Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ayub

erick's picture

Teologi Sukses dikenal dengan Ajaran yang mengajarkan hidup berkelimpahan dan kemakmuran. Dalam ajarannya menekankan bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha Besar, Kaya dan Penuh Berkat.

Manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula. Kaya, sukses, dan berkelimpahan materi. Jika tidak, maka ada dosa yang belum dibereskan.

Konsep mengenal Allah ditilik dari pengertian pengalaman menikmati Allah. Pada akhirnya mereka menerapkan pola berfikir positif, visualisasi dan kata-kata sugesti. Penekanan lainnya adalah dalam hal praktek persembahan, perpuluhan dan pembangunan gereja.

Walau sudah membaca bukunya, otak saya masih sulit menerima teologi kenikmatan jika itu masih turunan dari teologi sukses ini. Mengapa teologi kenikmatan lebih masuk akal dibanding dengan teologi sukses? Apakah karena gagal, tetap bergantung pada Allah, lalu ini disebut dengan menikmati Allah? Jika kalimat ini benar, maka, kebergantungan dengan Allah pasti memiliki dasar yang salah.

Menang/ sukses, gagal/tidak sukses berasal dari Allah. Karena menang/ sukses, gagal/tidak sukses bukan satu ingredient menikmati Allah. Kita dapat belajar dari Nabi Ayub.

Ayub 1:1

1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

Setan, dengan sepengetahuan Allah bersedia mencobai Ayub. Setan dengan busuknya mempertanyakan apakah dalam keadaan tanpa hasil, Ayub akan tetap mengabdi pada Allah. Dan Setan juga mencari motivasi Ayub, seorang yang disebut beriman kepada Allah.

  1. Setan memusnahkan semua harta kekayaan Ayub.
  2. Mengambil kebahagiaan keluarganya
  3. Memberikan penyakit borok.

Teman- teman Ayub yang mendengar musibah yang terjadi pada Ayub datang menemuinya. Mereka berduka atas apa yang terjadi. Mereka memberikan pandangan mereka dengan cara pandang mereka.Silogisme yang mereka buat:

1. Manusia telah jatuh dalam dosa.

Semua manusia berdosa.

Ayub manusia

Ayub berdosa.

2. Dosa membawa petaka

Setiap manusia berdosa mengalami penderitaan

Ayub manusia

Ayub berdosa

Ayub mengalami penderitaan

Perdebatan dengan teman-temannya bersubjek mengenai Keadilan Tuhan. Mereka berbicara dalam konteks berbeda dengan ikhwal awal setan mencobai Ayub. Mereka membuat Ayub marah. Ayub bersikukuh ia benar dan Allah juga memujinya untuk hal itu. Kemudian ayub mengutuki diri sendiri.

Ketika Ayub sampai pada ujung labirin penderitaanya, ia mengakui bahwa dirinya lemah, bahwa ia tidak memiliki dasar apapun yang membuat Allah harus “Berkewajiban” membalas apa yang dilakukan Ayub benar, baik dan tekun. Ayub menerima dan menjalani setiap kemalangan yang menimpanya. Ayub tidak mengajarkan teologi menikmati Allah, walau ia tahu Allah sangat menikmati.

Ia mengakui dirinya yang tidak tahu apa-apa dibanding Tuhan. Ayub juga mengakui tidak memiliki kemampuan mengatur kosmos di muka bumi Ini. Ia berdoa kepada Tuhan agar dosa teman-temannya di ampuni.

Ketika Allah melihat motivasi yang benar dalam diri Ayub dalam menyembahNya, Ia mengembalikan semua yang dimiliki Ayub, bahkan berlipat ganda.

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

Josua Manurung's picture

salut unuk AYUB!

wah... kebetulan saya baru saja selesai membaca kisah Ayub beberapa bulan yang lalu... teologi sukses atau kenikmatan saya tidak peduli... yang saya peduli adalah bahwa Ayub yang ternyata adalah manusia yang paling benar di muka bumi pada saat itu dan dibenarkan oleh ALLAH ternyata tidak berarti apa-apa tanpa Kasih Karunia ALLAH dan ALLAH menantang dia untuk tidak membenarkan diri di hadapan ALLAH walaupun dia tahu dia adalah yang paling benar.... dan dia memang adalah yang paling benar di mata ALLAH pada saat itu...

BIG GBU!

__________________

BIG GBU!