Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Purnawan Kristanto's picture

Cinta bertepuk sebelah tangan, siapa yang mau? Semua orang ingin cinta kita mendapat tanggapan yang positif. Tanggapan yang kita harapkan adalah orang itu menyambut cinta kita. Kalau tidak, dunia ini akan runtuh.

Hal ini seperti yang terjadi di Medan. Seorang polisi kasmaran pada seorang gadis. Hanya beberapa hari setelah berkenalan, sang polisi memutuskan untuk melamar gadis pujaan hatinya. Tapi apa hendak dikata, sang gadis menampik cintanya. Si polisi tidak bisa menerima penolakan ini. Akhirnya dia bertekad, “Kalau aku tidak bisa menikahi gadis ini, maka tak seorang pun yang boleh menikahinya.” Dia mengambil pistolnya dan menembak gadis malang ini. Setelah itu, polisi ini menembak dirinya sendiri.

Pada Yohanes 13:1-5, kita membaca tentang cinta kasih yang dibalas dengan pengkhianatan. Seperti pepatah “air susu dibalas dengan air tuba”. Kisah ini dimulai dengan tradisi pembasuhan kaki. Pada zaman dulu, tamu-tamu yang datang pada sebuah pesta biasanya akan dibasih kaiinya lebih dulu sebelum masuk ke alam ruangan. Pada waktu itu, orang biasanya memakai semacam sandal jepit. Sedangkan jalan yang harus mereka lalui dipenuhi dengan pasir dan debu. Alhasil, kaki mereka akan sangat kotor dan tidak layak masuk dalam rumah orang.

Itu sebabnya, di dekat pintu masuk rumah biasanya tersedia gentong besar bersisi air. Kalau tuan rumahnya orang biasa, tamu mencuci kakinya sendiri. Tapi kalau tuan rumahnya termasuk orang terpandang, maka ada budak yang bertugas mencuci kaki. Setelah pembasuhan kaki, orang itu masuk dan makan bersama.

Cara makan orang waktu itu adalah dengan setengah tidur (rebahan) dengan bertopang pada tangan kiri. Para tamu makan sambil mengobrol. Makan roti dalam satu meja adalah simbool persahabatan, kedekatan dan kesetiaan. Coba bayangkan pesta makan pada waktu itu.

Mungkinkah Yesus dan 12 murid makan dalam satu meja? Tidak. Satu meja, biasanya hanya muat untuk 2-3 orang saja. Dengan demikian ada banyak meja dalam ruangan itu. Setidaknya empat meja. Pertanyaannya, siapa saja yang duduk semeja dengan Yesus? William Barclay pernah membuat rekonstruksi imajinatif, bagaimana kira-kira Yesus duduk semeja dengan sebagian murid-Nya. Ia memilih murid yang dikasihi-Nya “Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya” (Yohanes 13:23). dan Yudas! Lho kok bisa?!! Penjelasannya ada di ayat 27: “Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera" (Yohanes 13:27 TB).

Penjelasannya begini: Yesus bisa berbicara kepada Yudas saja, sedangkan murid-murid yang lain tidak mendengarnya. Sehingga mereka mengira Yudas yang dipercaya sebagai pemegang kas itu pergi untuk berbelanja. Dengan demikian kita bisa mengatakan Yesus tetap menjadikan Yudas sebagai sahabat! Ketika memulai Perjamuan Paskah ini, Yesus sudah mengetahui bahwa “waktunya” untuk menderita dan masti sudah datang. Ia juga sudah mengetahui sebelumnya siapa yang menjadi “pengkhianat”nya. Meski begitu, dia tetap mengasihi murid-murid-Nya. Bayangkan, betapa besar kasih yang ditunjukkan Yesus.

Dia tahu bahwa Yudas akan mengkhianatinya, tapi dia tetap memberi tempat terhormat kepadanya. Yesus tahu bahwa Petrus akan menyangkalinya dan murid-murid-Nya akan akan kabur, tapi Yesus tetap menunjukkan cinta dengan membasuh kaki mereka. Bagi Yesus, cinta itu tidak pernah salah, sebab bukan didasarkan pada prinsip “karena”. “Aku mencintai dia karena tampan”; “Aku mengasihi dia karena dia pintar”; “Aku suka pada orang ini karena ramah.” Yesus menganut prinsip “cinta yang meskipun”

• Meskipun Yudas akan mengkhianati Aku, aku tetap mengasihi dia.

• Meskipun Petrus akan menyangkali Aku, aku tetap mengasihi dia.

• Meskipun murid-muridku yang lain akan kabur untuk menyelamatkan diri, aku tetap mengasihi mereka.

Pernah disampaikan pada kebaktian remaja, GKI Klaten, 11 Februari 2007

__________________

------------

Communicating good news in good ways