Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Uria, Uria

Purnomo's picture

derap kaki kuda gemuruh roda kereta

tinggalkan kota tersayang istri tercinta

berkepul debu gemuruh makin jauh

dihantar senyum puas sang baginda di atas menara

terpadam gelisah hati seorang perempuan istri perwira

 

uria, uria

dadanya begitu tegap berlapis lempeng baja

tertempa gemerincing pedang segala perang

terdera gelora rindu dekapan seorang perempuan

namun baginya tersimpan tekad lelaki perkasa :

- tanpa menang tiada kata pulang

 

tergenggam erat surat perintah raja mulia

tersemat kata mati seorang perwira

tertulis atas nafsu hitam gelegak dosa

 

menderap kaki-kaki kuda kereta perang dua arah bersilang

kilatan ujung-ujung baja telanjang

berlomba koyak daging merah segar mentah

ringkik mulut kuda penuh busa

pesta pora sadap darah dari dada-dada terluka

 

uria, uria

tubuhnya bagai para* bergetah

berhias kuntum-kuntum kembang merah

sehari tercecap sudah pada lidah

betapa pahitnya rasa darah

 

tertebah perut bumi roda-roda kereta musuh mendera

dalam satu putaran dia terpagar

semua tentaranya surut ke belakang

tanpa tanda genderang !

 

uria, uria

deras hujan anak panah membuat luka empat liang

ketika kilatan pedang merobek pinggang

dia terguling rebah di tanah

 

pada angin tersisa bisiknya lemah :

- betseba, betseba istri tercinta

untukmu kusimpan cinta suci di lubuk hati

- baginda, baginda kekasih Allah

untukmu kusimpan belati musuh di dada kiri

 

di atas istana angin terjun ke kamar raja

terpantul pada jendela balik ke rahim langit

tinggalkan desau pilu menyebar ke lima benua :

- betseba, betseba istri perwira perkasa

pasrah tenggelam di lubuk nafsu paling dalam

lumat tertindih birahi raja dua belas negeri

 

di atas tabut sayap-sayap kerubim menggeletar

gemerisik memilu ketika dalam senyap

para malaikat pengemban murka Allah turun melayang

dengan pedang telanjang mata berlinang

lenyap dalam kepekatan malam kota raja

 

 

sayap-sayap kerubim makin erat menutup mata

bagai enggan melihat mentari esok karena

pendar sinarnya tak ‘kan lagi menguapkan harum bunga

namun hanya anyir darah para putera raja

 

* para = pohon karet

 

jesusfreaks's picture

PUISI YANG INDAH

ya itulah kekelaman DAUD, ya itu juga kekelaman *PARA* LELAKI tapi satu hal yang pasti, BERJUANGLAH MELAWAN HAWA NAFSU.

Jesus Freaks,

"Live X4J, die as a martyr"

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

Puput Manis's picture

Puisi Purnomo Membuka Mata

Ya, tenggorokan saya juga tercekat membaca puisi di atas. Rasanya peristiwa Daud, Betseba dan Uria lebih hidup, dan makin dibaca, makin terasa kengeriannya. Kengerian yang sebenarnya dari kekelaman dosa. Saya jadi sadar, selama ini mungkin banyak orang (termasuk saya sendiri) merasa aman dan nyaman bersembunyi dalam "Kepompong Kesucian" keagamaan kita dan tidak melihat betapa busuknya, kotornya, jahatnya, dan menjijikkannya dosa itu.

Tanpa kasih karunia Tuhan yang telah menganugerahkan darah yang termahal untuk menyucikan kita dari dosa, memang tak layak manusia menghampiri tahta-Nya yang kudus dan menginjak pelataran rumah-Nya. Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,

__________________

Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,

sandman's picture

@Purnomo : Puisi yang sangat indah...

HArus sadar bahwa dihati kita ada bagian2 gelap yang sedang dan mencoba memperbesar areanya untuk menjadikannya menjadi gelap kelam  dan sunyi. Tanpa kita sadari kita kadang suka berpolitik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan (betsyeba2 modern) dengan mengacuhkan nilai2 kekristenan.

 

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________