Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bersikap Layaknya Orang Kristen yang Benar

sarlen's picture

Angkatan
yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada
mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus.

(Matius 16 : 4)

Sejarah
kehidupan orang-orang yang beriman kepada Kristus, semenjak masa-masa
awal sebelum kelahiran Tuhan Yesus, telah diramaikan oleh keberadaan
orang-orang Farisi, orang-orang Saduki, dan juga para imam atau
ahli-ahli Taurat.

Perkembangan kehidupan Kekristenan pada saat
ini, tidak terlepas dari adanya ketiga kelompok masyarakat ini, karena
pada prinsipnya, mereka juga percaya kepada Allah.

Akan tetapi,
iman kepercayaan mereka kepada Allah, hanya dilandaskan pada konsep
prinsip-prinsip keimanan yang belum diperbaharui dan digenapi oleh
Tuhan Yesus, karena memang pada dasarnya, mereka tidak percaya kepada
Kristus.

Hal ini terlihat dari munculnya suatu anggapan dari
mereka, bahwa mukjizat-mukjizat yang dihadirkan oleh Tuhan Yesus,
merupakan mukjizat yang berasal dari Setan, dan bukan dari Allah.
Anggapan itu ada, karena mereka takut, banyak orang akan beralih
percaya, datang dan mengikuti Yesus.

Besarnya pengaruh kehidupan
yang dapat dirasakan banyak orang oleh karena karya Tuhan, yang membuat
banyak orang lebih memilih untuk menerima, datang serta menjadi
pengikut Yesus, membuat orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan para
imam menganggap Tuhan Yesus sebagai penghalang keberadaan mereka dalam
kehidupan masyarakat, hingga akhirnya mereka berencana untuk
menyingkirkan Tuhan Yesus.   

Hati mereka didegilkan, sehingga
mereka tidak percaya pada suatu kenyataan, bahwa kehadiran Yesus di
bumi ini, merupakan penggenapan janji Allah tentang kedatangan
Juruselamat manusia, yang membawa sukacita dan karya-karya besar Allah,
sehingga semakin banyak lagi orang yang percaya.

Dalam beberapa
kesempatan, mereka datang menemui dan berbicara kepada Tuhan Yesus
untuk mencobaiNya. Usaha untuk mencobai Tuhan Yesus, dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan Yesus, yang
tujuannya untuk menjebak, dan pada suatu saat nanti, bisa mereka pakai
sebagai alat untuk menghasut banyak orang, sehingga mereka bisa membawa
Tuhan Yesus ke muka pengadilan.

Usaha untuk mencobai Tuhan
Yesus, tidak hanya dalam bentuk pertanyaan semata. Pada suatu
kesempatan pertemuan dengan Tuhan Yesus di sekitar tepian pantai danau
Galilea, para pemuka agama tersebut, mengajukan permintaan kepada Tuhan
Yesus, untuk menunjukkan adanya tanda dari sorga.

Kemudian
datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka
meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka.

(Matius 16 : 1)

Yesus
melihat niat tidak baik mereka itu. Dengan bijaksana Tuhan Yesus
memberikan jawaban, bahwa mereka mampu untuk meramal bagaimana keadaan
cuaca dengan melihat keadaan langit, namun pada sisi yang lain, mereka
sendiri tidak mampu untuk membaca berbagai “tanda-tanda zaman” yang
dapat dilihat dari kegiatan pelayanan dan adanya mukjizat kesembuhan
yang dilakukan Tuhan Yesus.

Segala cara memang mereka lakukan
untuk mencari kelemahan atau hal-hal yang bisa menyudutkan Tuhan Yesus,
sehingga mereka dapat menyebut Tuhan Yesus sebagai Pribadi yang bukan
datang dan diutus oleh Allah.

Tanpa kita sadari, kita juga
pernah bersikap seperti orang-orang Farisi dan Saduki itu. Meskipun
bentuk dan kondisinya tidak sama, namun sering kali tanpa kita sadari,
kita telah bertindak untuk mencobai Tuhan Yesus.

Kita percaya
serta beriman penuh kepada Kristus, namun pada sisi yang lain, kita
terkadang masih meminta kepada Tuhan dengan sikap tidak percaya.

Dalam
keadaan yang dirasakan mendesak, beberapa anak-anak Tuhan bahkan berani
memaksa Tuhan agar mengadakan mukjizat seperti yang diinginkannya,
dimana ego manusia lebih diutamakan, dibandingkan dengan menempatkan
rencana dan kehendak Allah saja yang terjadi.

Beberapa anak
Tuhan bahkan pernah menyatakan hal yang sangat menyedihkan, yaitu
mereka baru mau membuat komitmen keimanan, apabila mereka telah
melihat, atau apabila mereka telah merasakan kuat kuasa kasih Tuhan
atas diri mereka. Padahal, banyak dari antara mereka, yang mengaku
kalau iman kepercayaan mereka adalah sebagai pengikut Yesus.

Sikap
yang ditunjukkan oleh sejumlah anak-anak Tuhan itu, merupakan sikap
yang tercetus karena mereka belum meyakini dengan setulus serta sepenuh
hati mereka, untuk percaya dan beriman kepada Yesus.

Hal ini
bisa terjadi, karena berbagai pengetahuan mengenai Firman Tuhan yang
telah  mereka dapatkan selama ini, tidak seutuhnya mereka landasi
dengan pola sikap beriman yang seharusnya, sehingga mereka masih melakukan pencarian akan segenap kebenaran yang ada didalam Yesus Kristus.

Manusia
yang bertindak seperti itu, masih dipengaruhi oleh sejumlah pola
pemikiran dan pola hidup, yang tidak mencerminkan kehidupan Kristen
yang seharusnya.

Oleh karena itu mereka pun berpendapat,
keinginan pribadi untuk lebih berkomitmen kepada iman yang percaya
kepada Kristus, baru mereka rasakan apabila diri mereka telah melihat
atau telah merasakan secara langsung, bagaimana sesungguhnya besar
hikmat Allah datang menghampiri dan menyentuh hati mereka.

Jadi,
pola penerimaan yang ada, terjadi bukan karena ada sebentuk kesadaran
iman, yang mengetuk pintu hati mereka, namun oleh karena adanya sebuah
keyakinan yang didasari oleh adanya sebentuk visualisasi secara
langsung, yang dapat mereka rasakan atau dapat mereka lihat.    

Padahal,
prinsip yang seharusnya terjadi adalah kita memandang segala sesuatu
dalam hubungan dengan Allah, oleh karena adanya kesadaran diri kita
untuk terus-menerus dihadirkan dalam kehidupan kita, dan bukan karena
kita mengaktualisasikan sesuatu oleh karena kita telah merasakan atau
melihatnya.

Bukankah demikian prinsip iman yang sesungguhnya?

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.   (Ibrani 11 : 1)

Apabila
kita menerima seluruh pernyataan yang tertulis didalam Firman Allah
dengan berlandaskan iman, maka penerimaan kita itu tidak akan
menghadirkan kecemasan, bahwa sikap percaya itu tidak berjalan pada rel
yang salah tanpa harus memaksakan diri dengan menghadirkan pembuktian
visual, untuk maksud mencari pembenaran.

Tuhan memang
menginginkan agar setiap orang percaya terus-menerus mengaktifkan cara
berpikir secara iman, sehingga pengertian yang mereka peroleh akan
membawa sukacita karena mereka percaya meskipun tidak melihat (dalam
arti pembuktian).

Iman yang ada didalam diri setiap orang
percaya, seharusnya membuat mereka segera menyadari, bahwa iman telah
menuntun orang-orang percaya kepada jalan kehendak Allah. Ketika iman
itu bertumbuh, kesaksian yang didapatkan, akan membuat hidup orang
percaya semakin dekat kepada Allah. Keraguan akan Firman Tuhan, tidak
akan pernah mengilhami benak pikiran orang percaya.

Berhembusnya
suatu pernyataan, perbuatan, dan keinginan yang mau mencobai Allah,
merupakan sesuatu hal yang tidak akan pernah dilakukan, karena
kesadaran telah timbul, bahkan semua itu hanya akan membawa
kesia-siaan.

Oleh karena itu dapat dikatakan, setiap orang
yang mencari kebenaran didalam nama Yesus Kristus, sudah selayaknya
menjalankan konsepsi keimanan dengan tulus karena telah memiliki semua
bukti yang dibutuhkan untuk kokoh beriman kepadaNya.

Kebangkitan
Yesus Kristus, yang sudah terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu,
dapat indah dirasakan sebagai sebuah sukacita pada saat ini, karena
semua keadaan, yang  mengandung arti adanya penyerahan diri dari
orang-orang percaya ke dalam tangan Tuhan, akan dapat merasakan
kemenangan Yesus Kristus dari alam maut, berupa ringannya langkah
kehidupan yang dijalani dan tidak dirasakannya adanya beban didalam
hati.

Penggenapan segenap janji-janji Allah didalam Perjanjian
Baru, sesungguhnya telah mengungkapkan banyak hal yang ingin diketahui
dan dirasakan setiap orang percaya,  terutama bagi mereka yang membuka
hati dan akal pikiran mereka dengan tulus serta haus akan kebenaran
didalam nama Yesus Kristus.  

Dan pada akhirnya, semua rahasia Tuhan akan diberitahukanNya kepada mereka yang takut akan Dia.

TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka.
(Mazmur 25 : 14)

Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjianNya dan peringatan-peringatanNya.
(Mazmur 25 : 10)

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Salam saya,

.Sarlen Julfree Manurung