Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Diskriminasi dalam Definisi?
Anda pernah memerhatikan Kamus Besar Bahasa Indonesia? Ya, kamus besar berwarna merah hati itu, yang kini harganya mencapai seperempat juta itu. Nah, baru-baru ini saya sempat mencari-cari satu lema yang cukup sering ditulis secara keliru, yaitu nas. Kebanyakan kita lebih sering menulisnya sebagai nats daripada nas.
Apa kata KBBI mengenai lema nas ini? Cobalah buka kamus yang bisa dijadikan bantal itu, tepatnya pada halaman 775. Anda akan menemukan dua definisi.
Definisi pertama disebutkan 'perkataan atau kalimat dari Alquran atau hadis yang dipakai sebagai alasan atau dasar untuk memutuskan suatu masalah (sebagai pegangan di hukum syarak)'.
Sementara definisi kedua, nas merupakan teks.
Kalau mencermati definisi di atas, satu hal yang mungkin terlintas di benak ialah bahwa lema nas lebih diidentikkan dengan Alquran daripada kitab suci dalam agama-agama lain. Apakah ini termasuk diskriminasi? Begitulah pertanyaan yang melintas di benak saya. Ya, diskriminasikah ini? Termasuk reaksi yang samakah ini dengan penutupan sejumlah gereja?
Sebelum lebih jauh lagi, saya kira, saya perlu beri penekanan di sini. Sebab saya tidak mau dituduh yang bukan-bukan, seperti kebiasaan yang tampaknya mulai marak di komunitas kita ini. Saya sama sekali tidak sedang menghasut maupun memanas-manasi pihak mana pun.
Mari kita melihat dari aspek kebahasaan saja, tanpa motif-motif lain.
Bagi yang bersikap serabutan, bisa jadi KBBI dianggap terlalu diskriminatif. Betapa tidak, kata nas juga sering disebut-sebut dari balik mimbar di berbagai gereja. Ini fakta. Lalu mengapa hanya disebut sebagai dari 'perkataan atau kalimat dari salah satu kitab agama tertentu'?
Maka bagi yang berpandangan seperti itu, saya hanya bisa menghimbau untuk belajar lagi. Ini ranah bahasa yang memang tidak sesederhana yang kita bayangkan. Kajian etimologi jelas bisa membantu membuka wawasan.
Nah, bagi yang bersikap bijak, tentu akan menjawab tidak.
Setidaknya ada dua kemungkinan yang muncul. Pertama, bisa berkenaan dengan lingkup pengetahuan yang memberi definisi. Bila pemberi definisi berasal dari kalangan non-Kristen, kecenderungan untuk menyebut kitab sucinya jelas terbuka karena wawasannya hanya dalam konteks tersebut. Kedua, kalau melihat dari asal-muasalnya, bisa disebutkan bahwa nas merupakan kata serapan. Kata ini berasal dari bahasa Arab. Oleh karena mayoritas masyarakat Arab beragama Islam, tidaklah mengherankan kalau pemahaman mereka mengenai kata nas ada dalam lingkup kepercayaan luhur mereka itu.
Lalu, apakah KBBI kita itu masih dapat disebut diskriminatif? Sekali lagi saya katakan, tidak. Buktinya, ada begitu banyak lema yang berasal dari lingkup kekristenan yang terdaftar di dalamnya. Kalau Anda mau iseng, coba saja hitung ada berapa banyak kosakata Kristen di dalamnya. Salah satu yang secara spesifik berkenaan dengan kekristenan diberi kode Kris alias agama Kristen setalah lema dan cara pelafalan kata.
Bagaimanapun, KBBI kita memang bukan tanpa cacat cela. Revisi terus dilakukan, mengingat saat ini edisi yang beredar adalah edisi ketiga. Bukan tidak mungkin ratusan kosakata lain akan menyusul di dalamnya, seiring maraknya penggunaan engdonesia atau Indonenglis itu. Tentu saja definisi yang tercantum di dalamya pun akan mengalami revisi pula.
Tidak, tidak, tidak ada diskriminasi, sejauh yang saya ketahui. Titik.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
- Indonesia-saram's blog
- 13625 reads
Kalau anda yang menulis, pasti berbeda
Bung indonesia-saram,
Saya cuman punya Kamus Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Porwadarminta terbitan tahun 1985. Waktu saya beli harganya baru Rp. 14.375,-
Harganya murah banget, panas saja ketika saya cari, saya tidak dapat menemukan kata Nas. Saya setuju dengan anda, para penulis kamus juga manusia. disamping itu, kata tersebut memang lebih banyak digunakan oleh umat muslim. Kebanyakan umat kristen lebih suka memakai kata ayat. Nah, kalau anda yang menulis Alkitab, pasti penjelasannya akan lebih luas.
salam
hai hai
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
KUBI
Kamus yang Saudara sebutkan pastilah Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI). Kamus ini memang relatif lebih murah daripada KBBI. Meski relatif murah, sekarang saja harganya seratusan lebih. Karena bersifat umum, tentulah tidak sekomplit KBBI. Tapi tetap baik untuk digunakan sebagai sarana belajar.
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
rekomendasi
sedikit intermezzo: buat bung-bung semua yang tertarik dengan kamus, saya rekomendasikan satu buku bagus untuk anda, judulnya "Professor and the Madman" (sudah diterjemahkan dengan enak oleh penerbit serambi) karya Simon Winchester.
itu buku berkisah tentang kisah penulisan kamus oxford yang terkenal itu. nah, beda dengan penulisan kamus KBBI apalagi thesaurus indonesia, kamus oxford ternyata ditulis dengan melibatkan seluruh masyarakat yang berbahasa inggris, bahkan salah satu kontributornya yang paling aktif (yang menjadi tokoh utama di buku yang ditulis dengan gaya novel ini) ternyata adalah pasien rumah sakit jiwa!
tapi sebagaimana yang ditulis di backcovernya, buku itu bisa menjadi semacam kritik atas 'kediktatoran' tim penulis kamus di indonesia atau juga tim perumus eyd yang kaku itu. baca deh, bagus kok (saya bukan karyawannya serambi loh, jadi ini bukan promosi agar beli, pinjem juga gpp, ga tebel kok bukunya hehe)
Pinjam
Wah, kalau begitu saya pinjam dong? Bagaimana saya bisa menjumpai Anda? Anda ada di mana?
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Buku Ini aku Pinjam
Wah,
jadi ingat lagunya Iwan False .... Buku ini aku pinjamÂ
salam
hai hai
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Ada Potensi Kalau Bahasa Indonesia Bisa Menjadi Lingua Franca