Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Dunia Anak: Sebuah Keajaiban

Love's picture

Aku bersyukur kepada Allah yang menempatkan anak-anak di sekelilingku, sehingga aku semakin mengenal betapa uniknya Allah menciptakan mereka. Mereka belajar secara alami dari
apa yang mereka lihat, pegang, dengar, makan, atau yang mereka cium.

Ika, 3 tahun. Dia menuangkan seluruh serbuk sabun cuci di wajan penggorengan mamanya, yang masih penuh dengan minyak goreng. Saat dia sedang asyik
berkesperimen, tiba-tiba mamanya datang dengan teriakan keras dan lantas menyeretnya
dari depan wajan yang sudah berbusa itu. Cika hanya bisa menangis. Dia menangis bukan karena sebal dimarahi,
tetapi menangis karena tidak bisa menjelaskan bahwa dia melakukan itu, hanya karena
sabun itu yang ada didekatnya untuk ditaruh di wajan. Dia pikir apa saja bisa dimasukkan ke wajan
itu untuk dimasak.

Ian, 3 tahun. Dia mengambil sapu lidi dan menyapu, atau
lebih tepatnya mengobrak-abrik semua sampah yang ditaruh ibunya di depan pintu
gerbang agar mudah diambil pengambil sampah.
Ibunya memarahinya dan mengatakan, “Nakal sekali kamu!” Padahal, mungkin
dia melakukan itu karena merasa dia sedang membantu ibunya menyapu
sampah-sampah yang baginya masih berserakan itu.

 

Dani, 6 tahun, memotongi sol sepatu dan sandal jepit yang
ada di rumah untuk membuat mobil-mobilan.
Mamanya histeris karena sepatu kesayangannya pun tidak luput dari
gunting si Daniel. Sang Mama memilih
meratapi sepatunya daripada memuji karya original si Daniel, sebuah mobil dari sol
sepatu dan karet sendak jepit.

Vivi, 7 tahun, membongkar seluruh lemari mamanya untuk memadumadankan
baju-baju mamanya di badannya. Tidak lupa juga mengoleskan tebal-tebal seluruh
make up mamanya di wajahnya. Mamanya
berkacak pinggang melihat itu. Padahal
Vivi melakukan itu karena kagum kepada mamanya yang selalu cantik menggunakan
seluruh baju dan make up itu. Dia juga ingin cantik dan terlihat dewasa seperti
mamanya.

 

Didi, 4 tahun, bertanya kepada mamanya, “Ma, kenapa sih bapak-bapak
itu tidurnya sama ibu-ibu?” Mamanya menjawab dengan sekenanya, “Ya, karena ngantuk!”

 

Itu baru yang aku lihat dan aku dengar dari pengalaman
bocah-bocah yang ada di sekelilingku.
Mereka belajar dengan cara mereka sendiri. Sebagian besar yang mereka
lakukan adalah karena meniru apa yang orang tua atau orang yang ada di dekatnya
lakukan. So, kalau mereka kelihatan begitu nakal, jangan buru-buru marah.
Karena toh dia hanya meniru, atau pada dasarnya mungkin dia ingin menolong
dengan caranya, dia ingin menyatakan kekagumannya, dia ingin membantu, atau
membuat Anda kagum or senang. Sulit
menebaknya memang. Tetapi dengan itulah mereka belajar banyak hal dalam hidup.

 

Bagiku, anak-anak tetap merupakan keajaiban!

Josua Manurung's picture

They are Angels for me...

Dari dulu saya selalu menganggap mereka itu Angels... entah karena adik saya meninggal ketika dilahirkan... entah karena keteduhan mata mereka ketika melihat kita tanpa kepura-puraan... atau senyum mereka yang tulus tanpa dibuat-buat... atau karena teriakannya yang keras di pagi hari... karena ketidaknyamanan atau merasa tidak dimengerti... Lalu ketika tangannya memegang erat jarimu... TUHAN seolah berkata... jangan takut... AKU Bersamamu Selalu... BIG GBU!
__________________

BIG GBU!

Love's picture

malaikatku :)

Bung Josh, kalimat Anda tentang adik Anda yang meninggal ketika dilahirkan, membuat bayangan anak saya yang sudah di surga muncul. Jika Bung Josh menganggap mereka itu Angels, saya malah sudah punya Angel kecil di sana :)

I miss him .....

anakpatirsa's picture

Kisah Sebutir Kelereng

Jadi ingat cerita tentang Aida, adik bungsu kami. Waktu adik bungsu kami kecil, kami suka memegang hidungnya yang selalu berkeringat. Entah mengapa kebiasaan ini menurun kepadanya. Ia suka memegang hidung anak kecil. Setiap melihat anak kecil, tidak peduli kenal orang tuanya atau tidak, ia akan memegang hidung anak itu. Dan entah mengapa hampir setiap anak kecil yang diperlakukan demikian pasti senang, apalagi bayi yang masih dalam gendongan. Mungkin adik kami tahu cara melakukannya sehingga tidak menyakiti si bayi. Bayinya malah akan tersenyum, juga orang yang menggendong bayi tersebut juga ikut tersenyum, senang melihat anak yang digendongnya memperlihatkan giginya yang baru tumbuh. Sekarang adik bungsu kami ini sudah menjadi guru, mengajar di sebuah sekolah dasar di kampung kami. Kebiasaan memegang hidung ini tidak hilang begitu saja. Ia tidak bisa menahan godaan memegang hidung anak kelas satu dan kelas dua, bahkan ketika ia melewati kelas dan berpapasan dengan seorang anak, ia akan berhenti dan memainkan hidung anak tersebut. Ada anak yang walaupun masih kelas 1, sudah sedikit nakal, pernah datang terlambat upacara bendera. Adikku yang sedang tugas piket tidak bisa menahan godaan memegang hidung anak tersebut. (Di kampung kami tidak ada istilah anak diantar oleh orang tuanya. Semua anak datang ke sekolah sendiri dan berjalan kaki -- kadang-kadang ada anak yang bangun kesiangan). Waktu istirahat siang anak tersebut berlari ke arah Aida dengan tangan terjulur, ternyata ia mau memberikan adik perempuan kami ini sebuah kelereng, hasil kemenangannya. "Untuk ibu", katanya. "Oh, terima kasih," jawab adikku, "tetapi saya tidak bisa main kelereng." "Kalau ibu tidak mau, untuk anak ibu saja." katanya kepada adik kami yang baru lulus kuliah dan pacarpun waktu itu ia belum punya. Sepertinya dalam pikiran polos seorang anak, seorang guru pasti sudah punya anak. Sampai di rumah Aida menceritakan kejadian ini kepada kakak kami, dan kelereng itu sampai sekarang masih disimpan, ia berharap bisa memberikan kelereng itu kepada anaknya nanti.
Kolipoki's picture

balasan ato blog?:p

mendingan buat blog lagi deh om:p

 

Btw, akhir2 ini aku juga merasakan keajaiban berada diantara anak2, hal yg sebelumnya aku hindari bgt. pernah aku hampir nangis karena rada putus asa ngadepin Jemmy. dia anak kelas 2,...lambat bgt. klo ngomong juga lamaaaaaaa bgt.udah gitu air ludahnya suka ngumpul di ujung bibir dgn bentuk buble gitu.Tapi lewat jemmy aku belajar untuk bersabar,tidak semua orang bisa berpikir cepat.ada org2 yg lambat dan udah semestinya aku sabar dengan orang yang lambat karena aku pun masuk gol org2 spt itu dan selama ini banyak org yg sabar ngajarin akuInnocent

__________________

www.talentakasih.or.id

Love's picture

Jadi gurukah sekarang?

Halo non, Jadi gurukah u sekarang? Kalo iya, selamat! selamat memasuki dunia yang benar-benar unik, dan yakinlah mereka akan menjadi guru-guru kecilmu. Banyak hal yang akan kamu alami bersama mereka.ada sukanya, ada dukanya, ada bingungnya, ada anehnya, dan lain-lain deh .... seru deh jadi guru.

Paling seru kalau punya murid kaya Toto Chan he he he he he he

 

 

Love's picture

Chicken Soup

komen kamu ini kayaknya cocok jadi salah satu tulisan Chicken Soup loh Yup :)

Paragraph terakhir bikin aku merinding loh .... :)  

John Adisubrata's picture

Timbal Balik

Saya juga pernah mengalaminya ketika mengajar di sebuah sekolah yang bernama 'Churchie' (Anglican Church Grammar School) di kota Brisbane. Anak-anak yang tampaknya susah sekali untuk diajar, justru mendidik dan mendorong kita untuk menjadi pengajar-pengajar yang lebih mahir.

Memang benar, mereka yang memerlukan waktu kita secara berlebihan, harus menerima perhatian khusus tersebut. Itu adalah tugas kita. Menanamnya akan selalu membuahkan kebaikan di masa yang akan datang bagi mereka.

Percayalah, hal itu tidak akan dilupakan oleh mereka untuk selama-lamanya!

Syalom,

John Adisubrata

xaris's picture

Dari mulut anak-anak

 

Yellow Evie,

 

Seorang temenku pernah sharing komentar anak2 yang dia dapet dari buletin gereja Orthodox Presbyterian Church:

In our family devotions, we were reviewing the encounter between John the Baptist and the Pharisees and Sadducees in Matthew 3.  When asked what John called those religious leaders, our son Benjamin paused for a moment and then answered, “You brood of diapers!”  –Peter Moelker (Lisbon, N.Y.)

At our church (Grace OPC in Hanover Park, Illinois), we sang the hymn “El-Shaddai.”  But four-year-old Bethany Johnson was confused.  So she asked one of her older sisters, “Why did Elsha die?”  –Mark deRu (Bartlett, Ill.)

I was grading some third grade Bible tests at a Christian school. The question was, “Does anyone really get away with sin?  Why or why not?”  One pupil answered, “No, because God always knows if we have sinned.  And our parents usually find out.”  –Holly Wilson, (Indianapolis, Ind.)

 

Seorang rekan blogger juga sharing tentang anaknya begini: 

Some time back during family worship, Chloë and I read about Noah and the Ark. We talked about how God told Noah to get two of each animals to put on the Ark. I suppose this got her little mind thinkin’ about animals all night. Anyway, the next morning before church we were reading about the creation of Adam & Eve and the fall.

We read where God gave men dominion over all the animals. In order to explain dominion to her, I told Chloë (emphasis added), “God was telling Adam that all the animals were under him and that they could not rule over humans.” So we keep reading for a few sentences and all of a sudden Chloë stops me an asks, “Daddy, are giraffes real?”

Distracted, I responded, "Well, yeah they're real." Chloe: "And they're really big, aren't they? Me: "Yes." Punchline from Chloe (emphasis added): "So they could roll over us, couldn't they? -Josh Hicks (reformersandpuritans@blogspot)

LaughingLaughingLaughingLaughing

hai hai's picture

Anakku VS Anjingku

Anjingku yang sekarang namanya Unyil jilid 2, ibunya bernama Tutut dan neneknya bernama Unyil. Anakku, Samuel Wisely, artinya aku berdoa dengan bijaksana. Baik Unyil maupun Wisely keduanya akan menghentikan semua aktivitasnya dan berdiri diam menatapku untuk menunggu kalimat berikutnya setiap kali aku mengacungkan telunjukku dan berkata, bukan berteriak, "NO!"

Ketika menyatakan kemarahanku pada Unyil, aku memukulnya dengan mengetukkan telunjukku pada pinggulnya kirinya. Ketika menyatakan kemarahanku pada Wisely, aku memegang tangannya lalu mengetukkan telunjukku pada punggung tangan kirinya, selalu tangan kiri.

Atas kemarahanku itu, si Unyil akan pergi, naik ke atas bangkunya dan duduk diam menatapku. Dia akan terus duduk menatapku hingga aku memanggil namanya. Dia lalu menghampiriku sambil menggoyang-goyangkan ekornya dan aku akan mengelus kepalanya.

Atas kemarahanku itu, Wisely akan mundur satu langkah dan berdiri menatapku. Dia akan terus berdiri menatapku hingga aku mengelus kepalanya dan memeluknya.

Ketika Unyil berprilaku kelewatan dan tidak patuh, maka saya akan mengambil rantai dan mengalungkan di lehernya. Ketika Wisely berprilaku kelewatan dan tidak patuh, maka saya akan mengambil pita atau atau apa saja untuk mengikat kedua tangannya. Bila hal itu kulakukan, maka saya siap membunuh kalau perlu untuk mencegah siapa saja yang mencoba untuk melepaskannya.

Kalau Unyil mau, dengan mudah dia dapat melepaskan diri dari kalung rantainya. Kalau Wisely mau dia dengan mudah dapat membuka ikatan tangannya. Namun keduanya tidak melakukannya setelah mereka mengerti bahwa bukan rantai atau pita itu yang mengekang kebebasan mereka, tetapi otoritasku sebagai Sang Alfa, Sang pemimpin kelompok.

Istriku bilang aku gila, anda pasti mendukungnya dengan pernyataan yang sama. Mendidik anak dan mendidik anjing kok sama saja? Mana yang anak dan mana yang anjing nich?

Ha ha ha ... Saya hanya bisa ngakak dan berkata, "Kalau anda mampu menjadi pelatih anjing yang baik, mustahil anda menjadi pendidik anak yang jelek. Kalau anda mau menjadi pendidik anak yang baik, belajarlah untuk menjadi pelatih anjing yang baik dulu, itu lebih mudah"

Walaupun pada awalnya menyebutku gila, namun ketika menghadapi Unyil maupun Wisely istriku suka nyontek jurus-jurusku. Kadang dia gumun (heran), kenapa jurus yang begitu sederhana dan mustahil justru berhasil, sedangkan jurus yang dasyat gagal?

Prinsip utamanya sederhana, jangan melakukan koreksi (menghukum) anjing maupun anak anda untuk perintah maupun ajaran yang belum dipahami. Koreksi (menghukum) dilakukan untuk melatih anjing dan anak anda untuk mampu membedakan yang baik dan yang jahat dan mampu untuk memilih melakukan hal yang baik dan menolak hal yang jahat.

Ketika anjing melakukan kesalahan, cobalah untuk berpikir, kenapa dia melakukannya? Ketika anak anda melakukan kesalahan, bertanyalah padanya, kenapa dia melakukan hal itu. Memukul anjing hanya dilakukan oleh pelatih goblok. Membentak apalagi memukul anak hanya dilakukan oleh orang tua biadab.

Nah, baca sekali lagi tulisan Love yang indah. Apabila anak anda melakukan semua hal itu, dan anda mau meluangkan 10 detik untuk bertanya sebelum bertindak, maka anak anda akan mengenang hal itu sebagai salah satu kisah paling indah dalam hidupnya. Karena anda tidak mau meluangkan waktu 10 detik, maka anak anda akan menjalani hidup dengan luka dan bingung karena kisah itu.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Nosid's picture

tak dinyana

saya juga punya anjing 1 chow-chow(Onji), 1 lagi pom-pom (Shiro), si Onji masih muda banget paling sekarang baru 1.5 tahun, si Shiro ud masuk 5 tahun si Onji ud saya ajar duduk sama salaman, dan lumayan mudah. si Shiro juga saya coba ajar tapi gak mau atau gak bisa, sempet bisa tapi perlu kerja doble bahkan triple dibanding si Onji, besoknya dia lupa. mungkin pepatah jangan ajari anjing tua kebiasaan baru = bener juga well, semoga saya bisa jadi pendidik anak yang baik kelak andai saja ayah saya mengerti apa yang dikatakan bung Hai saat mendidik saya dulu, mungkin hubungan kami tidak akan sekaku sekarang. ha..ha.ha just my reflexion Shallom4Ever
hai hai's picture

Nosid, Lu Bikin Gua Ngakak!

Nosid, kalau kamu berprilaku sebagai sang Alfa, dan memperlakukan si shiro yang udah berumur 5 tahun sebagai anggota kelompok dengan adil dan konsisten, maka dia akan menghormati kamu dan mematuhi kamu. Tidak ada anjing yang terlalu tua untuk dilatih.

Sebenarnya saya sudah menulis sebuah buku tentang filsafat melatih anjing. Namun teman-teman yang hoby mengadu anjing sudah memberi uang untuk mencegah saya menerbitkannya. Nah pada tahun 2008 perjanjian itu berakhir sehingga saya dapat mempublikasikannya., minimal di sabdaspace.

Nosid sahabatku, tolong jangan bermimpi di siang bolong. Mustahil memutar waktu, cuman superman yang bisa, itupun di dalam Film. Kalau orang tua kamu menggunakan metode yang salah dalam mendidikmu, maka kewajibanmulah untuk memperbaikinya. Inilah saatnnya untuk mendidik diri sendiri. Setelah melakukannya dengan benar, maka kamu akan mampu untuk mendidik orang tua, minimal agar mereka dapat menjadi kakek dan nenek yang benar.

Nosid, hingga saat ini papaku tidak berani telp atau sms aku. Kalau dia merasa kangen dan ingin mengetahui keadaanku, dia akan menyatakannya pada mamaku. Dan mamaku akan telp istriku, bukan telp aku.

Nosid, hubunganku dengan kedua orang tuaku benar-benar parah. Satu-satunya yang diajarkan oleh papaku adalah cara mandi yang benar. Guyur badan dengan air, lalu sabuni, guyur lagi dengan air lalu gosok badan dan guyur lagi dengan air. Itulah cara saya mandi hingga saat ini dan saya ajarkan pada anakku. Sejak saya kuliah, kalau saya dan papa sedang di rumah, maka hanya ada 3 kalimat yang saya ucapkan untuknya sebanyak tiga kali, "Papa, makan!"

Kalau saya sok akrab, papa akan ngacir. kalau papa sok akrab, saya akan ngacir. Ada dua hal yang membuat kami bisa ngobrol banyak, yaitu ketika sama-sama nonton TV yang menyiarkan sepakbola atau pertandingan tinju. Mungkin hal itulahyang membuat saya suka nonton siaran Tinju dan sepak bola.

Selama 2 tahun ini, saya mengalah dan mencoba untuk jualan dulu, ternyata dia membelinya tanpa menawar. Laris manis. Kami bisa diskusi mengenai banyak hal. Bahkan kami bisa ngakak bersama ketika saling melemparkan lelucon. Nosid, saya menjadi Kristen tahun 1981, namun baru tahun 2006 dapat ngakak bersama papaklu. Jangan teladani saya, kamu harus memulainya lebih awal. Papamu juga manusia, lelaki seperti kamu.

Nosid, seingat saya, saya membenci papa sejak umur 5 tahun. Saya menyadari bahwa dia hanya lelaki biasa seperti saya, bukan dewa ketika berumur 28 tahun, namun baru mengajaknya ngobrol ketika bermumur 42 tahun. Kamu harus memulainya lebih awal Kawan!

 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Love's picture

Jadi ingat ....

Om hai-hai menulis:

 " Saya menyadari bahwa dia hanya lelaki biasa seperti saya, bukan dewa ketika berumur 28 tahun, namun baru mengajaknya ngobrol ketika bermumur 42 tahun."

Kalimat itu mengingatkan saya kepada kesaksian seorang pendeta. Dia mengalami kepahitan karena perlakuan orang tuanya .... tetapi Tuhan memulihkan dia melalui proses yang amat panjang (maksudnya panjang banget kalau saya ceritain disini he he he he ... ) Salah satu hal dari banyak hal dia memaafkan ayah dan ibunya adalah, dia menyadari tidak ada sekolah untuk orang tua, tidak ada sarjana ayah atau sarjana ibu .... ya, ortunya juga hanya manusia biasa seperti dia .... mereka mendidiknya dengan alami, dan mungkin juga pengaruh dari didikan masa lalu .... Kegagalan orang tuanya dia jadikan pelajaran untuk mendidik anaknya saat ini. 

Btw, mungkin seiring perkembangan jaman saat ini, perlu banget tuh ada sekolah khusus untuk para orang tua ya :))

Kayaknya sekarang lagi keren kok ya istilah "Parenting Education" .....