Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Fenomena Australia: 'Hillsong Church' (3)
Oleh: John Adisubrata
PERUBAHAN HALUAN
Kehadiran ‘tunas baru’ Reuben Morgan di dalam tim utama pemusik Hillsong Church semenjak tahun 1996, tidak hanya membawa suatu hembusan angin sejuk yang baru bagi perbendaharaan lagu-lagu karya mereka, tetapi juga ikut membantu perkembangan dan perubahan arah haluan gaya-gaya irama musik yang mereka produksi.
Album By Your Side, yang diluncurkan tahun 1999 memperlihatkan untuk pertama-kalinya tanda-tanda perubahan tersebut. Album mereka yang kedelapan ini jelas menawarkan suatu gaya musik dan syair-syair lagu ‘praise and worship’ yang berlainan sekali dibandingkan dengan album tahun-tahun sebelumnya. Lagu-lagunya diproduksi dengan ciri-ciri nada yang khas disertai tehnik-tehnik yang amat unik, yang memudahkan para pendengarnya untuk bisa langsung membedakan grup Hillsong Church dari grup-grup pemusik kristiani lainnya.
Album yang memperkenalkan lagu-lagu baru yang amat ‘catchy’ dan tidak kalah hebatnya dari album-album sebelumnya, terlihat mempunyai tujuan ‘cerdik’ sekali, yaitu … untuk sekaligus menjangkau masyarakat dunia, baik orang-orang percaya maupun bukan, dari dua generasi yang mempunyai perbedaan umur amat kontras. Tujuan mereka ternyata bisa mengenai sasarannya dengan jitu sekali!
‘Live recording’ album By Your Side berhasil mengemukakan lagu-lagu pujian dan penyembahan yang tidak bisa diabaikan begitu saja oleh para penggemar musik kristiani, baik oleh generasi yang sudah berumur maupun generasi yang masih muda belia. My Redeemer Lives, This is How We Overcome, You Said, Dwelling Places, What the Lord has Done in Me, dan tak terlupakan lagu klasik Eagle’s Wings, adalah lagu-lagu dari album tersebut, yang sudah berhasil mempersatukan generasi-generasi tubuh Kristus dari berbagai masa tanpa pamrih lagi!
Itulah saat mula-mula masyarakat sekuler dunia juga mulai menjadi tertarik dan ‘terpukau’ oleh lagu-lagu kristiani karya mereka!
Oleh karena banyaknya permintaan dari para ‘turis’ setempat, dan juga orang-orang yang berbondong-bondong datang dari luar negeri untuk mengikuti konferensi yang mereka adakan pertengahan tahun 1999, Gereja Hillsong harus mengadakan konferensi tersebut dua kali seminggu berturut-turut. Konferensi yang biasanya berlangsung setiap hari selama seminggu saja, ternyata harus diulang pada minggu berikutnya, karena ‘venue’ yang mereka pergunakan tidak cukup besar untuk bisa menampung permintaan-permintaan para pengikut konferensi yang datang berduyun-duyun dari seluruh penjuru bumi.
Menyadari kesuksesan perubahan haluan irama-irama musik dan syair-syair lagu karya mereka melalui album By Your Side, mereka memberanikan diri untuk maju selangkah lagi, mempertaruhkan visi mereka dengan mengerjakan suatu proses produksi musik gabungan Gereja Hillsong, yang belum pernah mereka lakukan di tahun-tahun sebelumnya.
Terekamlah pada tahun 2000 album mereka yang kesembilan: For This Cause. Album tersebut merupakan hasil perpaduan kerja sama dua generasi tim-tim pemusik Hillsong Church. Kerja sama antara para pemusik utama gereja di bawah bimbingan Russell Fragar, dan pemusik-pemusik ‘Youth Group’ mereka yang berada di bawah pimpinan seorang Pendeta Muda bernama Marty Sampson. Laki-laki yang masih berusia amat muda ini juga diakui di kalangan dunia pemusik kristiani sebagai salah seorang dari para pencipta lagu-lagu ‘praise and worship’ masakini yang termahir.
Beberapa tahun sebelumnya grup pemusik di bawah pimpinannya dikenal dengan nama Youth Alive - NSW, yang sudah berhasil merekam beberapa album musik kristiani dengan tujuan untuk menarik perhatian generasi muda masyarakat di sekitar mereka, dan kemudian memenangkan kaum muda-mudi tersebut bagi Kristus. Tetapi semenjak awal tahun 2000 mereka mengganti nama menjadi: United, sebuah nama grup pemusik kristiani yang sekarang sudah dikenal di mana-mana. Album pertama mereka yang berjudul: Best Friend, tidak hanya menerima sambutan hangat dari kalangan generasi muda Kristen setempat saja, tetapi juga dari luar benua terkecil ini.
Perpaduan kedua tim-tim pemusik yang berbakat tersebut ternyata melahirkan suatu nada alunan pujian dan penyembahan yang sangat berbeda, yang terdengar amat segar dan ‘berbau’ muda sekali, disertai syair-syair lagu yang manis, orisinil dan sangat relevan dengan keadaan hidup masakini.
Semenjak saat itu kesuksesan Hillsong Church di bidang seni musik ‘praise and worship’ gereja dapat dikategorikan sebagai suatu FENOMENA yang AJAIB SEKALI, yang tidak dapat ditahan-tahan lagi, yang ‘meledak’, melanda, bahkan mempengaruhi dunia musik gereja di seluruh pelosok bumi.
Secara berturut-turut Gereja Hillsong menerbitkan album-album ‘live recording’ berirama segar, yang setiap tahun selalu dipenuhi oleh beberapa unsur-unsur yang lebih baru dan modern. Lahirlah lagu-lagu pujian dan penyembahan yang berhasil mempengaruhi gaya dan irama musik ibadah di pelbagai gereja di seluruh dunia, seperti: You are Near dari For This Cause (2000), Worthy is the Lamb dari You are My World (2001), Made Me Glad dari Blessed (2002), My Hope dan Can’t Stop Praising dari Hope (2003).
Belajar dari pengalaman yang sudah mereka alami sebelumnya, ‘venue’ konferensi Gereja Hillsong tahun 2001 dipindahkan ke sebuah stadion yang amat besar: Sydney Superdome and Sport Centre (sekarang: Acer Arena). Melalui tindakan itu mereka berharap, agar semua orang yang mau mengikuti konferensi yang mereka adakan bisa sekaligus ditampung di sana, karena jumlah para peminatnya setiap tahun terus meningkat dengan pesat sekali. Diperkirakan setiap tahunnya konferensi-konferensi mereka dihadiri oleh lebih dari 21 000 delegasi-delegasi Kristen yang datang dari seluruh penjuru dunia.
Ternyata bukan hanya jumlah para pengunjung konferensi Gereja Hillsong saja yang setiap tahun menjadi bertambah besar, tetapi juga jumlah anggota jemaat gereja mereka sendiri! Tempat ibadah gereja yang selalu mereka pergunakan, yang sudah tergolong sebagai suatu bangunan gedung yang amat besar, megah dan modern, ternyata tidak mampu lagi mengatasi kedrastisan peningkatan jumlah anggota jemaat yang datang beribadah di sana setiap minggu.
Awal tahun 2002, sebuah bangunan baru Gereja Hillsong yang jauh lebih besar lagi, dan yang telah dirancang dengan tujuan agar mereka bisa serentak menampung beribu-ribu orang di dalam ibadah-ibadah mereka, telah dibuka dan disahkan oleh Perdana Menteri Australia, PM John Howard.
Suatu hal yang amat langka telah terjadi di dalam sejarah negara Kangguru ini. Seorang politikus yang paling berkuasa di Australia mau terlibat dengan pembukaan sebuah gedung gereja lokal yang tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan hal-hal yang berbau politik?!
(Bersambung)
FENOMENA AUSTRALIA (4)
‘HILLSONG CHURCH’
NUBUATAN DIGENAPI
- John Adisubrata's blog
- 6515 reads