Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BELAJAR DARI INSIDEN H. SYAICHON: TRAGEDI ZAKAT VS TRAGEDI PERSEPULUHAN

kristenberea's picture

Niat mulia berujung petaka. Itulah yang dialami oleh keluarga H. Syaichon, warga Gg. Pepaya Pasuruan. Sebagai pengusaha sukses, ia ingin memberikan 2,5 % dari penghasilannya untuk berzakat kepada kaum duafa, sebagai ketaatan atas perintah Alloh SWT-nya. Hal ini sudah ia lakukan secara rutin setiap tanggal 15 bulan Romadon.
Namun bukannya meringgankan beban hidup kaum duafa (bahasa halus dari orang miskin), tetapi hasilnya justru menewaskan 21 orang dan menyebabkan belasan lainnya luka-luka. Dalam peristiwa ini Badan Amil Zakat juga mendapat sorotan tajam karena ternyata banyak orang yang tidak mempercayai BAZ ini sehingga mereka melakukan pembagian zakat secara sendiri-sendiri. Alasanya apalagi kalau BAZ ini dicurigai tidak transparan di dalam mengelola zakat.
Benar-benar sebuah tragedi yang berdasarkan pada niat tulus nan mulia seorang yang mau menaati Alloh-nya.

Apakah tragedi ini juga terjadi di dalam Kekristenan?
Sayang sekali, jawabannya, ya! Tragedi ini juga terjadi di kalangan gereja / Kekristenan, cuma dalam bentuk yang berbeda.
Kalau seorang Muslim wajib memberikan 2,5% dari penghasilannya sebagai zakat, maka orang Kristen diminta untuk memberikan persepuluhan kepada TUHAN. Sekali lagi, SEMUA JENIS PERSEMBAHAN (TERMASUK PERSEPULUHAN) yang dipersembahan oleh orang percaya ADALAH MILIK TUHAN (Im. 27: 30), bukan milik gereja apalagi milik hamba Tuhan / pendeta tertentu. Dengan demikian pemanfaatannya juga harus menurut cara yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Pemanfaatan Persembahan Persepuluhan di dalam Perjanjian Lama

1.Untuk Bani Lewi agar mereka dapat menfokuskan diri pada pelayanan di Kemah Pertemuan (Bil 18: 21).
Di sini perlu ditekankan bahwa persepuluhan itu untuk kelompok (Suku Lewi) yang jumlah orangnya banyak. Jadi persepuluhan BUKAN untuk perorangan / keluarga saja.

2.Disamping untuk Suku Lewi, persembahan persepuluhan juga untuk membantu orang asing, anak yatim, dan janda agar mereka tidak berkekurangan (Ul 12:6)
Jadi, persembahan persepuluhan juga menjadi haknya orang-orang miskin dan yang berkekurangan.

3.Untuk perbendaharaan rumah Tuhan agar korban-korban / ibadah dapat terus berjalan (Mal 3: 10)

4.Agar pemanfaatan persembahan persepuluhan dapat berjalan susuai yang semestinya sehingga diperlukan petugas khusus untuk pengumpulannya, pemanfaatannya, dan pengawasannya. (Nehemia 10:27, 12:44)
Jadi, perlu ada lembaga/badan yang mengontrol pengelolaan persembahan/perpuluhan.

Pemanfaatan Persembahan (termasuk Persepuluhan) di dalam Perjanjian Baru

Walaupun di dalam Perjanjian Baru secara eksplisit tidak ada aturan penggunaan persembahan persepuluhan, namun ada prinsip penting dan contoh penggunaaan persembahan / perpuluhan sbb:

1.Pemberian dan pengelolaan persembahan persepuluhan harus memperhatikan asas keadilan, belas kasihan, dan kasih Allah. ( Matius 23:23).

2.Persembahan persepuluhan tidak boleh menelantarkan orang lain ( Matius 15: 4,5)

3.Persembahan digunakan untuk pelayanan pemberitaan Firman Tuhan maupun untuk pelayanan diakonia (orang miskin, jompo, janda dsb) (Kis 6:1, I Kor 9: 13, 2 Kor 9: 12, Fil 4:16,17)

4.Sama seperti pada PL, pengelolaan persembahan tersebut juga memerlukan suatu lembaga/ badan. Contoh : Stefanus dkk, orang-orang yang diutus rasul Paulus dsb.

Pemanfaatan Persembahan (Persepuluhan) pada jaman ini.

Memang harus diakui bahwa ada beberapa gereja yang sudah benar di dalam mengelola persembahan jemaatnya. Mereka membentuk lembaga/badan khusus untuk mengelola dan mengawasi persembahann tersebut. Pendeta tidak campur tangan sama sekali di dalam pengelolaan keuangan. Baik pendeta di kota maupun pendeta di pelosok akan mendapat biaya hidup yang sepantasnya (asas keadilan). Gereja-gereja seperti ini juga memprogramkan bantuan orang miskin, janda, dan yang membutuhan bantuan (diakonia), serta untuk gereja lain (asas kasih). Contohnya adalah gereja-gereja yang membantu gereja kami sewaktu kena musibah.

TETAPI, ada banyak juga gereja-gereja yang persembahan (terutama persepuluhan) dikelola sendiri oleh sang pendeta atau koleganya. Walaupun pengelolaan persembahan tersebut tidak transaparan, tetap saja jemaatnya percaya. Soalnya pendetanya kan hamba Tuhan yang sudah pasti benar dan suci! Kan sudah penuh Roh Kudus?

DAN MULAILAH TRAGEDI TERJADI....
Di satu pihak, ada beberapa pendeta yang mempunyai beberapa rumah mewah (baca villa) baik di dalam maupun di luar negeri (biasanya pilih Australia dan AS), deposito milyaran rupiah, dan kalau ada anaknya yang ultah, sekali pesta minimum habis 200 juta rupiah ....dst.

Tapi, di pihak lain banyak pendeta (walaupun masih satu denominasi) khususnya yang melayani di daerah / pelosok untuk hidup sehari-hari saja sangat susah, sehingga harus kerja sampingan. Jangankan untuk pesta, untuk beli sepeda motor agar dapat melayani jemaatnya dengan baik pun baru sekedar mimpi di siang bolong. Hasilnya....bayak jemaat yang terlantar karena kurang dilayani....
Lho, padahal persepuluhan kan seharusnya untuk Suku Lewi ( baca kelompok pendeta) bukan ketua Suku Lewi ( baca pengurus Sinode) ya?

Walaupun persembahan gereja ini bisa mencapai milyaran rupiah per bulannya... jangan harap gereja Anda yang kecil akan ditolong jika minta bantuan ke sana! Pendeta segolongannya dan juga jemaatnya sendiri saja nggak pernah diperhatikan, apalagi gereja lain.....
Kalau nggak percaya, tanya aja pada anggota jemaatnya.. pernah nggak mereka dikunjungi oleh pendeta besarnya. Kalau sakit, pukan pendetanya yang datang, tapi justru jemaatnya yang diminta datang ke gereja / KKR. Tetapi ada juga yang rajin datang ke rumah warga jemaat ... yaitu kartu tagihan persepuluhan ..he......he.......

Pemimpin gereja seperti ini beranggapan bahwa persembahan dari jemaatnya ya untuk gereja dan pemimpinnya saja, enak aja .. gereja lain mau minta bagian....... makanya doa semalam suntuk agar ada konglomerat yang bertobat sehingga nantinya dapat kasih perpuluhan ratusan juta per bulan....

SUNGGUH TRAGIS DAN IRONIS SEKALI ...

Walaupun sangat ironis, ada saja orang-orang yang masih membela para pendeta besar hartanya ini. Katanya; itu bukan karena persembahan saja lho, ada juga karena nulis buku, bikin album, ngisi seminar sampai ke luar negeri dsb......

Untuk hamba Tuhan yang demikian ini, kalau memang sungguh-sungguh penuh Roh Kudus, ikutlah teladan Rasul Paulus:I Kor 9:14,15,18
Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

Ya, kalau memang dari usahanya sendiri sudah dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, ya mbok hak yang yang seharusnya diterima sebagai pendeta (termasuk persepuluhan) dibagikan kepada pendeta-pendeta di pedesaan yang banyak hidup dengan uang pas-pasan bahkan kekurangan .. bukankah mereka juga “kaum Lewi” yang juga berhak atas perpuluhan umat Tuhan!
Ingat persembahan apapun adalah milik Tuhan, bukan milik satu gereja saja, apalagi milik seorang pendeta! Dan Tuhan sudah mengatur bagaimana agar para pendeta entah di desa atau di kota besar dapat menfokuskan pelayanannya.... tetapi kenyataannya gereja yang katanya dipenuhi Roh Kudus, justru menimbun persembahan itu untuk pendetanya sendiri tanpa memperdulikan pendeta-pendeta lainnya yang susah payah untuk bertahan hidup dan melayani.

Bukannya Tuhan tidak peduli akan hidup mereka dan pelayanannya... Tuhan sudah peduli... hanya pendeta di kota besarlah yang yang sebagian “membutakan” matanya dan “menulikan” telinganya sehingga hak mereka tidak pernah sampai ke mereka ...

Untuk para hamba Tuhan sejati yang melayani tanpa mendapatkan persembahan / persepuluhan dari umat Tuhan, saya salut dengan Anda-Anda. Di surga Anda akan mendapatkan kemuliaan yang jauh lebih besar dari para hamba Tuhan yang ketika di bumi sudah berlimpah harta benda, berlimpah pujian dari umatnya, dan berlimpah kemuliaan duniawi (Ini kalau mereka jadi ke surga) Teruslah giat melayani Tuhan dan jangan sampai iri hati dan terpengaruh dengan mereka!

HIMBAUAN PADA “SYAICHON-SYAICHON” KRISTEN

WAHAI para penggusaha dan konglomerat, kalau Anda tidak ingin seperti H. Syaikon....... jangan persembahkan perpuluhan Anda pada gereja seperti itu. Sebab secara tidak langsung Anda telah turut Andil di dalam “mematikan” pelayanan-pelayanan hamba-hamba Tuhan sejati di daerah-daerah terpencil / pelosok / pedesaan.
Contohlah konglomerat HJK yang telah memberikan persembahan puluhan milyar rupiah kepada suatu Yayasan / Badan untuk membantu gereja-gereja yang lemah, jemaat yang kekurangan, anak-anak koster dan anak-anak pendeta yang kesulitan biaya pendidikannya, untuk membantu biaya kuliah pendeta, dan untuk membantu pensiunan pendeta yang hidup dalam kekurangan.... dan tentu saja semuanya itu dipantau dan dikontrol oleh akuntan publik yang terpecaya! ITU KALAU ANDA MEMANG BENAR-BENAR INGIN JADI BERKAT!

Akhirnya,
Yakobus 1:27
Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia
.

Nah, tuh .... untuk beribadah tidak perlu tempat mewah, mobil mewah, pakaian mewah ... dan wah..wah yang lainnya ... yang penting adalah hati yang mau memberi dan berbagi pada yang berhak, untuk itulah sebenarnya kita dipanggil beribadah!

erick's picture

Tidak mudah

Menulis seperti yang anda tuliskan sungguh amat mudah.

Merinci, dan menjabarkan apa yang baik dan benar lebih gampang lagi.

Niat mulia kel. H.Syaikon yang dilakukan dengan membagikan zakat pada kaum miskin, boleh dijadikan contoh pembelajaran.

Di Amsal 28:27 :

siapa yang memberi kepada orang miskin tidak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutupi matanya akan dikutuki.

Di lapangan, ketika zakat dibagikan, yang terjadi adalah diluar kendali kel H. Syaikon Dear Kristenbrea, plz tidak melihat sesuatu yang terjadi buruk, lalu mencap keseluruhannya buruk.

Niat sang pemberi adalah baik. Namun keserakahan dan tidak keteraturannlah yang membuat suasana tak terkendali.

TETAPI, ada banyak juga gereja-gereja yang persembahan (terutama persepuluhan) dikelola sendiri oleh sang pendeta atau koleganya. Walaupun pengelolaan persembahan tersebut tidak transaparan, tetap saja jemaatnya percaya. Soalnya pendetanya kan hamba Tuhan yang sudah pasti benar dan suci! Kan sudah penuh Roh Kudus? DAN MULAILAH TRAGEDI TERJADI.... Di satu pihak, ada beberapa pendeta yang mempunyai beberapa rumah mewah (baca villa) baik di dalam maupun di luar negeri (biasanya pilih Australia dan AS), deposito milyaran rupiah, dan kalau ada anaknya yang ultah, sekali pesta minimum habis 200 juta rupiah ....dst.

@kristenberea, tidak logis jika saya meminta anda menulis nama dan dimana mereka melayani disini. Karena bagi saya, jika anda menuliskan hal semacam ini tanpa jelas personelnya, sama saja dengan menulis sebuah pepesan kosong yang hangus.(tidak ada apa-apanya, hanya wangi sedap menggugah selera)

Contohlah konglomerat HJK yang telah memberikan persembahan puluhan milyar rupiah kepada suatu Yayasan / Badan untuk membantu gereja-gereja yang lemah, jemaat yang kekurangan, anak-anak koster dan anak-anak pendeta yang kesulitan biaya pendidikannya, untuk membantu biaya kuliah pendeta, dan untuk membantu pensiunan pendeta yang hidup dalam kekurangan.... dan tentu saja semuanya itu dipantau dan dikontrol oleh akuntan publik yang terpecaya! ITU KALAU ANDA MEMANG BENAR-BENAR INGIN JADI BERKAT!

@Kristenberea, lihatlah apa yang Yesus lihat. Bukankah persembahan yang terindah adalah persembahan seorang janda yang memberikan seluruh nafkahnya?

Adakah ia harus memiliki akuntan publik terpercaya dijamannya?

Baca Markus 12: 43-44

Namun tidak juga ada larangan untuk menyembah Tuhan dengan kemewahan.

Bukankah banyak dari para nabi adalah orang kaya? Bukankah Daniel adalah orang kaya? Yusuf, Salomo, bahkan Ayub! Ayub adalah orang kaya yang memuji dan menyembah Tuhan dengan harta kekayaan yang dimilikinya.

 

Berilah apa yang Tuhan titipkan pada anda untuk diberi kepada orang yang membutuhkan.

Mintalah dalam doamu agar engkau bijak dalam meneruskan berkat yang Tuhan titipkan kepadamu. Dan lakukanlah semua itu dengan sukacita.

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

hiskia22's picture

Lebih enak gereja di dunia

Lebih enak gereja di dunia ini bersatu ya...dan saling memperdulikan satu sama lain. Sehingga amanat agung Tuhan Yesus dapat dijalankan, tanpa ada perpecahan dan tuduhan-tuduhan yang bisa merusak citra baik kita sebagai anak-anak Tuhan. Mengenai perpuluhan...lebih baik kita ga usah mikirin uang perpuluhan itu mau diapakan ama pihak Gereja. Yang perlu kita pikirkan gimana caranya kita taat memberikan perpuluhan itu sendiri. Kalau kita yakin Gereja kita sehat, pasti deh ga akan ada penyimpangan-penyimpangan seperti itu. Karena itu, pilihlah gereja yang bisa membuat kita bertumbuh. Karena belum tentu gereja yang dianggap baik dan sehat oleh teman2 kita bisa membuat kita betumbuh seperti mereka. Gbu
__________________

GBU

adis's picture

DEPEND ON.........

kristenberea menulis Ingat persembahan apapun adalah milik Tuhan, bukan milik satu gereja saja, apalagi milik seorang pendeta! Dan Tuhan sudah mengatur bagaimana agar para pendeta entah di desa atau di kota besar dapat menfokuskan pelayanannya.... tetapi kenyataannya gereja yang katanya dipenuhi Roh Kudus, justru menimbun persembahan itu untuk pendetanya sendiri tanpa memperdulikan pendeta-pendeta lainnya yang susah payah untuk bertahan hidup dan melayani. Adis beropini Menurut saya, persembahan apapun memang BENAR adalah milik Tuhan NAMUN jika seseorang ingin mempersembahkan apapun kepada GEREJA dimana dia bertumbuh imannya juga tidak ada yg salah koq.......... Selain itu, "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:17). Ini juga disebut persembahan koq........ Benar kata errick, Tidak mudah............. So be wise (benar kata errick.......)
kristenberea's picture

@Erick: Bukan motivasi masalahnya, tapi pengelolaannya!

Yang menjadi sorotan saya adalah pengeloaan persembahan, bukan motivasinya. Saya sangat salut dengan H. Syaichon yang mau memberikan zakat, Saya juga salut kepada mereka yang sukacita mempersembahan persepeuluhan (bahkan seluruh hartanya) untuk pekerjaan Tuhan, TETAPI kalau semua itu tidak dikelola dengan baik ... ya ujungnya bisa petaka! Apa artinya ratusan juta rupiah bila dibanding nyawa orang? Perumpaan tentang talenta memperingatkan untuk "mengelola dan memanfaatkan" sebaik mungkin! Terjadinya ketimpangan yang luar biasa antara kehidupan para hamba Tuhan di kota dan di desa / hutan, serta ketimpangan gereja-gereja di kota dengan gereja-gereja di desa / hutan menunjukkan adanya indikasi pengelolaan persembahan yang tidak baik! Bukankah mereka sama-sama hamba Tuhan? Bukankah mereka sama-sama umat Tuhan? Contohlah bagaimana Paulus mengatur persembahan-persembahan dari gereja-gereja yang dilayaninya. Paulus berusaha agar gereja yang kaya mau membantu gereja yang berkekurangan. Saya akan memberikan kisah nyata seorang hamba Tuhan. Ada seorang Pdt emeritus, namanya Bpk. Sarjono. Sekarang beliau tinggal di Kulonprogo, DIY. Dulu beliau melayani dua gereja, satu di timur sungai, satunya di barat sungai Progo. Karea jemaatnya banyak yang hidup dalam kekurangan, maka setelah emiritus / pensiun jemaat tidak mampu menyediakan tempat tinggal dan uang pensiun yang cukup untuk Bpk. Pdt ini. Akibatnya pak Pdt ini harus hidup menumpang di rumah saudaranya. Uang pensiun dari gerejanya tidak cukup untuk hidup sehari-harinya, padahal ia juga harus mengobati penyakitnya. Untunglah saat ini ada sekumpulan gereja yang memberikan sedikit persembahannya kepada Bpk. Pendeta ini sehingga cukup untuk hidup sehari-harinya dan mengobati penyakitnya. Hamba Tuhan seperti Bpk. Sarjono ini jumlahnya cukup banyak. Ada satu gereja di Yogyakarta yang mungkin tidak akan pernah seorang pendeta karena persembahan per bulannya sedikit, tidak cukup untuk hidup satu orang satu bulan, padahal warganya 100 orang lebih. Apakah penderitaan hamba Tuhan dan juga gereja yang miskin tadi tidak mampu menggetarkan hati nurani para hamba Tuhan dan gereja yang berkelimpahan uang dan harta? Apakah Tuhan tidak peduli akan hamba-Nya dan umat-Nya tersebut? dimanakah lagu "dalam Yesus kita bersaudara? Lain soal, untuk "hamba Tuhan" yang dalam tulisan saya memang sengaja tidak saya sebutkan namanya, karena hal itu sudah menjadi rahasia umum. Orang di luar kekristenanpun sudah tahu! Untuk itulah saya perlu menyorotinya. Kalau orang non Kristenpun tahu bahwa tindakan itu tidak mulia dan tidak pantas dilakuan seorang yang mengaku hamba Tuhan, masakan kita diamkan saja, bahkan kita bela! Bukankah hal ini akan membuat keristenan semakin dihina dan dilecehkan? Kalau dihina karena benar sih nggak apa-apa, tapi kalau dihina karena memang hina? Itulah yang perlu kita bereskan! "Satu-satunya penatalayan (termasuk pengelolaan keuangan) yang benar adalah yang diuji oleh hukum kasih" - John Calvin.
Purnomo's picture

Tragedi Persembahan Persepuluhan, so what?

@Kristenberea, Blog Anda tentang keprihatian tragedi Persembahan Persepuluhan menurut saya bagus. Sayangnya para konglomerat bukan pengunjung situs ini sehingga harapan KB (maaf disingkat saja ya) susah terkabul.
Sebelum saya meneruskan berkicau, mungkin ada baiknya saya menulis informasi ini.
1* Penanganan persembahan.
Sistim organisasi sangat menentukan bagaimana uang yang masuk dikelola. Ada gereja yang menetapkan pendeta adalah jabatan yang paling tinggi. Biasanya disebut gembala sidang. Di sistim ini pendeta mempunyai veto sehingga kemauannya tidak ada yang bisa melarang. Sistim ini tentu ada baiknya dan ada juga kelemahannya. Di gereja saya, dalam organisasi jabatan pendeta setara dengan penatua, sehingga keputusan untuk anggaran belanja harus ditetapkan dengan kemufakatan. Ini juga ada baiknya dan kelemahannya.
2* Transparansi keuangan gereja.
Biasanya gereja-gereja kecil yang masih "berkekurangan" rajin memberikan laporan neraca keuangan kepada jemaatnya melalui warta gereja. Tetapi, biasanya juga, gereja yang transaksi keuangannya sudah besar, tidak memberikan laporan keuangan secara terbuka. Demi keamanan, begitu alasan gereja saya. Tetapi setiap anggota gereja (yang terdaftar) boleh melihat neraca keuangan ini di kantor gereja. Mengapa tidak dipublikasikan?
Saya akan memberikan contoh kasus partial saja. Ketika divisi diakonia mengumumkan telah menerima sumbangan sekian belas juta rupiah dari jemaat NN, maka para aktivis mengirim surat untuk minta beasiswa. Maka seorang jemaat yang akan menjalani operasi menodong gereja untuk memberinya uang 8 juta rupiah. Maka seorang jemaat mengirimkan proposal usaha barunya sejumlah 16 juta rupiah.
Saya setuju pendapat KB yang menyatakan persembahan bukan milik gereja, tetapi milik Tuhan. Dalam arti gereja menjadi wakil Tuhan untuk menerima persembahan kita. Karena itu milik Tuhan, maka kita bebas menentukan gereja mana yang akan menerima persembahan persepuluhan kita, bukan?
So what? Anda sudah menulis ketimpangan yang terjadi. Ada usulan apa yang sebaiknya Anda dan pembaca lakukan? Bagaimana bila,
1. Kita tetap setia memberi persembahan persepuluhan, syukur bisa lebih dari 10%.
2. Kita tetapkan sendiri gereja mana, atau hamba Tuhan mana, yang pantas menerima persembahan kita itu. Dari uraian Anda, bukankah Anda tahu "tempat-tempat"nya?
Saya tidak mengkritisi tulisan Anda. Hanya saja bagi saya, tujuan menulis  adalah pemaknaan terhadap permasalahan yang terjadi dengan membuka pemahaman dan pencerahan baru. Karena itu saya berusaha (tidak selalu berhasil) menutup artikel saya dengan tanya "so what?". Lantas, kita mau apa?
Sudah 8 tahun ini saya tidak menyetorkan persembahan persepuluhan saya ke gereja tempat saya berjemaat, karena menurut pengamatan saya (setelah mempelajari catatan neraca keuangannya) gereja saya sudah cukup kaya. Uang itu saya pergunakan untuk membantu gereja-gereja kecil, pendeta atau penginjil yang masih tinggal di rumah kontrakan, para guru agama Kristen di SD-SD Negeri, saudara-saudara seiman yang sangat berkekurangan. Dalam kegiatan ini yang harus saya waspadai adalah jangan sampai saya mencuri kemuliaan NamaNya. Karena itu saya mengajak beberapa teman bergabung sehingga saya bisa berkata kepada mereka yang menerima uang ini "Ini berkat yang Tuhan beri kepada KAMI dan ingin kami bagikan kepada Anda".
Saya tidak mau berdebat apakah tindakan saya ini benar atau salah. Yang pasti para penatua saya tahu apa yang saya lakukan. Bahkan beberapa di antara mereka sering saya todong bila saya kekurangan uang.
Semoga tambahan informasi ini boleh melengkapi tulisan KB.
Saya tidak berbasa-basi bila mengatakan "Anda punya talenta menulis. Teruslah menulis untuk kemuliaan Nama Tuhan kita."
Salam saya.