Submitted by Waskita on

Wealah... gimana saya tidak malu membaca cuplikan berita dibawah ini:



Bandung, Jabar - Kericuhan mewarnai rebutan Gereja Huria Kristen Batak protestan (HKBP) di jalan Riau, Minggu (14/10) pagi. Kericuhan antara dua kelompok yang masih satu agama ini terjadi, akibat ketidak puasan dari kelompok HKBP Bandung yang tidak memberikan kesempatan kepada kelompok HKBP Bandung Riau, yang hendak melaksanakan kebaktian, padahal Jemaat HKBP Bandung Riau telah menunggu sejak pukul 09.00 WIB.



sumber: http://www.an.tv/s/?sid=4&newsid=7472



Sengaja saya merah kan textnya, hla wong gisin-ngisini tenan. Bukankah ini bisa jadi batu sandungan? bagaimana kita bisa menggembar-gemborkan kasih hla wong diantara saudara saja gontok-gontokan. Bisa-bisa nanti orang Kristen di cap NATO, bisanya omong thok.

Jangan salahkan roh perpecahan, jangan salahkan setan. Kasihan setan sudah dituduh macam-macam. Mending sekarang masing-masing mawas diri, merendahkan diri, buang ego masing-masing. Sudah saatnya kembali bergandengan tangan, bukan demi siapa-siapa tapi demi Tuhan.

Anak polah bapa kepradah, maksudnya berarti bahwa apabila seorang anak melakukan hal-hal yang kurang baik, maka orang tuanya pun ikut menanggungnya.

Kalaukita masih berani mengaku anak-anak Tuhan, ya jangan sampai kita berantem gitu supaya Tuhan tidak dicaci, lihat tuh anak-anaknya pada berantem. Siapa tho bapaknya?



Semua masalah kan ada jalan tengahnya, persoalan rumah tangga jangan sampai di dengar tetangga, kata simbok itu ora elok, saru.



Hlo tidak bisa sesederhana itu dong. Jangan lihat kebenaran ajaran agama dari kelakuan penganutnya.



Hlo memang benar, tapi pikiran orang itu kebanyakan simple saja, kalau jemaatnya tidak bener berarti ya ajarannya tidak bener. wis titik.



Makanya sekali lagi mari masing-masing mawas diri, merendahkan diri, ngrumangsani, sambil minum kopi, menenangkan hati, egonya diletakkan dulu mak leh, kalau sudah semeleh, suara Tuhan bisa kembari didengar. Tuhan apa ini yang Kamu inginkan?

 

Get herbal refference at Herbal Medical Care
Your Baby Reference

Submitted by dewi on Fri, 2007-10-19 13:29
Permalink

aku sih melihatnya dari sisi yang berbeda dari Mas Waskita. Aku pikir mereka bertengkar karena saking semangatnya ingin memuji Tuhan dalam rumah ibadah yang kebetulan terpakai oleh orang yang juga kebetulan memuji Tuhan. sebenarnya solusinya cukup sederhana, yaitu: mereka bisa menerapkan hukum kasih, dengan memukul dengan tamparan cinta, saling menjambak dengan jambakan sayang. Yang artinya, jagan melawan kekerasan dengan kekerasan, tapi berilah pipi kirimu bila pipi kananmu ditampar.

Submitted by Waskita on Mon, 2007-10-22 08:29

In reply to by dewi

Permalink

Mengendalikan diri memang susah ya Dew, padahal tanpa itu hidup kita bisa runyam. Gara-gara tdk bisa mengendalikan diri Esau kehilangan hak kesulungan, Kain kehilangan adik, dan hari tua Salomo jadi berantakan.

Kita memang harus ters belajar untuk mengendalikan diri sendiri.  

Submitted by Josua Manurung on Fri, 2007-10-19 16:03
Permalink

Selamat datang di Gereja Batak... hehehe...
terus terang selaku orang Batak... saya juga malu melihat tingkah laku saudara kita itu... yaa... sebagai orang batak mungkin kita ngerti... harap dimaklumi bagi saudara-saudara yang lain...

Wong gedungnya cuma satu... wajar direbuti... mau bangun Gereja baru... nanti malah dilempari... soalnya ijinnya ndak mungkin dikeluarken... hehehe....

ya bagusnya duduk satu meja... BICARA...

BIG GBU!

Submitted by hai hai on Fri, 2007-10-19 16:38

In reply to by Josua Manurung

Permalink

Ada adik kakak yang berkelahi gara-gara ribut-ribut gereja HKBP. Salah satu teman yang memisahkan menasehati keduanya untuk saling mengasihi dan saling mengalah. Seorang teman yang lain bahkan menasehati, "Bukankah Yesus sendiri mengajarkan, agar kamu memberikan pipi kananmu bila ditampar pipi kiri?"

Sang kakak sambil menahan amarahnya berteriak, "Diam Kau! Perkaranya dia tidak menampar, dia menonjok!"

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by Waskita on Mon, 2007-10-22 08:42

In reply to by hai hai

Permalink

Tapi Mas Hay, gimana kalau pipi kanan sedang sariawan?

Yesus mengatakan, bahwa kalau ada orang menampar pipi kanan kita maka kita harus memberikan pipi kiri kita juga. Makna yang terkandung di dalam perkataan ini jauh lebih mendalam ketimbang tindakan yang nampak secara kasat mata mempermalukan seseorang.

Seandainya ada orang yang ingin menampar pipi kanan orang lain yang berdiri di depannya dengan tangannya. Bagaimanakah ia bisa melakukannya? Kalau orang tersebut ingin langsung menampar secara memuaskan, maka tidak ada jalan lain kecuali memakai bagian belakang dari telapak tangan kanannya.

Menurut hukum rabinis Yahudi, menampar orang dengan memakai bagian belakang telapak kanan mengandung arti penghinaan dua kali lipat ketimbang kalau menampar dengan telapak tangan saja. Jadi yang dimaksudkan oleh Yesus ialah, meskipun ada orang yang dengan sengaja menghina kita dengan hinaan yang paling berat dan menyakitkan, kita sama sekali tidak boleh membalas atau mendendam.

Kalau mau baca lebih lengkap uraiannya ada di sini:  http://www.akupercaya.com/forum/belajar-alkitab/5118-ditampar-pipi-kanan-berikan-pipi-kiri.html

Submitted by hai hai on Mon, 2007-10-22 13:01

In reply to by Waskita

Permalink

Saya menulis:

"Bukankah Yesus sendiri mengajarkan, agar kamu memberikan pipi kananmu bila ditampar pipi kiri?"

Saya sengaja mengutip ayat tersebut dengan salah untuk memancing diskusi selanjutnya. Kutipan yang benar adalah:

" ... siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

Yang benar adalah pipi kanan yang ditampar dulu.

Hanya sedikit orang kidal di dunia ini. Saya berpikir, kemungkinan besar, ketika menampar, maka kita akan menampar pipi kiri orang lain dengan tangan kanan kita.

Kenapa Yesus justru menyebutkan pipi kanan yang ditampar duluan? Tadinya saya berpikir, apakah Tuhan Yesus sedang menyisipkan hal lucu dalam FirmanNya? Kalau orang menampar pipi kanan, berikan yang kiri, kalau orang menampar yang kiri, hajar saja! Toh tidak melanggar perintah Yesus?

Lalu saya melakukan penelitian tentang tampar menampar. Ketika saya menampar adik saya, saat itu saya melakukannya dengan punggung tangan kiri saya, karena saya memang agak kidal. Saya lalu bertanya kepada teman-teman yang pernah menampar orang. Hasilnya luar biasa, semuanya menampar orang dengan punggung tangan. Dari kesimpulan itu, maka sekali lagi saya melihat Alkitab menyatakan kebenarannya dari hal-hal kecil.

Menampar pipi kanan tadinya saya pikir adalah pernyataan yang salah, namun setelah melakukan penelitian ternyata adalah hal yang benar.

Saya setuju dengan mas waskita, ketika menampar orang, tujuan utama kita adalah mempermalukannya, bukan untuk menyakitinya.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by y-control on Sun, 2007-10-21 00:31

In reply to by Josua Manurung

Permalink

bukannya apa ya jos.. menurut gw kesannya kamu ini sbg org batak kok malah menikmati stereotype negatif batak yg spt itu.. malah djadikan alasan atau minta dimaklumi jika misalnya kamu di sini dikit2 emosi, pk huruf kapital, puluhan tanda seru, dll saat menanggapi komen teman2..

Submitted by Waskita on Mon, 2007-10-22 08:26

In reply to by y-control

Permalink

Waktu kuliah dulu saya punya teman batak, tapi sopan, kalem dan halusnya minta ampun, melebihi saya yang wong solo (meski sudah terkontaminasi). Kami memanggilnya batak palsu, trus kami panggil saja dengan nama Paijo.

Submitted by waskami on Fri, 2007-10-19 16:20
Permalink

Itu sih yang kelihatan dan syukur bisa diekspos media, banyak yang gak kelihatan dengan alasan yang beragam. Ada organisasi pelayanan yang ngakunya terhebat, terdepan, terbesar, dan ter ter lainnya. Terus mereka akan tersingung lalu menjelek-jelekkan bila ada organisasi pelayanan lain yang sulit mereka ajak kerjasama.

Daripada ribut-ribut mendingan pulang. Memuji Tuhan gak harus di gereja kan, di rumah malah lebih damai

kontak saya

Submitted by susanto on Mon, 2007-10-22 12:08
Permalink

Kejadian tersebut memang memprihatinkan mas. Di tengah-tengah maraknya upaya membangun dialog antar umat beragama, kita harus menerima kenyataan bahwa dalam tubuh Kristen sendiri belum bisa sepenuhnya menerapkan pengendalian diri dalam menemukan solusi sebuah permasalahan. Dengan saudara sendiri saja sulit berdikusi apalagi dengan kelompok di luar Kristen.

Submitted by Waskita on Mon, 2007-10-22 13:46

In reply to by susanto

Permalink

Open minded dan pengendalian diri bisa dimulai dari kita-kita, dari komunitas kita dulu lah, itu juga kalau di gereja kita punya komunitas. Semoga saja diberi cukup ruang, dan suara kita juga diperhatikan. Maklum anak muda sering dianggap masih kencur, disepelekan. Tapi tak apalah, terus maju dengan visi yang benar, pasti berbuah.

Kalau saya sih cuma bisa nulis di blog, punyanya cuma ini.