Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
BINER 0 & 1
Masih ingat dulu pada waktu saya di sekolah SD, ujian akhir sekolah selain pertanyaan dalam bentuk jawaban mengisi atau essay, yang biasanya ditaruh di bagian paling akhir, sedangkan di bagian depan, biasanya pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk jawaban pilihan, mulanya jawaban hanya berupa benar atau salah, beberapa waktu kemudian, lebih bervariasi lagi dengan jawaban pilhan A, B, C & D, dan setelah itu, jawaban pilhannya semakin bervariasi, bisa semuanya benar atau semuanya salah, bisa A & B benar dstnya.
Walaupun pilihannya semakin bervariasi, pada intinya jawaban itu hanya mempunyai 2 kemungkinan yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah, true or false, atau dalam bahasa mesin computer biasanya hanya memakai symbol 0 atau 1, inilah yang disebut system bilangan basis dua atau system bilangan Biner. Kata Biner sendiri (diambil dari KBBI) berarti: 1. Terjadi dari atau ditandai oleh dua benda atau dua bagian; serba dua; 2. Berdasar dua (tentang bilangan pada sistem bilangan).
Sejak dari kecil, jalan pikiran kita sudah terbiasa dengan memakai cara berpikir biner, yang biasanya hanya mempunyai 2 pilihan, benar atau salah, ke kanan atau ke kiri, maju atau mundur, naik atau turun, cepat atau lambat, jarang kita mempunyai pilihan yang lebih dari 2 pilhan, ataupun keduanya kita pilih secara bersama-sama, karena biasanya pilihan ini berlawanan atau kontradiksi satu sama lainnya. Maka tidak heran orang-orang (yang belum percaya) pada umumnya sulit menerima konsep ke-Kristen-an, karena di dalam ke-Kristen-an banyak pemahaman yang sepertinya berlawanan satu sama lainnya, tidak bisa menjadi satu, tetapi kita umat Kristen meng-iman-i percaya hal itu, seperti Tuhan Yesus, yang adalah Allah 100% dan juga manusia 100%, Dia yang Raja segala raja, tetapi merendahkan diri sebagai hamba, Allah yang transcendent, sekaligus Allah yang immanent. Di dalam ke-Kristen-an, kita menyebutnya sebagai Paradoks, bukan Kontradiksi.
Hukum Kontradiksi adalah aturan yang menyatakan bahwa sesuatu tidak dapat dikatakan adalah "A" dan bukan "A" pada waktu yang sama dan dalam relasi yang sama pula. Contohnya: seorang pria dapat menjadi seorang ayah dan seorang anak pada waktu yang sama, tetapi ia tidak dapat menjadi seorang pria dan bukan seorang pria pada waktu yang sama. Sedangkan Paradoks adalah sesuatu yang kelihatannya kontradiksi, namun apabila diteliti secara cermat dapat dipecahkan/dijelaskan. Kata Paradoks sering digunakan dengan kontradiksi, tetapi sesuatu yang kontradiksi satu sama lainnya, tidak dapat dibenarkan ada pada saat yang bersamaan, harus memilih salah satu, sedangkan untuk Paradoks, ke dua hal tersebut dapat dibenarkan ada pada saat yang bersamaan dan bisa dijelaskan/dipecahkan, walaupun mungkin terpecahkan melalui sebuah perdebatan.
Di dalam pemahaman Iman Kristen, ada 2 pandangan yang selalu menimbulkan perdebatan yang tidak pernah berakhir, kedua pandangan itu adalah Predestinasi dan Free Will. Secara sederhana Predestinasi berbicara mengenai Allah di dalam kedaulatan-Nya, yang memilih orang-orang untuk diselamatkan , sedangkan Free Will berbicara mengenai keselamatan manusia diperoleh setelah manusia memberikan respon, dengan memilih untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya. Kedua pandangan ini seperti 2 garis sejajar yang tidak pernah ketemu dan kontradiksi satu sama lainnya, saya sering melihat perdebatan di antara orang-orang yang memegang kedua pemahaman ini, masing-masing mengeluarkan ayat-ayat dari Firman Tuhan untuk mendukung pemahaman mereka, dan biasanya perdebatan diakhiri tanpa sebuah konklusi, bahkan ada yang akhirnya menjadi panas dan ribut.
Setelah membaca sebuah buku tentang Predestinasi, saya melihat sebenarnya pandangan Predestinasi tidak menihilkan/menghilangkan peran free will manusia, tidak dapat dipungkiri sejak Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya di dalam kitab Kejadian, maka dengan sendirinya manusia juga mempunyai kehendak bebas (seperti Allah), hanya setelah manusia jatuh ke dalam dosa, kehendak bebas ini sudah tercemar, sehingga untuk menggunakan free will-nya di dalam memutuskan dengan benar, kadang Allah perlu campur tangan didalamnya, termasuk peran Roh Kudus di dalam mendorong manusia untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.
Sebenarnya perdebatan di antara 2 pandangan ini lebih kepada mana yang terlebih dahulu di dalam proses keselamatan manusia, apakah Allah yang memilih dulu orang-orang tertentu untuk diselamatkan, kemudian Roh Kudus mendorong/mempengaruhi manusia pada saat menggunakan free will-nya untuk memilih dan menerima Yesus sebagai Juru Selamat, ataukah manusia menggunakan free will-nya terlebih dahulu, dengan dorongan Roh Kudus untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya dan masuk menjadi bagian umat pilihan-Nya. Saya melihat paling tidak ada 2 hal persamaan dari kedua pemahaman ini, keduanya tetap berpegang pada peranan Roh Kudus di dalam menyelamatkan manusia, dan keduanya percaya tidak semua manusia diselamatkan. Selain itu ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dari kedua pemahaman ini, yang masih menjadi misteri, dan biasanya berakhir dengan 1 jawaban yaitu semuanya kembali kepada kedaulatan Allah.
Bagi yang memegang pemahaman Predestinasi dan menghilangkan peran kehendak bebas manusia, maka bahayanya akan mudah jatuh ke dalam pemikiran fatalisme, semuanya sudah ditakdirkan oleh Tuhan Allah, jika semuanya sudah ditentukan oleh Allah, termasuk didalamnya kejahatan dan dosa manusia, maka akan menjadi kontradiksi dengan sifat Allah yang Maha Kudus, sangat tidak mungkin Allah menciptakan kejahatan dan dosa.
Bagi yang memegang pemahaman Free Will (kehendak bebas) dan tidak memegang paham predestinasi, ada beberapa hal yang menjadi masukan sebagai bahan pemikiran:
- Jikalau manusia menggunakan kehendak bebasnya (free will) terlebih dahulu, maka Allah menjadi tidak berdaulat sepenuhnya terhadap keselamatan manusia, rencana keselamatan manusia bergantung 100% kepada response dari kehendak bebas manusia untuk memilih.
- Peran Roh Kudus untuk mendorong manusia bertobat, menerima Yesus sebagai Juru Selamat, jika manusia menggunakan kehendak bebasnya bisa menolak terus dorongan Roh Kudus, sampai akhirnya dia tidak diselamatkan, maka itu berarti kehendak bebas manusia lebih berkuasa dari (berkuasa di atas) Roh Kudus, berarti Allah tidak maha kuasa dan bisa gagal.
Predestinasi dan kehendak manusia seharusnya jangan dilihat sebagai sebuah kontradiksi, yang saling bertentangan dan harus memilih salah satu, tetapi sebaiknya dilihat sebagai sebuah paradoks, keduanya ada memperkaya pemahaman iman Kristen, dan juga saling melengkapi di dalam rencana keselamatan Allah terhadap umat pilihan-Nya, walaupun tetap keduanya tidak dapat menjawab dengan sempurna, dan masih ada bagian yang masih menjadi misteri Allah.
Sumber: Wikipedia dan buku Kaum Pilihan Allah, R.C Sproul
Singapore 02 Nov 2015
Note: Tulisan ini dimuat di majalah GPO - GEMA edisi Jan 2016
- yujaya27's blog
- Login to post comments
- 3979 reads
debat tak berujung
memperdebatkan predestinasi dan free will bisa menambah wawasan, tpi bisa juga membuang waktu secara percuma.
orang seringkali terbelenggu dengan istilah dan keharusan mengadopsi secara ektrem makna predestinasi atau free will itu.
mau ikut predestinasi atau free will seharusnya orang mengakui dan tunduk pada otoritas Allah. itu lebih penting daripada memperdebatkan dua istilah yang awalnya digunakan untuk memahami relasi Allah dengan manusia secara lebih baik, tapi belakangan malah membuat puyeng sebagian orang Kristen.
------- XXX -------