Suntik

Aku benci disuntik! Tidak, bukan benci tapi lebih tepatnya takut jadi aku benci disuntik.

Seingatku aku hanya disuntik sekali waktu masih SD, biasa imunisasi itu lho.. Tepatnya kelas 2. Jangan heran kalau aku masih ingat kelasnya, samapi sekarang aku bahkan masih ingat bagaimana temanku yang bernama Dina menangis ketika melihat dokter dari puskesmas mengeluarkan jarum suntiknya. Padahal sebelumnya dia selalu menakut-nakuti aku karena dia tahu aku takut disuntik.

Ya, bukan rahasia lagi kalau aku takut disuntik. Sebab setiap ada pengumuman bahwa besok akan ada imunisasi, tiba-tiba aku langsung jatuh sakit esok paginya. Entah itu sakit perut atau sakit kepala, terpaksalah aku diijinkan mama tidak masuk sekolah. Tapi yang keterlaluam adalah aku bisa tidak masuk sampai 3 hari. Alasannya sederhana, aku takut dokternya akan kembali lagi ke sekolah untuk menyuntik yang tidak masuk kemarin.

Aku lupa kenapa hari itu aku masuk sekolah, aku lupa kenapa hari itu aku tidak sakit mendadak. Yang kuingat hanya satu, itu adalah kali pertama dan (mungkin) yang terakhir jarum suntik menembus kulit tubuhku.

Peristiwa ini sudah lama berlalu, aku tidak bisa mengingat apakah dokternya seorang ibu atau seorang bapak, aku tidak ingat apa yang dikatakannya waktu itu. Yang kuingat cuma lengan bajuku digulung, kemudian sebuah alat suntik dimasukkan ke lenganku, dan aku merasakan seperti ada sesuatu di bawah kulit yang mendorong dagingku. Mungkin itu cairan obatnya. Dan aku tidak menangis, aku terlalu gengsi untuk meneteskan air mataku hanya karena disuntik.

Sampai sekarang aku belum pernah disuntik lagi. Setiap kali sakit dan pergi ke dokter, aku tidak pernah mau disuntik. Lebih baik aku meminum kapsul, pil, dan sirup yang rasanya tidak karuan daripada merasakan jarum suntik lagi.

Siapa yang suka disuntik? Silahkan angkat tangan!