Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Change ‘Ur Thinking, God Change ‘Ur Future
Change ‘Ur Thinking, God Change ‘Ur Future
Apa yang teman-teman muda bayangkan tentang diri teman-teman 5-10 tahun ke depan? (Cita-cita … Impian …) … Kawin? Punya Anak?
[ … sharing … ]
Percaya atau tidak, kira-kira lima hingga sepuluh tahun ke depan kita gak akan jauh dari apa yang sedang kita impikan sekarang ini. Gak percaya? Contoh sederhana ya …
Baru ada ujian .. lalu kita terima raport … Sebelum ujian, apa yang kita bayangin tentang nilai yang akan kita dapatkan? Dapat A? Atau … yah C aja udah syukurlah. Ya udah, nilai kita gak akan jauh dari segitu. Kenapa? Karena kalau kita punya impian dan harapan dapat A, maka kita akan belajar seperti seseorang yang mau punya nilai A. Dan pasti berbeda cara belajar seseorang yang mengimpikan dapat nilai A, dengan seorang yang hanya memikirkan: “Yah, dapat C juga dah lumayan lah”.
Masalah kita itu bukan ada di “kita yang gak punya impian, bukan itu.” Setiap kita pasti punya impian. Jadi masalah kita? Kadang kita gak berani memimpikan sesuatu karena kita pikir kita gak bakalan bias mewujudkan impian itu jadi kenyataan.
Takut ditertawakan orang lain: “Emang lu piker sape lu!”
Takut karena bahkan belum pun ditertawakan orang lain, kita sudah lebih dulu menertawakan diri kita sendiri: “Ah, siapa saya sehingga bisa seperti itu?”
Kabar baik dari Tuhan adalah Allah punya impian besar buat hidup kita: supaya kita semua tahu dan mengerti bahwa Dia menganggap diri kita semua itu seberharga itu. Dan untuk mewujudkan impian-Nya, Dia rela melakukan apa saja bagi kita (Bukankah ini makna Natal yang sebenarnya).
Tema kita hari ini agak sok inggris ya, yang artinya: …. Dan itulah yang Tuhan lakukan dalam pembacaan Alkitab kita hari ini: Jika kita mau mengubah cara berpikir kita, Tuhan bisa mengubah masa depan kita.
Ada yang mau share tentang hal-hal apa saja yang bisa membuat impian kita terhambat?
Tiga hal yang mau kita renungkan hari ini dan ini penting sekali:
Mari kita memerhatikan nama-nama ini (ayat 3-6)
Istri Uria …
Siapa dia? Betsyeba. Kenapa Matius menuliskan “istri Uria” bukannya langsung menuliskan Betsyeba? Orang mungkin akan lupa kalau Matius menuliskan Betsyeba, tapi … karena Matius menuliskan “Istri Uria” … semua kita akan ngeuh dengan “peristiwa itu” pasti.
Tengoklah Ruth.
Siapa dia? Ruth kan “bukan orang kita” (kalau kata orang Israel mah gitu)
Siapa dia? Pernah di cap sebagai “perempuan sundal”
Atau meliriklah pada Rahab.
Siapa dia? Pernah di cap sebagai “perempuan sundal”
Intinya satu:
Mereka adalah orang-orang yang sangat-sangat mungkin berpikir bahwa hidup mereka itu gak punya masa depan sama sekali … hancur sudah hidup mereka dengan semua sejarah yang pernah tercatat dalam hidup mereka.
Lalu kenapa justru nama-nama mereka tercantum dalam silsilah Yesus?
Tema kita hari ini menjawabnya:
Mereka membebaskan diri dari belenggu masa lalu mereka yang kelam, mereka mengubah cara berpikir mereka, mereka mengubah kehidupan lama mereka … dan hasilnya Tuhan mengubah masa depan kehidupan mereka.
Mari kita memerhatikan ayat 7-11,
raja-raja Israel sebelum pembuangan.
Salomo -> Rehabeam -> Abia -> Asa -> Yosafat -> Yoram -> Uzia -> Yotam -> Ahaz -> Hizkia -> Manasye Amon -> Yosia -> Yekhonya.
Maka kita akan mendapati pola yang menarik ini:
Salomo (+) -> Rehabeam (-) -> Abia (-) -> Asa (+) -> Yosafat (+) -> Yoram (-) -> Uzia (+) -> Yotam (+) -> Ahaz (-) -> Hizkia (+) -> Manasye (-) -> Amon (-) -> Yosia (+) -> Yekhonya (-)
- Ayah yang jahat memiliki anak yang jahat (seperti Manasye punya anak Amon misalnya)
- Ayah yang baik memiliki anak yang jahat (seperti Yosafat punya anak Yoram)
- Ayah yang jahat memiliki anak yang baik (seperti Yoram punya anak Uzia)
- Ayah yang baik memiliki anak yang baik (seperti Uzia punya anak Yotam)
Tuhan memberikan kehendak bebas kepada kita untuk memilih bagaimana kita menjalani hidup kita ini. Tidak peduli latar belakang keluarga kita itu bagaimana, kita semua punya kesempatan untuk memilih untuk jadi orang baik atau orang jahat.
Yang terakhir, ayat 16, tentang Yusuf dan Maria
Dalam hidup kita akan selalu berhadapan dengan orang-orang yang mengatakan: “itu mustahil. Impossible!”
Yusuf menjadi ragu ….
Maria berkata “bagaimana hal itu mungkin terjadi?”
Kalau mereka tetap berada dalam “posisi impossible” itu, Tuhan mungkin akan mencari orang lain yang percaya bahasa “bagi Tuhan tak ada yang mustahil”.
Ubahlah cara berpikir “impossible” dengan cara yang sederhana: sematkan tanda petik (‘) … I’m possible. Bukan karena kita, tapi karena Tuhan yang membuat segala sesuatu yang baik untuk masa depan kita itu menjadi “possible”.
http://gerryindrapratamaatje.blogspot.com/
- Gerry Atje's blog
- Login to post comments
- 5761 reads
God's will
saya pikir.. gak ada yang namanya kehendak manusia.
positif atau negatif, semua diatur Tuhan.
GD _ Bls _ yu