Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bahagiakan orang lain dengan uang Anda

Sri Libe Suryapusoro's picture

Carilah cara untuk membahagiakan orang lain maka Anda akan menemukan jenis usaha. Misalnya untuk membahagiakan mereka yang tidak mempunyai kendaraan maka Anda menyediakan jasa penyewaan. Tentu saja mereka akan sangat terbantu dengan keberadaan Anda. Untuk membahagiakan mereka yang lapar maka buatlah warung makan. Untuk membahagiakan mereka yang tidak punya rumah maka buatlah rumah kontrakan atau apartemen. Untuk membahagiakan orang yang suka berbelanja maka buatlah mall atau hypermarket.

Sekarang coba pikirkan apa saja hal yang bisa dilakukan untuk membahagiakan orang lain pastilah timbul suatu usaha.  Jika ada orang-orang yang tidak mau antri panjang, terciptalah calo. Membahagiakan orang lain tidak berarti memberikan apa yang mereka mau tetapi lebih ke memberikan solusi buat mereka. Tentu saja kita tidak akan menjadi lintah darat. Kita berikan solusi, setelah itu kita sedot uang mereka. Kita harus mencoba memikirkan solusi yang lebih ke win-win solusi. Jika orang tersebut tidak merasa diuntungkan dengan solusi kita maka jangan paksakan mereka. Biarkan mereka mencari solusi yang lain. Tetapi jika orang tersebut tidak mendapatkan solusi lainnya maka dia akan dating kepada kita.

Kebahagiaan juga tidak berarti ambil kesempatan. Saya pernah menemani tamu ke sebuah pasar tradisional di Bali. Saya lihat para pedagang benar-benar ambil kesempatan. Ada barang yang sebenarnya harganya 25 ribu ditawarkan 250 rb. Tentu saja tamu saya tidak tahu harga sesungguhnya. Akhirnya barang tersebut dibeli dengan harga 100 ribu (masih tetap kemahalan tetapi tamu saya merasa sudah jago menawar). Itu perbuatan yang tidak benar. Ternyata hal seperti itu terjadi bukan hanya di Bali. Di Sidoarjo, dengan adanya banjir Lumpur maka banyak orang yang mencari kontrakan. Berika yang say abaca, kontrakan disana harganya menjadi dua atau tiga kali lipat. Coba bayangkan, solusi macam apa yang mereka tawarkan. Akhirnya beberapa keluarga terpaksa harus membayar mahal tetapi dengan penuh keluh kesah. Itu tidak menjadi berkat.

Kalau kita bahas lebih lanjut banyak sekali orang yang mencoba membuka usaha dengan mengutamakan kepentingan pribadi. Memang sih, siapa yang mau usaha tetapi tidak untung? Tetapi banyak yang meng-halal-kan segala cara untuk mencapainya. Misalnya menggelapkan pajak. Jangan jauh-jauh, banyak juga hamba Tuhan yang tidak membayar pajak pendapatan. Dengan alasan yang banyak mereka melanggar perintah Allah sendiri (apa yang menjadi milik kaisar berikanlah kepada kaisar). Banyak juga diantara pelayan Tuhan yang menjalankan bisnisnya dengan cara yang tidak benar. Misalnya menekan gaji karyawan serendah-rendahnya demi keuntungan yang setinggi-tinginya. Lalu menggunakan alasan untuk keperluan pelayanan, mereka tidak memberikan hak orang lain.

Ketika memulai suatu usaha, mulailah dengan pertanyaan,”Apakah ada orang yang merasa diberkati melalui usaha ini?” Lalu kita lanjutkan dengan pertanyaan “Bagaimana caranya memberkati mereka?”

Contoh yang sederhana. Seorang akan memulai membuka toko kecil di rumahnya. Seharusnya jawaban pertanyaan pertama adalah YA. Para tetangga akan merasa diberkati. Bukankah mereka tidak perlu jalan jauh ke tempat lain sehingga menghabiskan waktu dan energi yang cukup banyak? Untuk pertanyaan kedua, perlu perenungan yang lebih dalam. Bagaimana? Mungkin dengan memberikan harga yang serendah mungkin atau barang selengkap mungkin sesuai dengan kebutuhan tetangga. Atau bisa pula dengan layanan khusus misalnya diantar ke rumah. Misalnya tetangga tidak perlu datang ke warung tersebut, kita sebagai pemilik warung yang akan antar. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya para tetangga Anda?

Apakah Anda akan merasakan kerugian dengan mengutamakan kebahagiaan orang lain? Tentu saja tidak. Mengutamakan kebahagiaan orang lain sama dengan mengutamakan konsumen. Siapapun bisa menjadi konsumen kita walaupun itu mungkin bukan pengguna jasa atau mungkin justru pegawai kita. Untuk pegawai, ketika kita berusaha membuat mereka bahagia maka mereka akan membuat orang lain bahagia. Jika konsumen bahagia maka mereka akan menggunakan kembali menggunakan jasa Anda. Bahkan bukan Cuma itu, mereka akan mempromosikan jasa Anda ke orang lain. Karena itu jangan ragu-ragu untuk membuat orang lain bahagia.

Tetapi kebahagiaan disini bukan bearti melakukan apa yang diinginkan orang lain. Tentulah kita harus mempunyai batasan-batasan sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan. Misalnya saya sampai saat ini tidak mengubah konsep majalah ICL dari penulis tunggal walaupun beberapa orang sudah memberikan masukan untuk memasukan penulis-penulis lain. Bukan berarti saya sombong, tetapi media tersebut memang media yang saya buat sebagai tempat saya melayani. Saya tidak ingin kehilangan tempat saya melayani dan saya pun mempersilahkan orang-orang yang mempunyai ide membuat tulisan untuk membuat media yang serupa.

Begitu juga usaha Anda tidak boleh lepas dari pemikiran Anda ketika membuat usaha tersebut dan juga nilai-nilai kebenaran. Boleh saja usaha itu berubah bentuk tetapi harus dipikirkan masak-masak jangan asal berubah. Jangan sampai juga usaha kita kehilangan identitasnya. ICL buat saya menjadi berbeda dengan yang lain karena dua hal yaitu gratis dan hanya satu penulis. Itu menjadi identitasnya. Jika selama ini kedua identitas tersebut diterima dengan baik maka saya belum perlu mengubahnya. Jika banyak orang yang menolak konsep tersebut maka saya anggap wajar. Sesuatuyang baru tidak selalu langsung diterima oleh orang lain. Selama masih banyak yang bisa menikmati maka saya masih pada konsep awal.

__________________

Small thing,deep impact