Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ramah
"Monggo mampir, mas." (Mari mampir, kak). "Monggo pinarak." (Mari duduk.) Kalimat-kalimat itu akan sering kita dengar kalau kita yang dari kota mampir ke salah satu desa di jawa tengah atau jawa timur. Tidak hanya itu, kalau ada orang kota datang ke rumah seorang di desa, biasanya dengan senang hati semua yang ada di rumah akan diberikan, termasuk buah-buahan seperti kelapa, jambu, mangga atau yang lainnya. Itu yang mungkin kita sebut keramahan orang desa, atau keramahan khas Indonesia.
Keramahan yang khas tersebut agaknya sudah mulai luntur kalau tidak ingin mengatakan hilang sama sekali. Sebagai contoh, seorang rekan yang juga pendeta pernah bercerita bahwa dulu di desanya, di depan rumah setiap warga di tepi jalan besar selalu tersedia kendi berisi air siap minum, tujuannya untuk menyediakan minum bagi pejalan kaki yang pulang dari atau pergi ke pasar dan kehausan. Kini, kendi-kendi berisi air itu telah hilang, mungkin tergantikan oleh penjaja air dalam kemasan.
Keramahan yang dipuji oleh hampir semua turis ke Indonesia tersebut, kini sering berganti dengan wajah-wajah beringas yang sering dijumpai di siaran berita di televisi. Ke mana gerangan keramahan tersebut? Kini marilah kita mengambil waktu sejenak untuk merenungkan pola keramahan dalam PL dan PB, serta bagaimana keramahan menurut beberapa pemikir kontemporer.
Keramahan dalam PL
Salah satu contoh yang kerap dikutip tentang keramahan dalam PL adalah kisah Abraham yang menjamu tamu-tamu tidak dikenal, yang ternyata mereka adalah malaikat (Kej. 18). Bayangkan, di tengah terik siang hari, Abraham berlari menemui beberapa orang asing, menyiapkan makan dan minum, serta menjamu mereka dengan keramahan khas Mediteranian.
Dalam pola keramahan atau hospitalitas khas Timur Tengah tersebut, ada beberapa langkah dalam prosesnya:[1]
a. Perkenalan: tuan rumah akan menanyakan asal usul tamu serta tujuannya
b. penyelidikan singkat: tuan rumah akan menanyakan beberapa hal tentang tamu tersebut, untuk memastikan bahwa dia bukan orang jahat atau berniat jahat
c. Jamuan: tuan rumah menyediakan makan, minum, kadang pakaian dan tempat berteduh
D. harapan akan hubungan yang berlanjut: orang asing mungkin memberikan hadiah, atau janji akan menyambut di kemudian hari, atau salam dari seorang yang penting.
Dalam PL memang salah satu perintah yang diberikan Tuhan adalah memperlakukan orang asing dengan ramah.
Keramahan dalam PB
- Keramahan Bapa: Yesus memperkenalkan Allah sebagai Bapa yang Maha Kasih dan Pemelihara Kehidupan. Ia yang mendandani bunga bakung di ladang, serta menurunkan hujan serta memberikan sinar matahari bagi orang baik dan orang jahat, adalah sumber utama dari keramahan kristiani. Keramahan Bapa ditunjukkan dengan baik dalam perumpamaan tentang kembalinya anak yang hilang.
- Keramahan Ibu: para perempuan di sekitar Yesus tampil sebagai rekan penolong yang setia melayani Yesus dan murid-murid-Nya, termasuk Maria dan Marta, Maria Magdalena dll.
- Keramahan Anak: Allah Putra menuruti perintah Bapa dengan cara turun ke bumi menjadi manusia, dan menjumpai umat ciptaan-Nya yang bandel-bandel dan cenderung menyukai kegelapan (Yoh. 1:1-14). Ia yang adalah tuan rumah dan pemilik alam semesta bersedia lahir dalam wujud anak seorang tukang kayu dalam segala kebersahajaannya, dan seumur hidup-Nya Ia adalah penerima keramahan (hospitalitas) orang-orang di sekitar-Nya.
- Keramahan sebagai Anugerah Umum: kisah tentang orang Samaria yang baik hati menunjukkan dengan baik gagasan khas Yesus bahwa orang-orang yang mungkin kita anggap tidak mengenal Allah justru sering kali menunjukkan keramahan (hospitalitas) kepada sesamanya. Dalam konteks ajaran Calvin, ini mungkin dapat disebut sebagai petunjuk adanya Anugerah Umum, sementara itu dalam konteks pemikiran Amos Yong (lihat di bawah), keramahan antar sesama tersebut dianggap merupakan hasil karya Roh Kudus dalam agama-agama lain (menurut teologi agama-agama berbasis pneumatologi).
Keramahan dalam pemikiran kontemporer
Ada banyak penulis yang telah memikirkan mengenai topik keramahan (hospitalitas) tersebut, di antaranya Jacques Derrida, Amos Yong dan Andrew Shepherd. Berikut ini adalah ringkasan pandangan Amos Yong yang dikutip dari tesis seorang sahabat saya [3].
Amos Yong memulai dengan Yesus sebagai paradigma dari hospitalitas. Menurut Yong, Yesus mewakili dan mewujudkan hospitalitas Allah. Dalam perspektif Lukas, Yesus adalah yang diurapi, Kristus, dan pribadi yang diberdayakan oleh Roh Kudus dalam segala aspek kehidupan dan pelayanan. Yong mengarahkan fokusnya pada tiga motif [3, hal. 29-30]:
a. Hospitalitas Allah dapat dilihat dalam keberadaan Yesus sebagai penerima (sekaligus pemberi) hospitalitas yang patut untuk ditiru. Dalam kalimat lain, Yesus sekaligus adalah tamu asing bagi dunia (stranger), tapi juga yang empunya kebun yang datang pada milik kepunyaan-Nya. Ia adalah pendatang sekaligus tuan rumah.
b. Jika kita perhatikan Injil dengan seksama, maka kita akan menemukan fakra bahwa dalam kisah perjamuan makan, penerima hospitalitas ilahi yang paling bersemangat bukanlah para pemimpin agama namun orang-orang miskin dan tertindas.
c. Berdasarkan kisah orang Samaria yang murah hati, orang yang berlainan iman dipandang bukan sekedar sebagai sarana perpanjangan tangan Allah untuk menolong umat-Nya, namun juga memiliki kemungkinan untuk memperoleh hidup yang kekal (Luk. 10:25).
Lebih lanjut Amos Yong menyatakan bahwa hospitalitas Trinitarian sebagaimana termanifestasi melalui tubuh Kristus bukan sekadar christomorphic namun juga diberdayakan oleh Roh Kudus. Amos Yong secara sadar sedari awal membangun pendekatan hospitalitas bukan sekadar sebagai kepercayaan Kristen namun lebih daripada praktik dari teologi agama-agama yang berbasis pneumatologis. Karena itu, penulis lain berpendapat:"konsep hospitalitas yang menjadi kunci dari pemikiran Yong juga relevan dalam konteks Indonesia. Konsep ini bahkan telah mengakar di dalam kultur bangsa Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan toleransi."[2]
Para pemikir lain seperti Derrida agak berbeda dalam menggarap tema hospitalitas ini, namun untuk ringkasnya silakan lihat [1]. Sementara itu Shepherd menulis disertasi di Universitas Otago dengan topik teologi hospitalitas. [4] Namun demikian, perlu dicatat bahwa ada juga yang mengambil sikap kritis terhadap pendekatan hospitalitas untuk membangun dialog teologis.[5]
Demikian uraian singkat tentang topik yang sangat aktual bagi bangsa ini. Kiranya berguna dalam menggugah kembali budaya keramahan bangsa Indonesia, bukan budaya saling mencederai dan saling melukai.
Bagaimana pendapat Anda?
Note: artikel ini sekalipun bukan ringkasan yang memadai, terinspirasi dari tesis yang ditulis sahabat saya: Pdt. Welko Henro Marpaung, MTh., tentang pemikiran Amos Yong. [3]
Versi 1.0: 19 Nopember 2015, pk. 17:41, versi 1.1: 20 Nopember 2015, pk. 00:13
VC
Referensi:
[1] Jason Foster. Hospitality: The Apostle John, Jacques Derrida, and Us. Reformed Perspectives Magazine, 2007. Url: http://thirdmill.org/newfiles/jas_foster/jas_foster.hospitality.html
[2] Hans Abdiel Harmakaputra. Melepas bingkai: upaya pencarian jalan-jalan lain yang mengatasi kebuntuan model pendekatan tipologi tripolar dalam diskursus teologi agama-agama kontemporer. Jakarta: Grafika KreasIndo, 2014.
[3] Welko Henro Marpaung. Pendekatan Hospitalitas sebagai praktik teologi agama-agama pentakosta karismatik Amos Yong yang berbasis Pneumatologi dalam dialog dengan konteks Indonesia... Tesis Magister Teologi, STT Satyabhakti, 2015.
[4] Andrew Shepherd. The gift of the other: Levinas, Derrida and a Theology of Hospitality. PhD dissertation at University of Otago, New Zealand, Dec. 23. 2009. Url: https://ourarchive.otago.ac.nz/handle/10523/5655
[5] J. Eliot. Url: http://womenintheology.org/2014/03/10/the-myth-of-christian-hospitality-and-theological-dialogue-or-its-a-trap-trust-me/
Dari seorang hamba Yesus Kristus (Lih. Lukas 17:10)
"we were born of the Light"
Prepare for the Second Coming of Jesus Christ:
http://bit.ly/ApocalypseTV
visit also:
http://sttsati.academia.edu/VChristianto
http://bit.ly/infobatique
- victorc's blog
- Login to post comments
- 5043 reads