Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Galery Orang-Orang Kudusku

kurnia's picture

Contoh orang-orang Kristen yang menyebarkan kasih karunia.

Akhir-akhir ini saya melempar pertanyaan ke orang-orang asing - misalnya ke orang yang duduk bersebelahan di pesawat -- setiap kali saya melakukan percakapan: "Ketika saya ucapkan kata Kristen Injili, apa yang muncul dalam pikiran Anda?" Sebagai tanggapan saya mendengar tentang televangelist yang terkena skandal dan aktivis pro-kehidupan (menentang aborsi), atau penentang hak-hak kaum homo, atau proposal untuk melakukan sensor terhadap internet. Tidak sekalipun -- tidak sekalipun -- saya mendengar gambaran tentang aroma kasih karunia.

Walau demikian, sebagai jurnalis, saya mendapat banyak kehormatan untuk melihat contoh-contoh luar biasa dari orang-orang Kristen yang menyebarkan kasih karunia. Mereka adalah orang-orang yang saya harap akan diungkapkan ketika saya bertanya ke orang sebelah bangku saya di pesawat. Meskipun orang-orang ini jarang membuat berita di koran, para pengikutnya melayani dengan setia, menggarami budaya kita dengan Injil. Saya gemetar membayangkan bagaimana jadinya Amerika Serikat tanpa "garam dunia" di tengah-tengahnya.

Saya mengenal dengan baik pergerakan rumah singgah (tempat penampungan gelandangan dan orang-orang terlantar), karena istri saya bekerja sebagai salah satu pekerja. Sekali waktu saya mewawancarai Dame Cicely Saunders, pendiri pergerakan rumah singgah modern, di Saint Christopher's Hospice di London. Sebagai seorang pekerja sosial dan perawat, dia ketakutan melihat cara staf medis memperlakukan orang-orang yang akan mati -- pada intinya, mengabaikan mereka, sebagai tanda kegagalan. Perilaku ini menantang Saunders sebagai seorang Kristen, karena dia tahu bahwa merawat orang sekarat merupakan salah satu tujuh pelayanan kasih dari gereja sejak awal.

Karena tak seorangpun akan mempedulikan seorang perawat, dia kembali ke sekolah kedokteran saat usianya tidak muda lagi dan menjadi dokter sebelum mendirikan tempat di mana orang-orang dapat datang untuk meninggal dengan martabat dan tidak menyakitkan. Saat ini di AS saja ada 2000 tempat seperti itu, sekitar separuhnya memiliki dasar iman Kristen. Dame Cicely percaya sejak awal bahwa orang-orang Kristen menawarkan kombinasi yang terbaik perawatan secara fisik, emosi, dan rohani bagi mereka yang menghadapi kematian. Sekarang dia menghadirkan pergerakan rumah singgah sebagai alternatif cemerlang bagi Dr. Jack Kevorkian dan gerakan "hak untuk mati"nya.

Saya memikirkan ribuan tempat program 12 Langkah yang diadakan di basemen gereja, dan ruang-ruang tamu di seluruh negara, di malam-malam tertentu tiap minggu. Orang-orang Kristen yang mendirikan Alcoholics Anonymous menghadapi pilihan apakah membuat organisasi Kristen yang kaku, atau mendirikannya berdasarkan prinsip Kristiani dan membebaskannya. Mereka memilih opsi kedua, dan saat ini jutaan orang di Amerika memandang model tersebut -- berdasar pada ketergantungan akan "Kekuatan Tertinggi" dan dukungan komunitas - sebagai pertolongan melawan kecanduan alkohol, narkoba, seks, dan makanan.

Saya memikirkan Millard Fuller, pengusaha jutawan dari Alabama, yang masih berbicara dengan lengkingan kebun kapas. Kaya namun merana, pernikahannya di ujung tanduk, dia menuju Americus, Georgia, dimana dia terkena sihir Clarence Jordan, orang Kristen radikal yang mengumpamakan versi Tambalan Kapas pada Injil. Tak lama setelah itu, Fuller melepaskan keberuntungan pribadinya dan mendirikan organisasi dengan tujuan sederhana agar setiap orang di planet layak mendapatkan tempat tinggal yang baik. Saat ini, Habitat for Humanity mengorganisir ratusan ribu relawan untuk membangun rumah-rumah di seluruh dunia.

Pernah sekali saya mendengar Fuller diserang oleh wanita tua Yahudi yang kuatir bahwa uangnya akan diberikan untuk mendukung misi Kristen. "Bu, kami tidak mencoba mengabarkan Injil," Fuller menjelaskan dengan sabar. "Anda tidak perlu menjadi orang Kristen untuk tinggal di salah satu rumah kami, atau membantu kami membangun rumah tersebut. Tapi alasan saya melakukan apa yang saya lakukan, dan begita banyak relawan kami, adalah bahwa kami taat kepada Yesus."

Saya memikirkan Bill Magee, seorang ahli bedah plastik yang terkejut menemukan bahwa di negara-negara berkembang banyak anak-anak menjalani hidupnya dengan bibir sumbing yang tidak terawat. Mereka tidak dapat tersenyum, dan bibir mereka terbuka dengan sinis, menjadikan mereka bahan olok-olokan. Magee dan istrinya mengorganisir program yang disebut Operasi Senyum: pesawat berisi dokter-dokter dan staff pendukung diterbangkan ke tempat-tempat seperti Vietnam, Filipina, Kenya, Russia, and Timur Tengah untuk memperbaiki kerusakan wajah. Sampai saat ini, mereka telah mengoperasi lebih dari 36,000 anak-anak, meninggalkan warisan senyuman-senyuman.

Saya memikirkan Roti untuk Dunia, -- Bread for the World --, sebuah agensi yang didirikan orang Kristen yang percaya mereka dapat menolong orang-orang kelaparan bukan dengan bersaing melawan World Vision, melainkan dengan melobi Kongress untuk kepentian kaum miskin. Atau Joseph's House, sebuah rumah untuk pasien AIDS di Washington, D.C. Atau Pat
Robertson's Operation Blessing yang menjalankan program dalam kota di 35 kota besar, atau program "Save a Baby Homes," dari Jerry Falwell dimana para wanita hamil dapat pergi ke rumah yang menyenangkan jika mereka memilih melahirkan bayi mereka daripada melakukan aborsi. (Sayangnya, kedua program ini kurang mendapat perhatian dibandingkan pandangan politik para pendirinya).

Rousseau
berkata bahwa gereja membuat dilema kesetiaan yang tidak terpecahkan. Bagaimana orang Kristen menjadi warga negara yang baik di dunia ini jika mereka hanya memikirkan tentang dunia yang akan datang? Orang-orang yang saya sebutkan tadi, dan jutaan seperti mereka, membantah argumen tersebut. Sebagaimana ditulis C.S. Lewis, kesadaran terbesar akan dunia lain telah membuat orang-orang Kristen yang paling efektif dalam hal tersebut. "Bidiklah surga maka engkau akan mendapatkan bumi juga. Bidiklah bumi dan engkau tidak akan mendapat keduanya."

 

(PHILIP YANCEY)

Sumber: http://www.christianitytoday.com/ct/1997/february3/7t2136.html

 

--- NOTE ----

Wah, baru tahu kalau di sini gak boleh terjemahin :(
Tapi ya gpp lah, saya ikutin aturan. Sebenarnya cuma pengen koleksi tulisannya Philip Yancey dalam versi yang mudah dibaca (Bahasa Indo).
Salam selalu, thanks for the space.

__________________

Just as i am,

kurnia 

Daniel's picture

translate & paste?

ooo, terjemahan to? lha mana komentar anda sendiri, kurnia?

gimana admin? apakah ini diperbolehkan sesuai dengan policy sabdaspace?

erick's picture

Kurnia, dah lama baru muncul lagi... :)

Hi Kurnia, udah lama baru muncul lagi....

OTTnih, terjemahan elu bagus bgt.

Mau ga terjemahin blog gw not_4_under_18 untuk bernAnthony.

Makasih kalo mau :)

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

Admin's picture

Terjemahan = Salin Rekat (Copy Paste)

Artikel ini ditutup komentarnya oleh Admin karena telah melanggar salah satu Policy SABDA Space yang berbunyi: "Memosting artikel yang bukan merupakan tulisan sendiri. Dengan kata lain, menyalin rekat (copy paste) artikel orang lain, meskipun mencantumkan nama penulis aslinya."

Tulisan di atas, meskipun diterjemahkan oleh Kurnia, tetap saja bukan merupakan tulisan Kurnia sendiri. Yang dilakukan sama saja dengan menyalin rekat tulisan tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Admin sengaja tidak menurunkan tulisan ini untuk menjadi contoh bentuk lain dari salin rekat (copy paste) itu.

Harap menjadi perhatian bloggers semua.

In Christ,

Admin SABDA Space