Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bible Hunters mengguncang Fondasi Iman
Semasa muda selaku jemaat awam penggemar film holiwood dan berita dunia barat, tak habis pikir: Mengapa Eropa Barat cikalbakal kekristenan kini gereja banyak melompong sehingga dijual jadi mall? Perancis champion katolik saat mengalahkan reformasi protestan kini teramat sekuler? Netherland pusat benteng calvinist kini surga gay dan junkies? Inggris idem. Demikian pula Amerika Serikat superpower karena keprotestanannya sejak abad 19 kini menghadapi nasib yang sama.
Kisah Bible Hunters, mungkin merupakan jawaban.
Devint Denon dan Allah Menciptakan Dunia Tahun 4.004 BCE
Tahun 1798 Napoleon menyerbu Mesir dan Suriah. Diantara 40.000 pasukannya, ada Vivant Denon seorang pelukis mendokumentasi petualangan Napolenon yang akhirnya gagal. Sketsa Vivant Denon mencengangkan publik Eropa, kemegahan Piramid, Spynx, Kuil, Patung Raksaksa, Relief yang berusia ribuan tahun.
Eropa Barat yang semula sangat bangga sebagai pewaris Keunggulan Budaya Romawi-Yunani, ternyata didahului peradaban misterius yang lebih tua yang lebih spektakuler, Mesir dibenua yang eksotis terpencil
Di kuil Dendera, 6 jam di selatan Kairo, disuatu ruangan Denon menemukan atap kuil dengan relief Zodiak, konstelasi bintang dalam rupa berbagai mahluk. Sepulangnya Denon menunjukkan sketsa zodiak kepada koleganya, yang dengan segera menjadi proyek relokasi atap relief tersebut ke musium Louvre, Paris Perancis.
Para ahli menyimpulkan peta langit itu merupakan peta langit 15.000 BCE. Simpulan yang mengguncang iman kristen masa itu, yang selama ini meyakini Allah menciptakan dunia pada 23 Oktober 4.004 BCE, berdasar penelitian Uskup Irlandia Ussher (Annalium pars postierior, 1654) berdasar penelitian njelimet seluruh data dalam Alkitab, sudah diverifikasi dan diamini para pemimpin gereja.
Menerima simpulan peta langit pada 15.000 BCE sama saja menyatakan data alkitab salah. Hal yang memicu pertikaian sengit antara kubu konservatif Roma Katolik melawan aliansi atheis dan kelompok Radikal di Perancis.
Selain saat penciptaan 4.004 BCE, mayoritas penduduk Erpoa Barat adalah kristen, baik protestan maupun katolik, juga meyakini Alkitab adalah firman Allah yang disampaikan langsung oleh Allah kepada penulisnya. Sehingga dengan membaca alkitab berarti membaca pikiran Allah.
Masa itu, alkitab adalah otoritas, merupakan buku utama dan satu-satunya panduan tentang moral, etika dan sejarah disetiap rumah tangga. Skandal Dendera membuka pintu serangan terhadap otoritas alkitab. Tak berapa lama David Strauss penulis Jerman menerbitkan 'Life of Jesus, 1835" yang meragukan kehidupan Jesus dalam Alkitab PB, alkitab penuh in-konsistensi dan terlalu banyak mukjizat,
Pendukung Strauss berargumentasi bahwa alkitab tidak ditulis oleh para saksi mata atau tangan pertama. Alkitab PB ditulis dalam aksara Yunani, sedangkan, manuskrip tertua yang ada saat itu berasal dari abad 12, seribu tahun lebih setelah masa Jesus. Keandalan Alkitab PB diragukan setelah DISALIN tak terhitung berulang-ulang selama ribuan tahun. Apakah Alkitab Firman Allah yang tetap tak berubah? bebas dari kesalahan penyalinan?
Yang didebat bible scholar dan sejarawan saat itu bukan isi alkitab, tetapi keandalan teks alkitab. Era paska reformasi protestan adalah masa kondusif bagi aliran baru peng-kritik teks alkitab.
Robert Curzon - Perburuan Manuskrip, Pembela Iman
Bangsawan muda Inggris yang bosan dengan heboh pertikaian alkitab ini, berpetualang ke tanah eksotis, Mesir, mencari naskah kuno untuk dibawa pulang ke Inggris. Th 1834 seluruh naskah kuno Biara Syrian - Ortodoks Timur yang didirikan abad 6, 140 km barat Kairo, diboyong dan diamankan ke British Musium London Inggris. Naskah kuno mencakup banyak tulisan yang tak masuk dalam Alkitab PB.
Codeks Synaiticus- abad 4, Mark Short Ending
Constantin von Tischendorf, Bible Scholar dari Jerman mengikui jejak Curzon, Th 1844 tiba di Biara St Catherine-Ortodoks Yunani yang didirikan abad 6, tereltak 500 km Timur Kairo, di kaki Gunung Sinai. Biara ini tak pernah disentuh perang dan tak pernah ditinggalkan. Biarawan hanya meminjamkan 43 lembar papyrus untuk diteliti, yang terbukti merupakan naskah Alkitab PB aksara Yunani berasal dari abad 4.
Kedatangannya kedua, limabelas tahun kemudian mengandalkan memo Tsar Alexander II Rusia yang berpengaruh pada Gereja Ortodoks Yunani, berhasil memboyong lembaran naskah kuno dibundel baik, memuat lengkap seluruh Alkitab PB, Termuan kekristenan terbesar selama 2000 tahun, menggemparkan, yang dikenal dg Codex Synaiticus berasal dari tahun 350 CE melampaui naskah Yunani tertua yang ada, yang berasal dari abad 12. Untuk sesaat umat kristen lega, alkitab didukung bukti penemuan ilmiah.
Codex Synaiticus dipublikasi tahun 1862, sedangkan aslinya dipamerkan di Musium St Petersburg Rusia. Tahun 1933 pemerintah Soviet mejual Codex Sinaiticus ke Pemerintah Inggris, setara 260 juta USD, dan kini menjadi kebanggaan British Musium, buku terpenting sedunia.
Penemuan hebat itu ternyata kian menggetarkan fondasi iman kristen. Penelitian mendalam menemukan kodeks ini banyak memuat catatan koreksi kesalahan mensalin. Masalah kedua adalah koreksi lanjutan berasal dari abad 7 yang mengubah isi, tidak semata kesalahan salin. Masalah ketiga yang yang paling kritis adalah Akhir dari Injil Markus, hanya sampai pada Markus 16:8. Ayat 9-20 yang memuat Kebangkitan dan kenaikan Jesus kesorga, tidak ada. Hal yang dikenal sebagai Mark Short Ending, atau Markus versi Pendek. Alkitab utama protestan masa itu adalah King James Version, memuat 12 ayat lanjutan atau Mark Long Ending.
Para Teolog dan komunitas kristen di Inggris terpukul, karena akhir kisah dalam Injil Markus berakhir tidak sesuai dengan naskah tertua tang ada, menggiring keraguan pada kitab lainnya dalam Alkitab. Niatan awal Tischendorf membela iman kristen malah memukul balik.
Emile Amelineau - Injil Bartolomesus injil non kanon
Arkeolog Perancis Emile Amelineau, 1885 tiba Biara Sobag - Gereja Coptic Mesir 300 km selatan Kairo, menemukan naskah kuno aksara Copyic berasal dari abad 3, yang kemudian dikenal sebagai Injil Bartolomeus. Temuan ini mencengangkan umat kristen paska reformasi, berupa keberadaan injil lain diluar keempat injil kanon, Temuan yang mengguncang monopoli keempat injil Matius Markus Lukas Yohanes.
Urbain Bouriant - Injil Petrus
Urbain Bouriant, ahli tulisan kuno dari Perancis tahun 1886 tiba di Akhmin 450 km selatan Kairo, kota kuno yang pernah menjadi pusat kekristenan. Dipemakaman, pada lubang makam seorang biarawan ditemukan teks kuno berasal dari abad 2, yang kemudian dikenal dengan Injil Simon Petrus. Dipublikasi tahun 1891, mengguncang komunitas kristen, karena memuat kisah kebangkitan dan kenaikan Jesus yang lebih spektakuler dari yang dicatat 4 injil kanon.
Agnes and Margaret Smith - Codex Syriac
Selama 300 tahun paska reformasi protestan, kristen Inggris menggunakan Alkitab King James Version (KJV). Tahun 1881 terbit KJV Revisi yang memuat 30.000 perbaikan berdasarkan Codex Sinaiticus. Ihtiar yang bermaksud meneguhkan iman malah sebaliknya menghasilkan kegamangan, sensasi dan shok. Banyak teks yang sangat dikenal merasuk rohani, kini terkoreksi. Upaya yang semula diniatkan mengakhiri pertikaian otoritas alkitab malah sebaliknya menjadi merusak.
Ditengah kegalauan umat kristen, Sikembar putri didikan Tokoh Presbyterian Scotland tahun 1892 tiba di Biara St Catherine, di kaki Gunung Sinai. Keduanya selain menguasai Bahasa Yunani juga menguasai Syriac, yang mendekati Logat Ibrani Aramaic, bahasa ibu yang digunakan Jesus. Mereka menemukan naskah kuno berbahasa Syriac dalam kondisi memprihatinkan, halaman lengket tak bisa lepas. Dengan kreatif menggunakan uap dari teko, berhasil memisahkan lembaran naskah yang berasal dari abad 8.
Tapi keduanya segera menyadari menemukan palymset, yaitu naskah yang ditulis ulang diatas tulisan lama karena langkanya kertas atau papyrus. Selama beberapa minggu dengan menggunakan kamera kuno, memfoto lembaran2 palymset, dan masih belum mengetahui apakah naskah itu berharga atau tidak.
Tahun berikutnya menggunakan foto palymset itu meyakinkan ahli bahasa syriac dari Cambridge untuk kolaborasi memburu naskah kuno. Kedatangan kali ini juga membawa bahan kimia hydro sulfat amonia, guna memunculkan tulisan yang tertimpa. Selama 40 hari digurun dibawah tenda, berhasil memunculkan tulisan empat injil lengkap beraksara Syriac, bahasa yang mirip dengan yang digunakan Jesus. Para ahli menentukan usianya berasal dari akhir abad 4, abad yang sama Codex Synaiticus yang lengkap memuat seluruh alkitab.
Codex Syriac juga memuat Mark Shorter Ending, tidak mencatat kisah kebangkitan dan kenaikan Jesus. Bahkan diakhir ayat Markus 16:8 tercantum tulisan INILAH AKHIR, dan langsung menyambung ke Injil Lukas, memupus spekulasi Mark Shorter Ending akibat, halaman tersobek atau hilang atau digigit tikus.
Bernard Grefell dan Arthur Hunt - Oxyrhynchus papyri - Jesus Saying
Bible Scholar dari Oxford tahun 1897 tiba di Kota Kuno Oxyrhynchus, 150 km selatan Kairo. Dari tumpukan sampah kuno ribuan tahun, mereka menggali dan mengirimkan 2 ton, jutaan fragmen naskah kuno ke Inggris. Diantaranya ada naskah berasal dari abad 2 yang mencatat perkataan Jesus. Beberapa perkataan Jesus ada dicatat keempat injil tapi ada yang sama sekali tak dikenal.
Naskah yang berasal dari masa Jesus yang memuat perkataan Jesus yang tak dikenal dalam injil, membangkitkan keraguan apakah Injil sudah lengkap memuat ajaran Jesus? Alkitab tak lengkap?
Charles Lang Freer - Codex Washington
Jutawan Amerika tahun 1906 membeli mahal naskah kuno dari pedagang antik Mesir di Kairo. Sekembalinya ke Amerika segera menjadi pusat pemberitaan, codex aksara Yunani dari kulit kambing/domba (perkamen/parchment) dijepit ukiran kayu berlukisan orang suci, berasal dari abad 5. Memuat keempat injil kanon, yang kini dikenal sebagai Codex Washington.
Codex ini tertua ketiga naskah kuno memuat empat injil kanon, setelah codex Synaiticus dan Syriac. Tetapi perbedaannya memuat Mark Long Ending dengan paragraf tambahan yang tak dikenal dalam Injil Markus.
Selain itu, lukisan pada cover menunjukkan, codex ini mulai digunakan dimuka mimbar di hormati jemaat, tidak lagi sekedar bacaan diruang baca.
Musium Coptic Mesir - Nag Hammadi - Injil Thomas
Tahun 1946 seorang pedagang antik Mesir menjual naskah kuno ke Musium Coptic Mesir, yang memuat tulisan aksara coptic berasal dari abad 4, diantaranya berupa 114 perkataan Jesus, dan dari isinya diketahui adalah Injil Thomas.
Akhirnya naskah kuno Oxyrhynchus Papiry temuan 60 tahun lalu yang memuat perkataan Jesus, kini memiliki nama.
Kisah dan lokasi sumber penemuannya baru terungkap 30 tahun kemudian, yaitu berasal dari Nag Hammadi. Tahun 1970 Prof America Religion James Robinson, berhasil melacak sumber penemuan naskah Nag Hammadi. Dalam kendi tanah liat yang disembunyikan di gua gurun pasir didekat biara di Nag Hamadi.
Naskah Nag Hammadi merupakan termuan tak ternilai harganya bagi serjarawan, karena mengungkap informasi dan fakta situasi dan kondisi perkembangan masa awal umat pengikut Seorang dari Nazareth. Pengikut Jesus awalnya sangat beragam, penuh dinamika, banyak aliran dan sekte dengan dogma dan kitab suci berbeda-beda, tidak seperti yang dinyatakan selama ini, semata satu alkitab, semata satu dogma (sampai reformasi protestan).
Represi Kebebasan Berpikir
Misteri kenapa harta berharga naskah ini disembunyikan? Tulisan kristen sampai abad keempat sangat kaya berasal dari berbagai aliran/sekte, Tapi saat kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi, abad 4, diperlukan dogma agama tunggal yang menyatukan kekaisaran. Tahun 367 CE, Bishop Alexandria Athanasius mengeluarkan surat gembala, tentang 27 kitab yang boleh dibaca. Ke-27 kitab itu persis sama dengan 27 kitab PB. Akibat surat ini, tulisan kristen lain disensor, tak boleh dibaca, dimusnahkan dengan ancaman eks-komunikasi.
Naskah Nag Hammadi yang merupakan tulisan kristen aliran gnostik, untuk diselamatkan terpaksa harus disembunyikan. Selain Injil Thomas, juga terdapat Injil Maria Magdalena, Injil yang Memuat Masa Kecil Jesus, dll.
Naskah Nag Hamadi merupakan karya free-thinker kristen yang disensor mencerminkan konflik antara gereja dan intelektual kristen, Walaupun mengumandangkan ditampar pipi kiri beri pipi kanan tidak menghentikan gereja membakar penentang sampai mati. Saat gereja kian kukuh berkolaborasi dengan kekaisaran, intelektual bebas kian bersahaja dan surut, akhirnya lenyap didominasi gereja (ortodoks).
Sensor ini menandakan represi terhadap kebebasan berpikir oleh gereja ortodoks lebih seribu tahun mendatang, masa yang dikenal sebagai jaman kegelapan, sampai terjadi reformasi protestan, memicu lahirnya masa renaisance, kebebasan berpikir.
Berkat jasa bible hunter ini, suara aliran gnostik yang 15 abad ditindas dan hilang, kini bisa didengar kembali.
Multi Spektrum Imaging Sensor - Palymset
Sejak lebih seabad Sikembar Smith menemukan palymset dan menghidupkan tulisan yang tertimpa dibawahnya, teknologi terkini digunakan menguak tulisan yang tersembunyi dalam palymset lain di Biara St Catherine, berupa kamera dengan berbagai spektrum warna.
Demikian juga di Oxford, bible scholar berjuang meneliti jutaan fragmen Oxyrhynchus papirus, dan baru berhasil mempublikasi 5000 papirus. Untuk mempercepatnya, hasil scaner diupload dinternet dan menyilahkan kerjasama berbagai pihak untuk menterjemahkannya, diharapkan mempercepat proses 10 kali lipat.
Act of Peter tahun 2005
Tahun 2005, arkeolog Polandia menggali area pemakaman yang berasal dari abad 6, di El Gouna Mesir menemukan codex berasal dari abad 4, yang ternyata merupakan Act of Peter
Dua Abad Aksi Bible Hunters dan Gereja Amerika Eropa Melompong
Dua abad sejak aksi bible hunter, wajah kekristenan di Eropa Barat dan Amerika paska reformasi berubah drastis, terutama akibat konflik antara kubu kritikus, atheis dan radikal versus konserfatif ortodoks. Kosongnya bangku gereja di Eropa Barat dan Amerika Serikat champion reformasi, cermin gagalnya gereja protestan terjebak arus reformasi kebebasan berpikir yang dicetuskannya sendiri.
Ditengah era informasi dan globalisasi terutama internet dan wikipedia yang kian mudah diakses generasi muda kisten, bagaimana bangku gereja protestan Indonesia dekade mendatang? Mengingat strategi yang terlihat dari petinggi berbagai denominasi Indonesia menjawab kritik dogmanya masing-masing bak burung unta menyembunyikan kepala dipasir.
-
Disarikan dari TV SHow 'The BIlbe Hunter" - Smithsonian Channel 2014
- manguns's blog
- Login to post comments
- 4949 reads
@manguns : bukan cuma gereja yang kosong, HATI juga
sepertinya HATI manusia nowdays juga banyak yang kosong melompong.
entah apa yang akan terjadi, jika hubungan dengan TUHAN mulai sekarat, apalagi hubungan antar manusia.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF: sekarat karena tak pernah berbuah
Bisa diprediksi: ajaran Jesus menuntut umatnya untuk berbuah, mayoritas gereja reformasi mengajarkan kontadiktif, yaitu: sola gracia, tak ada kewajiban untuk berbuah. Dan ephoria jemaat pilih yang gampang.
Terlupakannya Mat 25:31-46, membuktikan kehebatan The Devil menunggangi gereja mempelintir ajaran dan teladan Jesus menjadikan jemaat sebagai Jesus Groupie.6 = Penghakiman terakhir
25:31-46 = Penghakiman terakhir
No man is a man who does not make the world better
@manguns : mari meruntuhkan BAIT ALLAH
ketika Gereja sudah JAUH dari ajaran dan teladan Yesus, sebaiknya diruntuhkan saja.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF meruntuhkan bait Allah?
Ketika Jesus menubuatkan kehancuran second temple Jerusalem, jemaat Jahudi berasumsi Jesus sebagai mesias akan mewujudkan kerajaan Allah. Pengajaran Jesus berupa "kerajaan Allah yg segera datang" jauh beda dengan persepsi semua pihak akan kerajaan-tahta daud. Model kerajaan Allah versi Jesus, juga tak masuk akal para agamawan saat itu yang menrafsirkan nubuatan para nabi dalam kitab suci. Farisi yang tradisional ortodox, esscene yg fundamentalis, dan zealot yang militan sama berharap Jesus adalah mesias jenderal tempur mengalahkan penjajah Romawi dan melucuti otoritas saduki para imam kolaborator.
Agamawan dan jemaat yang hari sebelumnya meneriakkan hosana saat sang mesias impian naik keledai memasuki gerbang jerusalem, ganti meneriakkan salibkan dia, terbuai intrik politis saduki para imam.
Sejarah membuktikan, empat dekade kemudian, generasi itu belum lalu. th 70 ce penjajah romawi yang meruntuhkan second temple, membinasakan ratusan ribu jemaat dan agamawan, menyerakkan Jahudi kesegala penjuru dunia, sebagai budak. Hampir dua milenia baru mereka bisa mudik, zionisme.
Apakah bait Allah yg dimaksud Jesus dulu itu yg @JF maksud sbg (gedung) gereja masa kini?
Bila menganalogkan penjajah adalah kapitalisme, rasanya tak perlu buang tenaga menghancurkan. Seperti ditunjukkan sejarah, romawi dahulu meruntuhkan bait allah, masa kini kapitalisme yang mentransformasi gereja jadi mall, hotel dan pusat hiburan.
Lebih jauh, mencermati ejekan atheis, agamawan tak jauh beda sbg enterpreneur menyajikan jasa hiburan rohani, substitusi psikiater. Gereja Scientology adalahcontoh sukses gereja yang paling cepat pertumbuhan revenue dan klien-nya masa kini.
No man is a man who does not make the world better