Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tuhan Memang Penulis yang Ulung
"Akhirnya, kau pun membaca juga ceritaku," itulah yang pertama kali ingin aku katakan padamu, seseorang yang sangat pelit untuk memberikan emailnya padaku. Yah, aku tahu sebenarnya kau tak pelit, tetapi kau tak adil. Kau bercerita panjang lebar tentang 'kisahmu' saat kau 'berlari' menjauh dariku, dan aku hanya bisa terdiam membaca dua lembar kertas, yang kau selipkan di bawah celengan hamburger palsu dan tim tam mini "kesukaanmu/ku?" ... hem.
Sering aku bertanya pada Tuhan, "Mengapa aku mesti bertemu denganmu?" Mengapa aku harus punya kisah bersamamu? Dan, mengapa aku harus mengalami akhir cerita yang sama sekali tak menarik bagiku (aku yakin bagimu juga)? Saat itu aku lelah untuk terus bertanya, "Mengapa?" Aku masih ingat bagaimana kau menatapku di detik-detik terakhir 'kebersamaan' itu. Tetapi sudahlah ... semua kisah itu ditutup dengan mendung yang tak lama menurunkan hujan dengan tenangnya. Setenang cara kita berjumpa dan berpisah. Benar katamu, "Kita tak pernah bertengkar sedikit pun." Ya, itu sangat membekas di hatiku, tetapi sayang sekali ... kau tak pernah menjelaskan padaku mengapa kau 'berlari' sejauh itu. Kau tahu? Berapa tahun aku tetap setia dengan semua ini? Setiap jalan yang kulewati (dan kita pernah melewatinya bersama), aku selalu minta sama Tuhan, "Tuhan, aku ingin melihat dia walau sebentar. Boleh ya?" Dan, hanya sekali Tuhan mengabulkan doaku setelah beberapa kali aku memintanya. Aku sangat senang ... meski hanya melihat saja.
Aku senang saat kita berada di Sriwedari, ditemani dengan secangkir es cokelat dan puluhan cerita sederhana yang membuat kita tertawa. Masih hangat juga di pikiranku saat kau mengajakku melihat film "AYTC" ... sempat terlintas di pikiranku tentangmu dan aku memutuskan dalam hatiku bahwa aku akan tetap setia pada 'pilihanku' sejak kecil. Aku sendiri tak percaya mengapa ketika aku bersamamu, aku justru semakin yakin dengan 'pilihanku', bukan karena keturunan/generasi keluarga, tetapi Tuhan sudah sangat baik padaku, kasih-Nya tak pernah meninggalkanku ... aku sering merasakannya ... itulah alasanku. Maaf, aku tak bermaksud apa-apa dengan mengatakan semua ini, tetapi inilah kenyataannya.
Dalam ceritamu, kau berkata, "Bukan bahagia yang aku rasakan ketika berlalu darimu." Menurutmu, bagaimana dengan aku? Sama!! Orang-orang di dekatku menanyakanmu dan aku hanya menjawabnya dengan tersenyum kecil, senyum yang sama ketika kita duduk di pinggir jalan dan kau bermaksud ingin menyudahinya. Senyum yang meragukan, antara iya dan tidak. Aku tak percaya ketika kau 'mempertegas' kalimat suratmu dengan memutuskan untuk menikah 'dengannya'. Ya, 'dengannya', seseorang yang pernah "menorehkan cerita" tersendiri di hidupku tanpa aku menyadarinya. Itupun aku mengetahuinya darimu. Sebenarnya, aku sangat suka dengan kisah kita sekalipun berakhir jauh dari mimpi-mimpi kita. Namun, kisah itu seolah-olah 'kabur' jika aku ingat tentang "kesimpulan ceritamu". Aku selalu berharap kau mendapatkan seseorang yang sangat kau cintai, tetapi bukan dengan "kesimpulan cerita" seperti ini. Hemm ... bukan kau yang salah, tetapi memang Tuhan adalah penulis yang ulung. Benar katamu. Aku tak punya maksud apa-apa, tetapi menyayangkannya saja. Aku pun berdoa untuknya hingga saat ini, juga untukmu.
Jika ternyata saat ini aku pun memutuskan untuk 'berlari' darimu, itu hanya karena anugerah, bukan karena menyerah. Aku yakin bahwa aku punya masa depan yang baik. Tuhan yang menuliskannya. Ya, aku sudah menikah akhirnya. Dan, aku pernah bilang pada Tuhan, "Tuhan, aku ingin dia yang menikah duluan supaya aku yakin tentang perasaannya." Tuhan pun mengabulkannya.
Aku tak bisa mengelak kalau aku memang benar-benar kaget dengan kejutanmu. Mungkin bagimu bukan suatu kejutan, tetapi bagi aku ... iya. Bahkan, aku sudah lupa apa saja yang pernah aku tulis padamu bertahun-tahun yang lalu ... tetapi kini aku membacanya lagi. Kau tahu? Aku hampir tak percaya ternyata aku bisa menulis hal-hal yang justru membuat aku menjadi lebih baik. Dulu aku menuliskan itu untukmu, tetapi kini tulisan itu tertuju padaku. Terima kasih telah menyimpan hangat semua kisah kita dalam hati dan ingatanmu sampai saat ini. Meski kau telah 'berlari' jauh dan aku pun kini 'berlari' jauh, tetapi angin tetap mengabarkan hal yang sama bahwa "rasa itu" tak pernah berubah. Aku sepakat denganmu bahwa Tuhan itu penulis ulung, dan aku harap kau sepakat denganku bahwa Tuhan masih melanjutkan cerita dengan diksi bertema "berjuang". Yah, berjuang untuk melakukan yang terbaik untuk keluargamu dan keluargaku. Tuhan selalu bisa mengakhiri setiap cerita dengan lebih baik daripada kita sendiri yang mengakhirinya.
Terima kasih untuk kado pernikahanmu untukku. Sebuah cerita dan kenangan yang menyenangkan sekaligus membuka kembali semua lembaran denganmu yang sudah aku simpan rapi di sudut hatiku. Aku pun masih akan menyimpannya (inilah jawabanku untukmu). Terima kasih sudah membaca ceritaku karena aku yakin bisa menemukanmu di dunia yang tak nyata ini ... mungkin sama ketika kau mencoba menemukanku kembali, entahlah karena kau mencoba melacakku melalui internet atau kau membuntutiku dari rumah hingga tempat kerjaku. Terima kasih untuk semuanya ... terima kasih untuk semua rasa yang saat ini masih ada ... semua berharga ... seberharga keluarga kita masing-masing. :)
God's will be done
- tilestian's blog
- Login to post comments
- 4102 reads
tilestian, bagus...
he he .. cerita bagus... :D
aku sepakat denganmu bahwa Tuhan itu penulis ulung, dan aku harap kau sepakat denganku bahwa Tuhan masih melanjutkan cerita dengan diksi bertema "berjuang"... Tuhan selalu bisa mengakhiri setiap cerita dengan lebih baik daripada kita sendiri yang mengakhirinya.
aku juga sepakat deh... :D
@iik j :)
Yup, kisah nyata ini bagus ... sangat bagus karena Penulisnya punya "Big Picture" yang sempurna.
God's will be done
Big Picture tilestian
"Tuhan melindungi (terkadang) melalui hal yang sangat menyakitkan"
dan hal itu baru kita sadari ketika beberapa waktu telah terlewat
ah! baru tadi pagi aku mengatakan hal ini...
@iik j, susah dimengerti
Tengkyu ....
Hemm ... Tuhan punya banyak cara untuk menjaga kita "tetap dalam rencana-Nya".
Wow, kebetulan kah karena baru tadi pagi kau mengatakannya? hahahahaha ...
God's will be done