Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

MATAHARI DAN ANGIN BEREBUT TOPI

Tante Paku's picture

    

     Yang dibutuhkan di dunia ini bukanlah nasihat, tetapi contoh, karena setiap orang bodoh pun bisa memberi nasihat. Karena seorang yang bodoh mengosongkan kepalanya setiap kali ia membuka mulutnya.

     Semakin bertambahnya tahun, semakin bertambahnya manusia membuat alam mengalami banyak perubahan karena ulah dari sebagian manusia yang tidak mengenal Tuhan dengan benar. Apakah merusak alam adalah karena cintanya kepada Tuhan yang telah memberikan bumi dan seisinya ini kepada kita untuk bebas kita memperlakukannya? Akibatnya alam pun sering tidak dianggap bersahabat ketika bencana alam melanda. Cuaca cepat sekali berubah bahkan sering tidak sesuai dengan ramalan, ramalan yang sering mengagulkan kesombongan sendiri daripada mencari hikmat Tuhan. Jangankan kita, alam yang "sombong"pun pasti Tuhan mengetahuiNya.

Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh (Mazmur 138 : 6)

     Siang yang panas tetapi belum menyengat, bertemulah Angin yang lagi sombong karena merasa membuat kesejukan akibat ulah Matahari yang tak mau mengurangi sinarnya. Mereka terlibat pembicaraan tentang kehebatan masing-masing. Dengan congkaknya berkatalah Angin kepada Matahari.     

     "Hei Matahari, asal kamu tahu, akulah yang menguasai Dunia ini!"

     "Ah, yang benar," jawab matahari sembari tersenyum.

     "Lho kamu meragukan kehebatanku? Kalau mau tahu mari kita adu kesaktian saja." tantang sang Angin dengan sombongnya.

     "Baiklah, kalau kau menghendakinya. Tapi caranya gimana bro?"

     "Lihatlah di bawah sana ada orang yang sedang berjalan mengenakan topi mirip topinya mbah Surip. Nah siapa yang dapat melepas topi yang dipakainya, itulah yang menang!"

     "O begitu, baiklah. Lantas siapa yang memulai terlebih dahulu?"

    "Biarlah aku dulu yang memulainya," sahut Angin yang lalu menghembuskan angin dengan sekuat tenaga ke arah orang yang mengenakan topi itu. Tapi sial baginya, begitu ada hembusan angin kencang orang tersebut justru memegang topinya dengan erat, karena takut terbawa angin.

     Sang Angin pun semakin kuat meniupkan angin sampai terkentut-kentut dan kehabisan nafas akhirnya.

     "Hos, hos, hos....," nafasnya tersengal-sengal tapi orang yang mengenakan topi itu masih kuat memegang topinya. "Oke, aku menyerah, sekarang giliran kamu bro ....hos...hos...hooosss...."

     Dengan tersenyum Matahari mulai unjuk kesaktian. Sinarnya semakin terik untuk menghasilkan panas yang melebihi panas-panas sebelumnya. Segala sesuatu akan datang kepada yang sabar menunggu. Akhirnya ....saking panasnya, orang yang mengenakan topi itu  melepaskan topinya untuk dikipas-kipaskan ke tubuhnya yang kegerahan.

     Melihat kejadian itu, sang Angin terdiam seribu basa, tak bisa berkata-kata lagi, dengan rasa malu ia pun pergi tanpa pamit. Entah masih bisa sombong lagi atau tidak?

     "Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat." (Ams 8 :13)

 

 

                                                                *****

 Semoga  Bermanfaat  Walau  Tak  Sependapat

 

 

 

    

 

                                                          

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat