Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Agus,..Agus..! Agus, ini..!!
He..he..he, siapa yang tidak akan terkekeh-kekeh menyimak tingkah lucu si Agus dengan logat khas Jawanya di layar kaca, dalam iklan salah satu perusahaan telekomunikasi ini. Anak-anak di lingkungan kami, apakah itu di sekolah, di gereja, di rumah, begitu mendengar ada bunyi telepon masuk, belum diangkat biasanya mereka akan langsung spontan menjawab: “Agus,..Agus..!” Sampai-sampai pernah saat saya sedang bertelepon dengan seorang sahabat, tiba-tiba boloku (baca: putri bungsu saya) menyeruakkan kepalanya dari belakang seraya meneriakkan kalimat itu persis di depan ponsel saya, sehingga sahabat saya di seberang sana menjadi kaget, walau akhirnya ia tertawa juga mendengarnya.
Fenomena yang hampir sama pernah terjadi tahun lalu, dimana seseorang karena besar mulutnya akhirnya ia terpaksa menikah dengan seekor kambing (!). Saat itu, siapa pula yang tidak tersenyum melihat kelucuan yang ditampilkan iklan TV yang dibuat hingga beberapa seri tersebut? Sampai, sampai pada suatu saat mulai banyak terdengar protes di sana-sini, hingga akhirnya sebuah keberatan atas iklan tersebut dimuat dalam rubrik Redaksi Yth di harian KOMPAS tanggal 5 April 2008, yang kemudian dibalas pula oleh sang GM dari perusahaan telekomunikasi terkait yang membuat iklan tersebut pada tanggal 15 April 2008, dengan mengatakan bahwa iklan tersebut sudah sesuai, dengan alasan promo dan kreativitas. Apapun jawaban sang GM, belakangan iklan tersebut memang tidak pernah ditayangkan lagi, dan iklan-iklan lain yang menyusuli dari perusahaan telekomunikasi tersebut tidak pernah lagi membuat iklan yang mirip dengan iklan yang banyak diprotes tersebut.
Kekasih-kekasih yang budiman, kembali ke iklan “si Agus” ini, saya tidak tahu, apakah saya sendiri yang kelewat sensitif, atau memang ada yang “salah” dengan iklan tersebut. Saya memang mengikuti “ulah” si Agus ini, meski saya tidak hafal urut-urutannya, mulai dari yang pertama hingga seri yang terakhir. Namun karena sudah berulang-kali menyimak tayangan iklan tersebut, belakangan indera saya seperti “menangkap” sesuatu yang tidak mengenakkan dalam iklan tersebut. Saya kira kita semua yang di sini sudah pernah berada dalam situasi yang menegangkan atau menuntut konsentrasi tinggi, entah itu menunggu istri melahirkan, dikejar deadline, menunggu hasil diagnosa penyakit, menulis evaluasi hasil kerja, menyetir di jalan tol, dan lain sebagainya. Di saat-saat seperti itu, bagaimana jika tiba-tiba telepon kita berdering, dan begitu kita angkat, tahu-tahu seseorang di ujung telepon sana, yang tidak kita kenal dan tidak mengenal kita, berceloteh seperti si Agus ini? Apakah saat itu kita masih bisa tersenyum, seperti sekarang ini, kalau kita menyimak iklan tersebut di layar TV?......
Shalom!
(…shema‘an qoli, adonai…)
__________________
(...shema'an qoli, adonai...)
Belum ada user yang menyukai
- ebed_adonai's blog
- Login to post comments
- 5879 reads
Pengamatan yang cermat. Apa
Pengamatan yang cermat. Apa yang dilakukan oleh Agus itu memang dapat dikategorikan sebagai invasi terhadap privasi.
.........................................
“Jaman lagi susah, buat apa susah? Susah itu tiada gunanya ”
~Manthous
------------
Communicating good news in good ways
he he he....
agak gondog juga sih....kalau lagi sibuk nerima telp kayak gitu...
tapi bisa aja untuk memecahkan keteganngan dengan ...sejenak konsentrasi ke si agus itu...he he he
itung2 tensi bisa kendor dikit atau tambah tinggi...:)
Salam...
Salam...
@purnawan: jadi hilang....
Saya juga akhirnya jadi merasakan seperti itu mas Pur, sehingga kelucuannya lama-lama jadi hilang deh. Semoga kali ini KOMPAS mau mempublikasikan email saya tentang hal itu...
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
@crom: jadi muncul (lagi)....
Membaca komen anda ("..itung2 tensi bisa kendor dikit.."), saya lalu merenung sejenak, dan,....he..he..he, memang bisa juga yah jadi seperti itu. Malah terhibur. Sepertinya memang tergantung tekanan situasi dan suasana hati kita. Tapi menurut hemat saya hal seperti itu walau bagaimanapun sudah termasuk mempermainkan orang lain, walau kita bisa saja justru jadi tertawa...
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
@ebed_adonai
tergantung saklar otomatisnya....
takutnya saklarnya gak langsung arah yang kendor...eh malah ke arah yang tinggi...karena kaget...jadi harus minum obat katopril...ha ha ha:)
Salam...
Salam...
Sama Seperti ...
Ada orang nelp ke hp aku dan menanyakan sebuah nama, yang tidak kukenal, trus ku bilang maaf pak/bu salah sambung sepertinya, eh ternyata dia jawab, "UDAH TAU SALAH SAMBUNG MASIH JUGA DIANGKAT" nuttt Nutttt Nuttt. Suara Hp dimatikan dari sebrang...
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@sandman: memang kacau...
Memang kacau tuh orang yang seperti itu. Kita mau baik malah balik dimarahi. Untung dia tidak salah menelepon ke seorang teman saya dulu, yang memang agak-agak gokil, kalau ketemu orang yang salah menelepon, do'i malah mengaku-ngaku sebagai orang yang dicari...
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)