Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Metode Membaca Alkitab by mas Ded

Mas Ded's picture

Banyak orang berusaha membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Dan tidak sedikit dari kita yang gagal melakukannya.


Okelah bila dimulai dengan semangat yang berapi-api, setelah dua tiga bulan akan berhenti juga. Terlebih mulai membaca kitab-kitab yang ngebosenin seperti imamat dan bilangan. Andaikan tidak berhenti disana, akan berhenti di kitab-kitab nabi-nabi besar, berhenti di antara Yesaya sampai Yehezkiel.


Waktu saya pertama kali mencoba membaca keseluruhan Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, saya berhenti di tengah-tengah kitab perjanjian lama. Ya dari mulai Ayub sampai kitab ratapan dan Yehezkiel benar-benar berhenti. Dan tentu saja sampai akhir tahun mentok disana.


Lalu tahun kedua saya bertekad kembali membacanya sampai habis. Dan memang bisa, karena saat itu sedang cinta mula-mula. Dari kitab Kejadian sampai Wahyu. Tetapi sangat banyak ayat yang tidak saya mengerti, dan karena disarankan untuk menandai setiap ayat yang menarik, akibatnya Alkitab yang saya baca menjadi kotor dan penuh dengan stabilo disana sini.


Tahun ke tiga mulai mengganti Alkitab, dan mulai tidak menaruh tanda dengan stabilo, tetapi hanya menggaris bawahi angka pada ayat yang saya sukai. Hal ini juga kurang baik. Sehingga saya memutuskan untuk berhenti menandai Alkitab itu.

Ketika ada sahabat yang merupakan mentor dalam mencari Tuhan datang ke rumah saya, dia bertanya: "coba lihat Alkitab kamu donk Ded?"

Tentu saja Alkitab saya hanya sedikit coretannya. Dan dia bertanya: "kamu nggak tandai lagi?"

Jawab saya: "bagi saya semua ayat itu menarik. Jika dibaca secara lengkap. Justru penanda dalam Alkitab mengurangi saya dapat fokus untuk mempelajari ayat yang lainnya. Jadi saya tidak mau memberi tanda pada ayat atau kata yang menarik."

 

Beberapa Tahun kemudian. Saya berpendapat bahwa lebih mudah orang Kristen membaca Perjanjian Baru ditambah kitab-kitab Mazmur dan Amsal, sebelum membaca keseluruhan Alkitab.

Minimal perlu membaca Perjanjian Baru dua kali. Sebelum memutuskan membaca keseluruhan Alkitab dari Kejadian Sampai Wahyu. Sebab sebagian nubuatan yang dituliskan pada Perjanjian Lama telah digenapi di dalam Perjanjian Baru. Apabila kita telah membaca kitab Perjanjian Baru, maka kita akan menemukan korelasi antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru.

Setelah itu mulailah ambil keputusan untuk mempelajari Alkitab secara detail. Walaupun beberapa gereja tidak mengharuskannya. Tetapi sebagai pengikut Kristus kita wajib melakukan pembelajaran Alkitab baik secara pribadi maupun secara kelompok.

Saya bersyukur mempunyai kakak-kakak rohani yang baik, yang sering saya hujani dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu ayat. Sampai akhirnya saya mengenal yang namanya Doktrin atau Ajaran atau Sudut Pandang Penafsiran yang berbeda-beda. Dan setiap sudut pandang itu tentu ada kelebihannya.

Kita tidak bisa secara membabi buta mengatakan doktrin si A 100% benar. Bila benar demikian maka doktrin si B, si C dan si si lainnya tidak 100% benar donk ya?

Menariknya saya belajar dari kakak-kakak rohani yang berlatar belakang doktrin yang berbeda-beda. Ada yang dari Kharismatik, Protestan, Oikumene, dan doktrin-doktrin lainnya. Sehingga satu ayat yang sama dapat memiliki penafsiran yang berbeda-beda.

Bila kita menganggap doktrin kitalah yang paling superior, maka dapat dipastikan bahwa kita akan menganggap saudara kita yang mempercayai doktrin lainnya sebagai orang yang sesat.

Saya beruntung mempunyai gembala yang terbuka pikirannya. Sehingga meskipun dari doktrin GPdI, namun tidak terlalu kaku terhadap hal-hal yang baru. Contohnya dalam hal penggunaan teknologi. Disaat Alkitab Elektronik dianggap tabu untuk dipakai di gereja. Gembalaku sudah memakainya untuk mempelajari Alkitab dan untuk membawanya saat khotbah diatas mimbar.

 

Bagi saya pribadi lebih mudah membaca Alkitab di smartphone, daripada membacanya dari bentuk buku atau media cetak. Selain itu kita juga dapat menambahkan Marka atau menandai Ayat-ayat yang kita sukai dan mengelompokkannya sesuai dengan tema atau suatu topik tertentu.

Bahkan kita dapat menaruh catatan pada suatu ayat, sehingga kita tidak perlu bolak balik buku catatan untuk mencari penjelasan dari suatu ayat yang telah kita pelajari.

Tetapi apabila kita kesulitan untuk konsentrasi dalam membaca Alkitab melalui smartphone, maka kembalilah membaca Alkitab versi cetak.

Dalam kehidupan sehari-hari, Salah satu yang saya selalu bawa kemana-mana adalah Alkitab. Dan setiap kali membeli HP baru atau lebih tepatnya dikasih HP baru oleh seseorang. Maka yang pertama-tama saya install adalah Alkitab Sabda, dan segala aplikasi pendukungnya. Lalu aplikasi pencatat atau semacam notepad, dan antivirus Avast.

Ketiga jenis aplikasi itu selalu ada di semua smartphone-ku. Awalnya tentu pernah diledek sebagai orang yang "sok rohani". Tetapi beberapa Tahun ini, mereka sudah segan meledek saya dengan kata-kata seperti itu. Kecuali orang yang tidak mengenal saya, maka mereka mungkin akan berkata seperti itu juga.

 

Membaca Alkitab itu menyenangkan. Setelah lebih dari sepuluh kali membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, kita akan menyadari bahwa banyak sekali ayat yang menarik. Dan tentu saja kita juga akan menemukan banyak sekali pendeta yang kurang punya waktu untuk belajar Alkitab. Sehingga hanya memakai ayat yang itu-itu saja. Dan pembahasannya pun tidak mendalam.

Bila kita sudah mulai mengkritik pendeta atau hamba Tuhan yang menyampaikan khotbah. Maka sebaiknya kita cepat-cepat bertobat.

Meskipun mereka salah, andaikan kita tidak dapat menegur atau menasehatinya. Sebaiknya kita tetap tidak memberontak terhadap pendeta itu. Hanya saja kita juga jangan turut melakukan ajaran yang salah, yang disampaikan oleh pendeta itu.

Saya sendiri pernah melalui fase seperti itu. Hobi sekali mengkritik pendeta. Sampai mengatakan sesat atau kurang belajar pada pendeta-pendeta yang khotbahnya salah-salah ayat. Sampai suatu saat saya diberikan hikmat oleh Tuhan untuk belajar tentang Kasih yang sesungguhnya.

Dalam kasih, kita dapat mengerti mengapa seseorang mengkhotbahkan suatu ayat dengan penafsiran yang unik atau dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin pendeta itu dari latar belakangnya yang berbeda dengan kita. Mungkin juga karena senior atau pendahulu dari pendeta itu mengajarkan hal yang demikian kepadanya, sehingga membawakan suatu ayat dengan tafsiran yang tidak semestinya.

 

Setelah belasan kali membaca Alkitab. Kita mungkin akan merasa bosen. Sebab jumlah ayat dan pasal dalam Alkitab tidak bertambah. Mendengar khotbah pun akan terasa hambar bila kita tidak serius dalam mendengarnya. Dan saya pun bingung dengan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa Alkitab itu selalu baru. Baru dari mana? Kalau sudah belasan kali membaca Alkitab, ayat-ayat di Alkitab tidak berubah. Kecuali kalau kita membaca dalam terjemahan Alkitab lainnya.

Tetapi bukan berarti membaca Alkitab sudah tidak perlu lagi. Sampai saat saya menulis ini, saya masih membaca Alkitab setiap hari. Walaupun sudah belasan kali membaca dari Kejadian sampai Wahyu, tetapi Tuhan tetap membawa saya kepada hal-hal yang baru.

 

Bila dulu membaca Alkitab mencari tentang kebenaran atau keberadaan Allah, lalu mencari bagaimana cara mencari pasangan hidup yang sesuai Firman Tuhan, dan kini Tuhan sedang membawa saya untuk mempelajari dari sudut pandang kuasa. Jadi apabila belakangan ini saya selalu menulis tentang hal-hal yang mistis. Itu adalah dari pembelajaran yang Tuhan mau saya ajarkan kepada orang-orang lainnya.

Jadi yang baru adalah sudut pandangnya. Bukan ayatnya yang baru. Ayat dalam Alkitab akan selalu sama, dan tidak berubah. Kecuali ada penemuan-penemuan baru yang dapat melengkapi penemuan-penemuan sebelumnya.

Jadi yuk mari kita membaca Alkitab setiap hari. Dan sudah akhir Agustus, bila mau mengikuti saran dari saya. Maka mulailah membaca kitab Perjanjian Baru dari Matius sampai Wahyu. Cukup tiga pasal setiap hari. Maka pada akhir tahun kita akan selesai membaca seluruh kitab Perjanjian Baru. Setelah itu pada Awal tahun 2020 kita dapat memulai membaca dari Kejadian sampai Wahyu.

Metode yang saya sarankan adalah bacalah Alkitab setiap hari sampai suntuk. Dan buatlah komitmen membaca Alkitab minimal tiga pasal setiap hari. Kalau membacanya melalui smartphone, maka kita dapat berhenti  di ayat manapun. Dan untuk awal-awal baca, jangan ragu untuk menandai semua ayat yang kita anggap menarik ataupun yang belum kita pahami.

Membaca keseluruhan Alkitab secara cepat hanya membutuhkan waktu sekitar sembilan puluh jam. Bila kita membaca Alkitab satu jam setiap hari. Maka dalam tiga bulan sudah membaca dari Kejadian sampai Wahyu. Masalahnya tidak semudah itu Ferguso.

Disaat kita membaca ayat atau pasal yang menarik, rasanya kita ingin membacanya pelan-pelan. Menikmati cerita itu, kata demi kata. Sehingga sering kali membutuhkan waktu dua sampai tiga kali lipat dari yang seharusnya.

Lalu yang menjadi masalah selanjutnya adalah apabila di gereja lokal tidak ada komsel atau pihak gereja yang siap menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kita. Maka solusinya adalah dengan menanyakan melalui forum-forum Kristen, atau grup-grup Kristen seperti grup alumni PESTA di Facebook.

Jadi mari kita membaca Alkitab.