Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dua Minggu bersama Tikus Bangkai
Sudah hampir dua minggu kami hidup bersama bangkai tikus. Penyebabnya sederhana, terlalu malas naik ke loteng. Berharap bangkainya segera menjadi tulang belulang.
Semuanya dimulai sepuluh hari lalu. Minggu pagi itu, aku terbangun dengan kepala pusing. Tidur tidak terlalu nyenyak, bermimpi tentang pekerjaan, sebuah pertanda jelek. Bukan ini pembuat tidurku terganggu, tetapi ada sedikit bau busuk menyusup lewat lubang angin. Tahu sumbernya, tetapi sore kemarin agak malas mencari tikus yang salah makan.
Dua hari lalu kami memasang racun tikus. Waktu salah seorang penghuni mencampur racunnya, seorang penghuni lain tidak setuju, katanya nanti menimbulkan bau busuk.
"Aku yang bertanggung jawab mencari bangkai tikusnya." jawabku penuh keyakinan. Hukuman mati bagi tikus dilanjutkan.
Aku berani bertanggung-jawab karena ada tertulis di kemasan bergambar tengkorok itu, "Tikus yang memakan racun ini akan mengalami gangguan penglihatan sehingga akan mencari tempat terbuka begitu mulai merasakan ada yang aneh."
Tikus di rumah ini benar-benar sudah keterlaluan, sabun batangan di kamar mandipun beberapa kali habis ludes ketika kami lupa memasukkannya ke kotak sabun. Mereka juga suka berseliweran melewatiku setiap malam, terutama bila ngeblog. Seolah-olah tahu apa itu Mozilla Firefox, seolah-olah tahu aku tidak mau repot-repot mengurusi mereka jika sedang memakainya.
Dengan kepala yang sedikit pusing, pagi itu langsung ke dapur. Begitu membuka pintu dapur, tercium bau menyengat. Lalat juga mulai berterbangan di lorong dapur. Bersyukur juga atas lalat ini, mereka memberitahu letak bangkainya.
Lalat-lalat ini membuatku tidak perlu memakai hidung mencari bangkai. Akhirnya menemukan seekor tikus kecil yang sudah menjadi bangkai. Kecewa dan sedikit heran, mengapa hewan sekecil ini bisa menghasilkan bau semenyengat ini?
Aku sering melihat tikus ini, ia sedikit penakut. Dulu sebelum menjadi bangkai ia tidak pernah berani lewat di sampingku. Aku cuma bisa melihatnya dari jauh.
Tidak butuh waktu lama untuk membakar sampah dan memanggang bangkai di atasnya. Agak heran karena setelah 10 menit masih tercium bau busuk menyengat. Lalat juga tidak pergi.
Lalu aku keluar mencari kopi, berharap secangkir kopi hangat membuat pusingku sedikit membaik.
Teori tikus keracunan selalu mencari tempat terbuka, hanyalah iklan racun tikus. Aku sedikit curiga tadi karena lalat tidak berada di dekat bangkai, tetapi di depan pintu gudang yang juga terletak di dapur. Gudang seukuran 1 x 2 meter ini berisi tumpukan rongsokan sampai ke langit-langit.
Hanya memastikan, aku mendekati hidung di depan pintu gudang, terciumlah bau busuk menyengat. Mulai menyesal kenapa tidak mendengarkan keberatan orang.
Hari ini akan menjadi hari bersih-bersih gudang.
Aku membuang kasur yang sudah dua tahun masuk gudang dan berlubang dimana-mana. Lubang hasil pekerjaan tikus. Juga harus menarik rongsokan sofa yang terletak paling bawah, berharap barang-barang di atasnya tidak berjatuhan.
Agak di sudut, sesuatu berwarna kehitaman kelihatan, cukup besar. Dengan tongkat, memastikan inilah bangkai tikusnya. Sangat besar, tiga kali yang pertama tadi. Yang ini yang suka lewat ketika aku ngeblog.
Karena merasa tidak adil kalau bekerja sendirian. Aku hanya membeli racun bukan memasangnya. Teman yang dua hari lalu menyisihkan makanannya untuk umpan beracun akhirnya mendapat tugas mengambil bangkai. Ia melakukannya dengan cara aneh, hanya dengan sarung tangan dari plastik kresek.
Sudah beres, kami berdua membersihkan dapur sekalian mengepelnya. Ada untungnya juga memasang racun tikus, dapur jadi bersih.
Dan ternyata masih ada bau busuk lagi, temanku berkata: "Tikus paling kecil belum mati."
"Yang pertama tadi kecil", kataku, heran juga seolah-olah ia tahu jumlah tikus di sini.
"Ada tiga tikus di sini, satu yang paling besar, satu agak kecil dan satu lagi paling kecil", jawabnya. Aku sebenarnya merasa ada puluhan tikus di sini, tetapi yang kulihat hanyalah yang paling besar yang berani dan yang paling kecil, si tikus pengecut.
Berencana mencari tikus ukuran sedang ini nanti saja, setelah makan siang. Dan sampai sore masih tercium bau busuk di dapur. Tetapi malas membongkar gudang, lalat juga sudah tidak berkonsentrasi di depan pintu gudang.
Ada kemungkinan tikusnya di loteng, karena di kamar mandi ada sebuah lubang besar, satu lembar asbes plafon pecah. Kemungkinan bangkai keluar dari sini. Aku sedang malas naik ke loteng. Tunggu besok saja, setelah ada kepastian sumber bau. Besok pasti lebih menyengat.
Hari Senin, rencana mencari bangkai tidak jadi, ketika pulang hari sudah begitu sore. Terlalu capek mencari bangkai tikus. Bau busuk di lorong sudah begitu menyengat. Ketika menciumnya seolah-olah ada sesuatu yang membuat mau muntah. Sekarang yakin baunya berasal dari loteng.
Dan sampai hari ini, sudah sepuluh hari, aku belum naik ke atas loteng. Pelajaran yang kudapat, tikus ternyata tidak mencari tempat terang untuk mati karena keracunan.
- anakpatirsa's blog
- 49893 reads
Hati-Hati loh keracunan baunya...
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
10 hari bersama tikus
"I can do all things through Christ who strengthen me"
Tikus di Kantorku
_____________________________________________________________
Boleh diliPeduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Bau Bisa Membunuh
Wah, baca cerita Patirsa, aku jadi ingat kisah / kesaksian Bill Wiese dalam bukunya "23 Menit Dalam Neraka (Maksudnya mungkin Hades)". Di situ dia bilang pokoknya di sana tempat dari segala sesuatu yang paling menjijikkan, paling mengerikan, paling baauuuuk. Bahkan baunya pun serasa bisa membunuhnya. Kalau surga itu tempat yang paling indah, neraka pasti kebalikannya, tempat yang paling buruk.
Bersyukur pada Tuhan, Dia sudah memindahkan kita dari kegelapan ke dalam kerajaan terang-Nya yang ajaib.
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,