Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dialah Mama-ku
Mama ku itu orang hebat. Dia akan merelakan apapun yang dia punya, yang dia banggakan dan yang dia perjuangkan hanya untuk menerima panggilan Tuhan dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Sandangan pegawai negeri ditinggal, kerja di perusahaan besar dengan gaji yang besar dan fasilitas yang memadai tidak membutakan mata-nya untuk berkata "Ini aku Tuhan, utuslah aku". Mengapa kesannya seperti kurang perencanaan tetapi kok berhasil?
Mamaku itu orang sukses. Sudah banyak orang yang dimuridkan dan sekarang sudah jadi orang besar, berani ambil resiko dengan tantangan untuk membuka pelayanan baru bagi anak-anak yang sampai sekarang masih eksis, menjadi tempat curhat di gereja terutama bagi kaum ibu dan para remaja putri sehingga banyak masalah pelik berhasil lolos dari kehancuran.
Mamaku itu sangat murah hati. Dia selalu menyediakan tumpangan untuk semua tamu yang datang untuk menginap, untuk saudara-saudara dari kampung yang pengen sekolah di Jawa, bahkan harus menyekolahkan mereka. Mencari relasi sana-sini untuk membantu orang-orang di pinggiran sungai code Jogyakarta memperoleh baju dan pendidikan, memberi makan hamba-hamba Tuhan yang tinggal di rumah-nya walau dalam keadaan sangat kekurangan, tidak meminjamkan uang kepada orang yang butuh tetapi memberikannya saja kalau dia mampu.
Mamaku itu sangat terampil. Dialah guru paduan suara ku yang ngajarin aku baca not sampai aku bisa ngajarin orang sekarang ini, dialah guru merenda yang ngajarin aku dan kakakku sampai bisa jadi kerja sampingan yang menghasilkan uang, dialah guru ngetik yang t-o-p b-g-t sampai aku bisa ngetik seperti sekarang ini, dialah penerjemah keluarga yang nerjemahin surat dan tamu dari luar negeri, dialah sekretaris pribadi babe yang bikin kerjaan babe teratur dan gak seperti sekarang ini, dialah asisten pribadi studi bapakku sehingga bapak bisa meraih gelar pasca sarjana walaupun kemampuannya sangat terbatas, dialah penopang keuangan keluarga ketika bapakku tidak memiliki penghasilan cukup sewaktu jadi perintis jemaat.
Aku mengingat mama ku, selalu mengingat dia. Aku pengen seperti dia... apa aku bisa?
Tumbuh Bersama, Satu Hati, Memenangkan Jiwa
- Anie's blog
- 5712 reads