Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BAHAYA MEMBERITAKAN INJIL TANPA PENGERTIAN YANG BENAR (NOPIANUS)

 
BAHAYA MEMBERITAKAN INJIL TANPA PENGERTIAN YANG BENAR
Dipublikasi Artikel blog by NOPIANUS
 
 
Pada saat Paulus menulis bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata
oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada
seo­rangpun, yang dapat me­ngaku: "Ye­sus adalah Tuhan", selain oleh
Roh Kudus (I Kor.12:3), itu benar. Pada saat itu nama Yesus bukanlah
nama yang bisa mendatangkan keuntungan materi, mela­inkan malapetaka
bagi yang me­nyebutnya. Terlebih lagi ketika peme­rintah melancarkan
penga­ni­ayaan yang intensif terhadap pengikut Yesus.Dan Tuhan Yesus
pernah berkata, "ba­rang­siapa tidak melawan kita, ia ada di
pihak kita" (Mrk.9:40). Ung­kapan ini biasanya ditafsirkan
sebagai patokan untuk menilai siapa musuh dan siapa teman. Seolah-olah
setiap orang yang tidak melawan kekristenan secara aktif adalah teman
kita.Namun bagaimanakah jika kita pertim­bangkan juga ayat-ayat
seperti, "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
Sebab ba­nyak orang akan datang dengan me­ma­kai nama-Ku dan
berkata:
Akulah Me­sias, dan mereka akan menye­satkan banyak orang
(Mat.24:4-5). Ternyata menurut ayat ini, si penyesat itu bukan hanya
berani menyebut Yesus itu Tuhan bahkan ia berani berkata bahwa ia
sendiri adalah Yesus Tuhan itu.Dengan adanya ayat-ayat tersebut di
atas,
orang Kristen harus berhikmat dalam menafsirkannya. Pertama, pada  I
Kor.12:3 tidak dikatakan bahwa hal itu akan berlaku sepanjang masa.
Kita
bisa mengatakan demi­kian karena pada Injil Matius 24:4-5, Tuhan
me­nga­takan bahwa pada akhir zaman penye­sat akan me­makai
namaNya.
Ia bukan hanya berani menyebut-nyebut Yesus itu Tuhan seperti dalam
Mat.7:21, bahkan hingga me­nye­but dirinya Mesias dan Tuhan. Untuk
situ­asi normal dan situasi pada umumnya Mrk.­9:40-lah yang masuk
akal. Sedangkan Mat.­24:5 itu situasi khusus misalnya oleh penyu­sup
atau seorang agen rahasia musuh.
Bahkan bisa jadi juga justru setelah iblis mem­baca tulisan Paulus
tersebut ia lang­sung menda­pat­ ilham untuk menipu orang Kristen
lugu dengan menyebut-nyebut Yesus adalah Tuhan agar orang Kristen bisa
me­ne­rimanya sehingga penyu­supan berlangsung dengan mulus. Ketika
saya mengatakan bahwa sekarang ada banyak "nabi" palsu yang
memakai nama Yesus mengusir iblis, seseorang langsung protes,
"bagaimana mungkin, karena Tuhan Yesus berkata bahwa kalau iblis
mengusir iblis maka kera­jaannya akan hancur." Saya menjawabnya,
"betul, jika pengusirannya  adalah sungguhan. Tetapi bagaimana
kalau mereka bersandiwara agar anda percaya bahwa yang mengusir itu
dari
Tuhan padahal itu tetap dari iblis juga?"Banyak orang Kristen
bersikap terlalu lugu. Mereka tidak memper­tim­bangkan sama sekali
aspek penyusupan, padahal Tuhan su­dah wanti-wanti ­bahwa akan ada
banyak seri­gala yang ber­bulu domba. Orang Kristen harus waspada,
kalau ada pemim­pin agama lain menjadi Kristen, jangan gem­bira dulu,
sebab bisa jadi itu adalah sebu­ah penyusupan.
            Kenalkah anda seorang agen rahasia terhebat di dunia?
Namanya Cohen, orang Yahudi yang diselundupkan sebagai agen rah­asia
ke
Syria. (Silakan baca buku Mossad: Agen rahasia Israel). Dari semua
orang
di Syria, Cohen adalah orang yang paling ber­kobar-kobar mau
menghancurkan Israel. Sam­pai-sampai presiden Syria (Hafez Al Assad)
hampir mengang­katnya menjadi Menhan­. Hal demikian bisa terjadi
tentu
karena kece­robohan orang-orang Syria dan kehe­batan Cohen dalam
berpura-pura.Dalam sejarah kekristenan, telah berkali-kali terbukti
bahwa kekristenan justru makin kuat ketika digempur dari luar. Gempuran
dari luar tidak akan efektif jika tidak diikuti pelemahan dari dalam.
Pele­mahan bisa terja­di kalau pihak musuh berhasil melaku­kan
penyu­supan.Pada saat perang teluk sedang berlang­sung, pasti tidak
ada rakyat Amerika yang akan berkata "terkutuk­lah George
Bush!" seca­ra normatif ini benar karena George Bush adalah
presiden mereka. Teta­pi tentu tidak termasuk orang-orang yang sedang
diper­siapkan untuk men­jadi agen rahasia ke Irak.  Calon agen
rahasia
atau mereka yang sedang menjalankan tugas penyusupan akan bertin­dak
sangat militan dalam mengu­tuki George Bush demi mendapatkan simpati
serta keper­cayaan dari pihak musuh.
            Kesimpulan sementara kita ialah orang Kristen jangan
terlalu lugu atau tak berhik­mat sehingga masuk perang­kap iblis
melalui ayat-ayat Alkitab yang bersifat normatif. I­ngat, iblis pernah
beradu argumentasi dengan Tu­han Yesus memakai ayat-ayat Alki­tab.
Me­mang benar ada ayat Alkitab yang mengata­kan demikian namun
perha­tikan juga ayat Alkitab lain yang menjelaskan batasannya.
                                    
Menurunkan Standar &
Melecehkan Pendidikan
            Alkitab mencatat berkali-kali akti­vitas iblis dalam ikut
memberitakan Injil.  Dalam Kis.8:19, iblis pernah me­na­warkan uang
kepada Petrus agar ia bisa diberi wewenang menum­pang­kan tangan atas
orang dan lain sebagai­nya. Iblis melalui Simon ingin menyu­sup masuk
ke dalam pelayanan Filipus yang telah menghasilkan banyak peto­bat.
Iblis tahu bahwa jika saja ia bisa menyusup ke dalam pelayanan Filipus,
maka pelayanan Filipus bisa dihambat dari dalam. Rasul Petrus dengan
tegas meno­lak me­nu­runkan standar tuntutan seorang pelayan Tuhan.
Ketika standar untuk menjadi seorang pelayan Firman betul-betul
ditegakkan, maka bukan tidak mungkin, tetapi pasti akan jauh lebih
sulit
bagi iblis untuk menyusup­kan agen­nya. Itulah sebabnya langkah
pertama yang diusahakan iblis ialah menghasut agar standar syarat bagi
penyampai firman ditu­run­kan.Belum lama ini saya dikagetkan oleh
se­lem­bar brosur dengan nama pembicara seo­rang pengusaha yang
didepan namanya ada huruf "Ev". Mungkin ia memang pintar,
pu­nya banyak gelar, tetapi menjabat sebuah ja­batan gereja yang
berfungsi sebagai pe­nyam­pai firman itu seharusnya tidak
seenak­nya.Karena ia adalah seorang pengu­saha kaya maka secepatnya
ia
direkrut agar bisa tetap bergabung. Kelihatan­nya ada unsur menjadikan
jabatan ge­re­ja sebagai alat untuk menarik orang atau memancing
orang. Sebe­narnya kalau pengusaha tersebut ber­hik­mat, ia segera
harus tahu bahwa me­reka me­man­cingnya dengan jabatan dan justru
itulah ia seharusnya segera mening­galkan kelompok itu karena di situ
banyak dipratekkan taktik akal bulus atau tipu muslihat.Namun juga bisa
saja sebaliknya, dima­na iblis memang sedang dalam program
menye­lundupkan orang-orangnya yang tidak mengerti doktrin ke dalam
gereja. Dengan orang demikian ia akan merubah gereja men­jadi semacam
perusahaan sehingga semua tata-cara baik cara menyelenggarakan gereja
ma­u­pun cara memberitakan Injil akan diubah menurut sistem manajemen
perusa­haan.Belakangan ini kita sering mendengar lelucon disekitar
gelar pendidikan theologi. S.Th dipelesetkan dengan sudah tinggi hati.
M.Th. diplesetkan dengan makin tinggi hati dan lain sebagainya. Ada
pengkhotbah yang berkata bahwa ia tidak perlu sekolah theologi atau ia
tidak perlu gelar sekolah theologi dengan maksud supaya dianggap
rohani.
            Sesungguhnya terlepas dari orang me­ma­kainya sebagai
suatu faktor kesombongan, pendidikan theologi itu sangat perlu. Siapa
bilang bahwa Petrus tidak sekolah theologi? Mereka sekolah theologi
selama kurang lebih tiga setengah tahun, siang malam dengan seorang
MAHA
GURU.  Tiga setengah tahun siang malam itu setingkat dengan strata tiga
atau doktor.
Rasul Paulus menyadari bahwa murid-muridnya tidak cukup dengan hanya
bisa berteriak-teriak "halelluyah" sehingga ia mengajar
mereka di ruang kuliah Tiranus dua tahun (mungkin siang malam) yang
berarti setingkat sarjana.
 
 
Ketika penyampai firman berlomba untuk menjadi siapa yang lebih bodoh,
atau siapa yang lebih tidak berpendidikan, maka celakalah kekristenan.
Anda bisa bayangkan bagaimana jemaat mendengarkan pengkhot­bah yang
bahasa Indo­nesianya berlepotan. Sementara ia menaf­sirkan Alkitab,
kita harus berusaha keras untuk menafsirkan maksud ucapannya yang tidak
tersusun dengan baik. Atau peng­khotbah yang tidak tahu Kanada itu
terletak di benua Amerika atau Eropa.Tidak dapat disangkal bahwa
sema­kin terpelajar seorang penyampai firman, maka akan semakin
sistematis dan gam­pang dime­ngerti firman yang disampai­kannya.
Belum lagi isi firman yang diuraikannya yang tentu adalah hasil
penggaliannya. Tentu di sekolah theologi yang baik seseorang akan
dilengkapi dengan metode penafsiran Alkitab yang bagus. Dengan metode
penafsiran yang bagus dan ditambah lagi dengan pengu­asaan bahasa asli
Alkitab serta berbagai bahasa pengantar, ma­ka akan membe­dakan
antara
penyampai fir­man yang emosional dengan yang terpe­lajar.Yang saya
maksudkan dengan terpelajar itu tentu bukan di depan dan belakang
nama­nya penuh dengan huruf-huruf singkatan, karena sekarang sudah
bukan rahasia lagi kalau ada doktor lima ribu dollar dan lain
sebagainya. Jika seorang penyampai fir­man belajar dengan tekun dan
kemudian pihak sekolah mem­berinya sebuah ijazah atau titel, itu
adalah
hal yang pantas. Saya pernah men­dengar seorang penyam­pai firman
berkata bahwa ia tidak perlu titel. Tetapi anehnya ia mau menerima
ijazah SMU­nya. Kalau ia tidak mem­butuhkan bukti jenjang pendidikan,
ya jangan terima ijazah SMU juga. Tetapi se­sung­guhnya sikap itu
adalah karena ia merasa telah terlalu tua (terlalu som­bong?) untuk
du­duk di bangku sekolah, sementara itu ia kesal dengan orang-orang
muda yang rajin belajar.Jika seorang penyampai firman sangat
mementingkan­ titel hingga kurang percaya diri tanpa titel dan
berusaha
membeli atau mencari titel gampangan, maka sikap demi­kian
sesungguhnya
sama sekali tidak terpuji. Tetapi jika seseorang telah berusaha keras
dan akhirnya menca­pai suatu tingkat pendi­dikan tertentu, maka
dengan
sikap yang fair kita harus memberi rasa salut, bukannya iri. Inilah
sikap orang Kristen yang alkitabiah.Sikap meremehkan pendidikan
theo­logi yang diperlihatkan oleh sebagian penyampai firman tanpa ia
sadari adalah sikap memberi peluang pada iblis untuk ikut menyampaikan
Injil. Saya tidak mengatakan bahwa dengan menghargai pendidikan
theologi
maka pasti akan menutup peluang kepada iblis untuk memberitakan Injil,
karena iblis memang sangat ingin memberitakan Injil (tentu Injil yang
salah). Tetapi mengikuti pendi­dikan theologi dengan tidak mengikuti
pendidikan theologi, masih lebih baik mengikuti pendi­dikan theologi
karena bagaimanapun ia telah diajar. Setidaknya ia telah melalui sebuah
saringan.
            Jika anda terpanggil untuk menjadi pe­nyampai firman,
ketahuilah bahwa in­te­­gritas firman Allah yang anda sampai­kan
itu
ter­pengaruh oleh integritas pe­nyam­painya. Dan seberapa hormatnya
anda terhadap Tuhan yang anda sampai­kan fir­man­Nya itu,
tercer­min
dari sebera­pa seri­usnya anda memper­siap­kan diri untuk tugas
itu­. Jika anda membeli titel, atau cari yang gampangan, itu artinya
anda mengang­gap Tuhan itu seperti peme­rintah atau perusahaan yang
dilayani oleh orang-orang yang membeli titel agar jenjang gajinya
dinaikkan. Baik penyampai firman maupun anggota jemaat sama-sama harus
menun­jukkan sikap yang benar agar keadaan kekristenan semakin
kondusif. Jemaat harus menghargai penyam­pai firman yang belajar
dengan
tekun dan memper­oleh jenjang pendidikan dengan benar, bukannya
membanggakan penyampai firman yang kaya, mantan dukun, mantan pemimpin
agama lain, dan lain sebagai­nya yang tidak ada hubungannya dengan
kemam­puannya dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Sementara itu tanpa di­­sadari para pem­beli titel, tindakan mereka
itu justru bisa mem­per­malukan mereka sendiri. Saya pernah
ber­bincang-bincang dengan seorang pe­nyam­pai firman yang bertitel
doktor. Namun dalam perbin­cangan itu saya sempat kaget karena yang
bersangkutan tidak mengerti istilah MSS dan juga tidak mengerti istilah
LXX, Johannen Coma, yang sepatutnya sudah pasti harus dime­ngerti oleh
orang yang menyan­dang titel doktor. Hal konyol demikian bisa terjadi
karena mereka memakai cara Simon si tukang sihir yang mencoba membeli
hak dan jabatan kerasulan dengan Petrus.
 
Bahaya Pujian Dan Sanjungan
            
Di dalam Kis.16:16-18, tercatat iblis mem­beritakan Injil melalui
seorang perempuan,
   "Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu,
kami ber­temu dengan seorang      hamba pe­rem­puan yang mempunyai
roh tenung; dengan tenung­an-tenungan­nya tuan-tuannya  memper­oleh
peng­ha­silan besar.  Ia me­ngikuti Paulus dan kami dari belakang
sambil ber­seru, katanya: "Orang-orang ini ada­lah hamba Allah Yang
Maha­tinggi. Mereka memberita­kan kepa­damu jalan kepada
kesela­matan."  Hal itu dilaku­kannya beberapa hari lama­nya. Tetapi
ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpa­ling dan
berkata kepada roh itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyu­ruh
eng­kau
keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh
itu."Seandainya Paulus dan Silas adalah pengkhotbah yang haus
akan
sanjungan dan pujian, maka pasti mereka akan mem­­biarkan hamba
perempuan itu berkoar-koar sepuas­nya. Sebelumnya kita telah membahas
terjadi­nya keikutsertaan iblis dalam pemberitaan Injil melalui
penurunan standar pendidikan atau meremehkan sebuah proses belajar.
Tentu ada orang yang bisa belajar sendiri dan bisa mencapai pengetahuan
yang tidak kalah dari yang mengikuti pendidikan formal. Tetapi
autodidact tentu harus dibukt­ikan melalui hasil atau buahnya setelah
melalui waktu yang lama, sementara yang mengikuti pendidikan formal
dibuktikan melalui ujian dari para pengajar.Segala macam cara untuk
meng­ha­langi Paulus dan Silas memberitakan Injil telah iblis tempuh.
Pembaca perlu waspada, tidak ada satu cara pun yang akan iblis abaikan
untuk menghalangi pemberitaan Injil bahkan cara membe­ritakan Injil
itu
sendiri. Ia ingin agar diikutsertakan ke dalam team Paulus dan Silas.
Ia
menyanjung-nyanjung mereka.Kalau dilihat dari ucapan-ucapan perem­puan
itu, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang salah.Sepertinya iblis
memberitakan Injil yang benar, yaitu Injil keselamatan. Tetapi
mengapakah Paulus membungkamnya dengan mengusirnya?Jawabannya, pertama,
Paulus tahu bahwa iblis tidak mungkin bisa memberita­kan Injil dengan
tulus. Sekalipun di bagian awal pemberitaan iblis terdengar seolah-olah
bagus tetapi nanti pada ujungnya pasti Injil akan
diselewengkannya.Kedua, Paulus tidak menghalalkan sega­la cara untuk
penginjilan. Orang yang belum lahir baru tidak mungkin bisa
membe­rita­kan Injil, apalagi iblis. Tujuan tidak boleh
meng­halalkan
cara. Misalnya sekali Alkitab berka­ta bahwa wanita tidak boleh
mengajar laki-laki itu pasti ada alasan dari Tuhan (I Tim.­2:11-13,
dan
I Kor.14:34). Masalahnya bukan se­be­­rapa pintar ia berbicara,
tetapi harus ada keteraturan antar laki-laki sebagai kepala rumah
tangga
dengan laki-laki yang menga­jar di jemaat. Allah tidak memakai
fal­safah tidak ada rotan akar pun jadi. Allah mementingkan prinsip
kebenaran bukan pragmatisme untuk mencari duit.
            Ketika Paulus mengusir iblis yang me­makai hamba perempuan
itu, akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Iblis nga­­muk karena
tawarannya untuk mem­bantu mem­beritakan Injil ditolak Paulus.
Seolah-olah iblis berkata, "kalau tidak mau dengan cara halus,
rasakan cara yang kasar." Tetapi tentu Paulus dan Silas memilih
tinggal di dalam penjara daripada memberitakan Injil bersama iblis.
Paulus dan Silas bernyanyi sebagai tan­da bahagia karena Tuhan telah
menolong me­re­ka dari memberitakan Injil bersama iblis.
 
Penyimpangan Hakekat Injil
            Bukan hanya penurunan standar dan efek pujian serta
sanjungan yang perlu diwas­padai dalam rangka mencegah iblis
mem­beri­ta­kan Injil, tetapi isi Injil yang sema­kin berubah
sehingga menjadi Injil yang  tidak lagi membawa berkat melain­kan
membawa kutuk itulah yang paling perlu diperhatikan.  Dalam suratnya
kepa­da jema­at di Galatia, Paulus mema­kai kata-kata yang sangat
keras.
 
Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berba­lik dari pada Dia, yang oleh
kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengi­kuti suatu injil
lain,  yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan
kamu dan yang bermaksud untuk memutar­balikkan Injil Kristus
(Gal.1:6-7).Rupanya jemaat Galatia sempat percaya kepada Injil lain,
yang sebenarnya me­nu­rut Paulus itu bukan Injil. Injil apakah itu
yang dikutuk oleh Paulus dengan kata yang sangat keras yaitu
anathema?Pada pasal-pasal berikut bisa kita amati dengan lebih jelas
Injil yang dikutuk oleh Paulus itu. Ternyata kalau kita lihat pada
5:3-4, telah datang pengajar Yahudi dari Yerusa­lem yang mengajarkan
bahwa tidak cukup dengan pertobatan dan iman, melainkan perlu ditambah
dengan mentaati hukum Taurat antara lain disunat.
 
 
            Injil yang murni ialah diselamatkan oleh iman (Ef.2:8-9),
tanpa perlu ditambah dengan usaha manusia dalam bentuk apapun
terma­suk
baptisan. Baptisan diperlukan pada saat mau menjadi murid (menjadi
anggota gereja), bukan persyaratan masuk Sorga. Untuk me­ma­hami
Injil
yang murni saya mempersilakan anda membaca buku yang berjudul Domba
Korban dan Kapan Saja Saya Mati, Saya Pasti Masuk Sorga. Di kedua buku
tersebut telah di uraikan panjang lebar tentang Injil yang benar.Sejak
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa Allah memerintahkan mereka mem­bunuh
seekor domba sebagai akibat dosa. Maksud Allah ialah Adam yang berdosa,
namun domba itu yang dimatikan. Dosa hanya dapat diselesaikan dengan
peng­hukuman. Tentu bukan domba itu yang menanggung dosa Adam
melainkan
ha­nya sekedar gambaran saja. Yesus Kristus adalah domba korban yang
dimaksud Allah. Kematian Kristus di kayu salib menanggung dosa semua
manusia itu digambarkan dengan domba yang dikor­bankan. Dosa seisi
dunia telah ditang­gungkan ke atas diri Yesus.Pada saat seseorang
percaya kepada Yesus, maka semua dosanya (dulu, seka­rang, dan yang
akan datang) diperhi­tung­kan telah tertanggung ke atas diri Yesus,
ma­ka sejak saat itu ia tidak berdo­sa lagi dan tidak akan dihukumkan
lagi (Rom.8:1). Hanya dengan iman kepada Yesus saja, tidak perlu
ditambah dengan apapun. Dan juga tidak boleh dikurangi de­ngan tidak
memberitahukan pendengar bahwa semua dosa (dulu, sekarang, dan yang
akan
datang), telah ditanggung Yesus Kristus. Orang yang telah percaya
kepada
Tuhan Yesus selanjutnya hanya perlu bersyukur karena semua dosanya
telah
ditanggung Tuhan Yesus. Saya tahu bahwa pasti ada banyak pertanyaan di
kepala anda ketika membaca artikel ini. Oleh sebab itu bacalah buku
yang
saya sebut sebelumnya untuk mendapatkan semua jawaban yang anda
butuhkan.Kalau anda telah mengerti tentang Injil yang benar, maka anda
akan sang­gup melihat dan mengidentifikasi Injil yang diberi­takan
oleh iblis. Anda akan mendapatkan bahwa banyak Injil yang sesungguhnya
bukan Injil mela­inkan kutukan. Mengapa demikian? Jawaban­nya ialah
karena sesungguhnya sejak zaman Rasul-rasul, iblis telah beru­lang
kali
mencoba memberitakan Injil. Ia pernah ditolak oleh Petrus, dan juga
pernah ditolak oleh Paulus. Apakah iblis putus asa setelah dito­lak
baik oleh Petrus maupun Paulus? Tidak mungkin! Jelas ia lebih tekun
dari
penyampai firman manapun. Ia berusaha masuk ke dalam gereja, masuk ke
dalam kelompok gereja-gereja. Tuju­an­­nya jelas, ia ingin ikut
memberitakan Injil. Dulu ia pernah memakai taktik menentang Injil, dan
itu memang tetap dilakukannya mela­lui sebagian anak bu­ah­nya.
Tetapi seba­gi­an anak buahnya lagi dise­lundupkannya ke
tengah-tengah orang Kristen dengan berpakaikan bulu domba. Ia tentu
cukup cerdik untuk menyadari bahwa dengan masuk ke dalam dan turut
memberitakan Injil, ia akan lebih berpeluang menyim­pangkan Injil itu
daripada meme­ranginya dari luar.
            Akhirnya wahai sobat, yang bahaya itu bukan yang menentang
Injil dari luar, me­lainkan yang memberitakan Injil yang salah dari
dalam. Kalau anda tidak berhati-hati, maka neraka menantikan anda.
Sekali lagi, neraka menantikan anda. Dan yang lebih penting dari itu
lagi ialah pastikan diri anda telah lahir baru agar jangan sampai malah
anda sendiri yang menjadi kaki-tangan iblis yang diselundupkan ke dalam
gereja untuk memberitakan Injil yang salah. Anda perlu membaca dua buku
yang saya sebutkan.