Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
DUEL
Ia tidak mendengar istrinya yang sedang di dalam kamar tidur menjawab.
Matanya masih mengantuk dan hatinya makin kesal ingat semalam ia kalah banyak di game on line. Hanya seperempat gelas kopi yang diteguknya. Ia mengeluarkan mobil dari garasi. Mesin dinyalakannya.
Ia melihat arlojinya. Sudah pk.05.15 tetapi istrinya belum juga keluar rumah. Padahal ia perlu 40 menit untuk sampai ke gereja. Dia menekan klakson.
Istrinya yang sedang duduk menghadapi cermin terlonjak kaget. Pinsil eyerlinernya yang baru separuh perjalanan selip berbelok ke atas. Dia geram karena make-upnya rusak sehingga harus mengulang dari awal.
Pk.05.25 si suami menekan klakson lagi. Istrinya bergegas keluar dan masuk ke mobil. Pintu mobil dibanting teramat keras tanpa peduli suaminya selalu mengingatkan untuk tidak melakukannya karena mobil mereka sudah lanjut usia. Si suami melirik ke samping. Istrinya duduk tegak dan wajahnya menatap lurus ke depan. Kedua pipinya merah bukan karena blush-on. Bibirnya kering. Suaminya makin jengkel karena dia lupa memakai lip glos. Ia tak suka bibir istrinya tampak kering.
Pedal gas langsung diinjak habis sehingga ban mencicit. Mereka tiba di gereja pk.05.55 tanpa bertukar kata selama perjalanan. Di pintu gereja penyambut jemaat mengulurkan lembar liturgi dan mereka masing-masing mengambil satu tidak seperti biasa mereka hanya mengambil satu untuk berdua.
Mereka duduk di baris bangku terdepan. Sepanjang ibadah berlangsung mereka tidak ikut menyanyi. Waktu acara salam damai mereka tidak saling bersalaman terlebih dahulu tetapi langsung menyalami tetangga di kiri, kanan dan belakang mereka. Mereka duduk kembali dan membuka-buka lembar liturgi untuk melihat persembahan pujian sebelum atau setelah kotbah. Ternyata mereka akan menyanyi setelah kotbah. Tetapi mata mereka terbelalak karena ada salah ketik di situ sehingga yang tertulis adalah "Duel oleh Bpk & Ibu Rahmat".
Si suami menengok ke samping dan kebetulan istrinya sedang memandanginya.
"Duel?" bisik suaminya. "Masa kita mau duel di depan mimbar?"
"Ya nggak lah," istrinya menjawab. "Kamu 'kan sudah duel habis-habisan di game internet sampai lewat tengah malam. Kalau mau duel lagi, nanti selesai kebaktian kamu komplen ke majelis."
Sang suami diam. Namun kemudian berbisik pelan,
"Ah, nggak usahlah. Masa kesalahan kecil dibesar-besarkan?"
"Tapi ini apa tidak bikin kamu malu?"
"Aaaaaaah, aku lebih malu-maluin kok," jawabnya sambil meraih tangan istrinya. Ia melihat istrinya tersenyum sekilas.
Selesai pendeta berkotbah mereka berjalan menuju ke depan mimbar dengan bergandengan tangan. Lagu “We Are the Reason” dalam bahasa Indonesia mereka nyanyikan dengan indah.
Waktu kecil kita merindukan Natal,
hadiah yang indah dan menawan.
Namun tak menyadari
seorang bayi telah lahir
bawa keselamatan untuk manusia.
Waktu pun berlalu dan kita pun tahu
anugerah yang ajaib dari Bapa
yang relakan Anak-Nya
disiksa dan disalibkan
di Bukit Kalvari karena kasih.
Karena kita Dia menderita.
Karena kita Dia disalibkan.
Agar dunia yang hilang diselamatkan
dari hukuman kekal.
Telah kudapat jalan kehidupan
tatkala kubukakan hatiku bagi-Nya.
DAN APA KUBUAT, PUN DALAM UCAPAN,
kuingin memuji Dia.
Puji Dia.
(Jumat Agung 2013)
- Purnomo's blog
- Login to post comments
- 4623 reads
makna
Sdr Purnomo, Terima kasih.
Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari contoh cerita diatas sebagai umat Kristen yang bukan hanya beribadah namun harus memiki hati yang benar di hadapan Allah setiap saat terhadap diri sendiri dan orang lain, untuk juga dapat menjadi contoh yang baik. Puji syukur atas kasih Tuhan Yesus yang dapat memberikan kekuatan bagi kita semua untuk melakukan hal ini bukan dengan usaha diri kita sendiri namun oleh kuasaNya.
Tuhan berkati
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah ( Roma 8:14)