja, nama itu sekarang sedikit lumayan "keren" di kampusku :p.

Submitted by Waskita on Mon, 2007-12-17 17:50
Permalink

Yab, Paijo kalau di ambil depannya bisa berbunyi "pay" keren, kalau belakang yang diambil bisa "Jo", "jojo", Djo. Lumayan ngetren juga ...

Submitted by Waskita on Tue, 2007-12-18 12:37

In reply to by Rusdy

Permalink

orang-orang bule di sekitar kantor ku malah suka dipanggil dengan nama Jawa, he...he...he... ada yang dipanggil sutrisno, senthot. Bosku malah senang waktu aku kasih saran supaya namanya jadi Paijo.

Pak Frank, bule yang suka main ke kantorku ternyata jago ndalang (mainin wayang kulit) pernah mentas waktu Salatiga ulangtahun. Gila ndak Mas Rusdy 

Submitted by erick on Tue, 2007-12-18 13:36

In reply to by Waskita

Permalink

Ada orang Jepang yang aku kenal, aku slalu panggil dia "Hasian"

Dia itu..... sangat cocok untuk nama itu.

Waktu dia tanya arti hasian, aku jelasin, cuma dia ga puas. Dia tanya lagi kesetiap orang batak yang ditemuinya.

Setelah paham dengan artinya, dia minta saya selalu panggil dia Hasian.

Benar nama itu seperti doa bagi orang yang memilikinya.

Submitted by John Adisubrata on Tue, 2007-12-18 10:04
Permalink

Hi guys,

Saya dulu penggemar nama-nama orang Jepang. Entah kenapa? Waktu itu saya berkata, kelak jika saya mempunyai anak, saya akan menamakan mereka dengan nama-nama itu.

Tapi waktu giliran punya anak beneran, untung ... pikiran saya sudah berubah. Hanya ... lucunya, anak saya yang engga jadi dinamai seperti itu, senangnya bukan main dengan segala sesuatu yang berasal dari Jepang atau Korea. Pintar lagi bahasa-bahasa tersebut, padahal engga ada yang 'ngajarin di sekolah.

Pendapat saya sih, ... nama harus mempunyai arti yang bisa dimengerti, jangan asal kasi nama. Saya percaya, arti sebuah nama mempengaruhi masa depan pemegangnya. Di dalam keluarga saya, saya satu-satunya anak dari lima bersaudara yang diberi nama yang berasal dari Alkitab.

Di kantor lagi panen bayi, nih. Dari anak-anak yang lahir sejak tiga tahun yang lalu sampai sekarang, 80% dinamai 'Isabella'. Ada 4 bayi! Terkadang sebagai nama panggilan, dan ada sebagai nama kedua. Kata ibu-ibunya, rekan-rekan sekantor saya, nama itu kedengaran bagus banget. Jadi mereka berjanji untuk bersama-sama menamakan bayi-bayi mereka dengan nama itu.

Ada yang baru saja lahir, dan bayinya dinamakan ... 'Lucy'.

Memang kita engga boleh ikut campur, khan itu bukan urusan kita. Tapi memberi nama seorang anak menurut saya mempunyai arti yang penting sekali bagi masa depannya.

Hanya sharing saja, tanpa bermaksud apa-apa.

Syalom,

John Adisubrata

Submitted by Waskita on Tue, 2007-12-18 12:42

In reply to by John Adisubrata

Permalink

Setuju Pak John, nama yang melekat akan memberikan banyak pengaruh terhadap orang yang memilikinya.

Mulai dari yang bersifat supranatural, hingga pengaruh dari tekanan sosial bahkan politik.

Ada tidak ya ilmu soal nama, ilmu tentang keris saja sekarang sudah dibuat, bahkan sudah diakui sebagai ilmu pengetahuan.

Submitted by John Adisubrata on Tue, 2007-12-18 13:14
Permalink

Mas Was,

Mengenai ilmu tentang keris, saya kurang tahu. Tetapi tentang nama, kayaknya ada ilmunya, seperti mempelajari hal-hal yang kuno (Heritage, etc). Dalam hal ini ... sejarah nama-nama. Saya pernah mendengar ditawarkan di universitas sebagai salah satu mata pelajaran. Tapi lupa dengarnya di negara yang mana.

Saya juga pernah mengenal beberapa orang yang mempunyai nama-nama yang agak 'luar biasa', ... di 'luar kebiasaan', seperti: Landep, Simpen, Malem (yang ini saya tahu artinya, ... orang Batak yang lahir di tengah malam), Gendheng, A Su, dan lain sebagainya.

Salah satu contoh saja, orang yang bernama Gendheng, ternyata ... bener-bener sinting orangnya.

Syalom,

John Adisubrata

Submitted by Waskibrit (not verified) on Tue, 2007-12-18 14:14
Permalink

Bagaimana kalau nama anakmu Paijone Waskita Lan Endang. Keren tuh, gak ada yang kayak gitu. Ntar panggilannya Land (pakai d) biar kelihatan modern. Kalau mo dipanjangkan jadi Lantalk... barang berharga di tempat kerja kita dulu

Submitted by Ivon ontA (not verified) on Tue, 2007-12-18 14:23

In reply to by Waskibrit (not verified)

Permalink

Wah jangan sampe dipanggi Landak aja, dan juga kalo dipanggil LAN kan kurang Hi-tech, mending dipanggil Wi-fi,...lebih Hi-tech kan,..

*ngaco mode on

Garwanipun sampun 'isi' toh Pak waskita??

 

syaloom

 

Submitted by Waskita on Tue, 2007-12-18 14:40

In reply to by Ivon ontA (not verified)

Permalink

Dereng mangertos Mas... eh Mbak ...

Wong tadi itu cuma obrolan sore hari.

Tapi ya minta doanya saja.

Kalau nanti namanya Wi-Fi saya takutnya malah anak itu mainnya di Cafe-cafe atau pusat perbelanjaan yang ada akses point gratis. Soalnya kalau di gereja sepertinya blm ada akses point internet gratis. 

Submitted by Waskita on Tue, 2007-12-18 14:36

In reply to by Waskibrit (not verified)

Permalink

Lantalk sepertinya kok familiar banget ya? Wah Waskibrit kamu mengingatkan saya, saya jadi terharu mengenang masa-masa perjuangan kita dahulu. Lantalk ... sekarang mah pakainya YM sama Skype.

Mengenai usulan nama dari mu itu, doesn't work deh. Soalnya kasihan nanti pas urus KTP.

Pegawai Kelurahan: "Namanya siapa?"

Paijo:"Paijone Waskita lan Endang Pak".

Pegawai Kelurahan: "Hla iya nama sampean itu siapa?"

Nah repot kan Waskam? 

Submitted by waskami on Tue, 2007-12-18 16:56

In reply to by Waskita

Permalink

Ya kan tinggal jawab Paijone Waskita Lan Endang. Tidak pakai Pak. Atau anakmu dinamakan Soeharto saja. Asal tahu saja Soeharto memiliki makna yang mendalam. Soeharto menggambarkan orang yang beruntung, terkenal, kaya raya, sukses, merakyat, gagah, setia pada istri suka melestarikan budaya daerahnya dll.

 

Tapi ada juga yang bilang Soe: Kirik
Harto:Harta alias Uang
Jadi Soeharto artinya....

 

dapat diintip di sini atau di sini

Submitted by xaris on Sat, 2007-12-22 13:11
Permalink

Dear Mas KN,
 
Kemarin, dua orang suami dalam dua kesempatan berbeda bercerita pada saya dengan mata berbinar tentang kehamilan istri mereka. Dua2nya memang kehamilan yang sudah lama ditunggu, yang satunya bahkan pernah keguguran. Istri2 mereka memang termasuk sahabat dekat saya dan kata salah satu suami, saya masuk daftar Top 10 yang dikasih tahu. Waktu bercanda soal nama calon anak, saya keinget post ini =)
 
Saya pikir, boleh2 aja kasih nama yang dianggep "ndeso" jaman sekarang ini. Kenyataannya sering dikasih nama bagus2, panggilannya juga lucu2. Charles --> Caca, Grace --> Cece, Mia --> Mintul, Claudia --> Odi. Beberapa hari yang lalu waktu menyusun nama2 untuk diurus pengiriman kartu Season's Greetings-nya saya ketawa ngeliat daftar temen saya untuk satu klien Koreanya. Email address-nya begini: banjir@....com.
 
Saya pernah baca bagaimana nama seorang anak bisa berpengaruh saat dia bersosialisasi dengan teman2nya. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan lebih baik kasih nama yang bagus dalam arti tidak menimbulkan pertanyaan berlebihan terhadap si anak, apalagi sampai menjadikan dia bahan tertawaan, terutama oleh lingkungan sebangsa (kalo beda bangsa kan lain cerita, nama Jawa pasti tetap terasa asing di telinga orang Eropa misalnya).
 
Buat kasus Mas KN, dengan kontroversi seputar nama si tole terutama di jaman ini, gimana kalo biarkan sampai si tole cukup dewasa untuk mengerti keindahan nama "Paijo" dan meng-encourage dia untuk dipanggil begitu setelahnya. Tanpa memiliki kebanggaan terhadap namanya sendiri, si tole bisa musuhan ntar sama Mas KN. Kalo dia sendiri bangga, ngga usah disuruh pun bakal dia ganti. Mungkin Mas KN perlu juga menulari dengan contoh. Ganti nama Mas KN dengan nama2 yang dianggap ndeso itu sehingga si tole belajar sejak dini kenapa harus bangga dengan nama2 itu. Just a thought nih =)
Submitted by hai hai on Wed, 2008-01-09 13:13

In reply to by xaris

Permalink

Mas Was, setelah lama berpikir bagaimana caranya untuk melestarikan nama Paijo, maka waktu dalam perjalanan ke Yogya tiba-tiba aku mendapat ide bagus lalu menyampaikannya kepada istri dan anakku.

Jadi caranya begini. Kami, aku istri dan anakku akan pindah ke gereja Katolik. Dengan begitu maka kami masing-masing dapat menggunakan nama Baptis. Aku akan menggunakan nama Baptis PAIMIN, istriku akan pake nama Baptis PAINEM dan anakku akan pake nama baptis PAIJO.

Nah, dengan begitu maka keluargaku akan dikenal dengan nama keluarga PAI. Say yakin dengan cara itu maka nama PAIJO akan lestari dari generasi ke generasi, karena setiap orang Indonesia umumnya dan orang Jawa khususnya yang Katolik pasti akan memilih nama baptis PAIJO baik demi nasionalisme maupun sukuisme.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak