Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens
Raissa kecil dan agamanya
Sudah beberapa lama saya (raissa) sempat mikirin tentang agama.
Percaya atau tidak bahwa banyak orang 'tanpa sadar' mengalami bahwa hidup mati di tentukan agama.
setahun lalu, atau dua tahun lalu, atau bahkan mungkin tiga tahun lalu, atau... empat tahun lalu <ya, empat atau lima tahun lalu> saya berteman dengan baik dengan seseorang di tempat les bahasa Inggris. Itu terjadi spontan saja. saya masih ingat kejadiannya, anggaplah namanya Aidan<Bukan nama beneran>.
Kisah kami dimulai waktu pertama kali masuk tempat les itu. Kami berkenalan dengan teman sekelas kami, dan teman pertama adalah adalah Aidan <Nama ngawur>. Seketika selama pelajaran kami menyempatkan diri untuk bercanda dan tertawa bersama. Lalu tercetus dari salah satu dari kami (tebak saja sendiri) "jadi sahabat yuk" dan kemudian berlanjut.
Kami menyadari betapa dekatnya kami dan dinding pemisah kami adalah "agama". Baik ortu Aidan (nama imajinasi) dan aku tidak ada yang melarang. persahabatan kami berlanjut sampai ketika obrolan kami berpindah pada agama.
Peraturannya sederhana, kami memberitahukan ajaran yang kami kenal, mendengar orang lain, dan memutuskan untuk terus bersahabat apapun yang terjadi.
Dimulai dengan pertama kali dunia terbentuk, Adam dan Hawa. Kami bercerita dan tertawa betapa banyak persamaan kami: sejarah yang sama, latar yang sama, dan kronologis yang sama.
Kemudian sampai ke masalah nama di Abraham dan Ibrahim. kami berdebat cukup lama dan menemukan bahwa, ini versi yahudi, dan ini versi Arab, nggak usah jadi masalah.
obrolan berlanjut ke Yesus dan Nabi Mohammad, kita berdebat sangat lama dan memutuskan, kita beda, tapi nggak masalah, kita bercerita agama kami masing-masing dan itu harus diterima karena peraturannya adalah yang lain mendengarkan.
Kami bersahabat cukup lama, dan kami sadar agama bukan halangan, tapi bagi teman-temannya, bencana untuk berteman denganku.
Mereka mulai menghasut Aidan(nama bikinan) untuk meninggalkanku. Aku sadar ia mulai menjauh, lalu kutanyakan sebab pasti darinya. "Yang jelas Raissa, ini nggak ada hubungannya dengan agamaku atau agamamu, apalagi perbincangan kita dulu. Cuma aku lagi nggak enak aja gak mood"
Kupikir aku bisa tenang, karena kami benar-benar sadar agama bukan halangan.
Tapi tiba-tiba kudengar salah satu dari mereka, agamamu salah, kami nggak mau kamu deket-deket kami, nanti kami ikutan agamamu. Agamamu itu ngikutin agama kami.
Aku terkejut dan terdiam beberapa saat. lalu bertanya pada Aidan <Nama palsu> mereka nggak tahu omongan kita dulu kan? Dia berkata, tidak, itu rahasia kita.
Kami tak bisa berlanjut karena ia harus pindah rumah. kita berjanji akan sms-an, tapi entah ia mungkin sudah melupakanku.
Sejak itu, banyak teman sekelilingku berkata agama dan agama.
Kudengar berita kerusuhan karena agama
Saling menghakimi, bukannya mentoleransi agama orang.
Lagipula, bagiku agama bukan segalanya, hanya formalitas.
yang menyelamatkan aku bukan agama Kristen, tapi Kristus.
percaya Kristus (bagiku) bisa dilakukan orang apapun agamanya.
Kristen hanyalah tempat kita memperdalam pengetahuan tentang Kristus,mungkin cuma formalitas, tapi yang menjamin kita ada di surga adalah Kristus, bukan Kristen.
Karena sekarang banyak orang menghakimi agama orang lain dan menganggap agamanya paling benar.
kristenisasi, pemaksaan, dll.
Aku dan Aidan <Nama palsu, seperti yang hai hai lakukan dengan duad> duduk bersama dan berkata, tidak ada yang benar diantara kita, apapun agamaku, sama tidak sama dengan agamamu, kita hanya duduk dan bercerita inilah agamaku, itulah agamamu tapi tidak memutuskan hubungan sahabat kita, karena agamaku menurutku benar, agamamu menurutmu benar, jalanilah itu. Persahabatan kita tidak ada hubungannya dengan ini.
Walau aku berharap sedikit ia mau mengenal yang kusebut Yesus Tuhan.
Tak berguna aku mendebatkan agama, jangan menghakimi agama lain, urusan percaya tidaknya urusan mereka, yang mau ayo yang enggak juga silakan. yang memutuskan bernaung di agama mana adalah pribadi masing-masing. Jangan marah marah lalu berkata Orang-orang agamaku nggak nyaman deket kamu. Kamu aja nggak hapal buku yang kamu percaya, aku hapal kitab suciku dari A-Z. Kamu blablabla aku blablabla.
yang aku lakukan hanya berdiri dan berbisik, kitabku bukan untuk dihapal, tapi dilakukan. agamaku ini yang kujalani, jangan hakimi agamaku, kamu tidak mau agamamu dihakimi, sobat.
(Secuil cerita dari anak umur tiga belas yang prihatin dengan konflik karena perbedaan agama, masalah karena beda agama, dan merenungkan apa kita bisa hidup tanpa menghakimi agama orang lain?)
- Raissa Eka Fedora's blog
- Login to post comments
- 3472 reads
Kecil2, pikiran dah dewasa ye....
Saya baru pertama kali baca blog Raisa:) Ternyata, kecil2 tapi dewasa banget.Sebelumnya cuma sering dengar nama kamu dari Hai-hai, Daniel dan Dennis:).
Emang, kadang2 agama menjadi hal yang sangat2 diperdebatkan dan sebenarnya saya sendiripun mencari "keberadaan agama " itu pas masih remaja dulu. Malah kalo saya bilang, pas masa menjadi anak Sekolah minggu, itu adalah yang menyenangkan. Yang saya pikirkan cuma ke sekolah minggu, tahu cerita Gideon, Daniel,Yesus, Yakub, Abraham, Yosua, Elia, Elisa,Adam ,dll tanpa berpikir macam-macam soal agama.
Tapi dengan pertambahan usia,akhirnya pemikiran soal agama menjadi semakin nyata,yang membuat saya akhirnya malah menjadi kebingungan sendiri. Mencari dimanakah kebenaran agama itu sendiri??
Kadang-kadang lucu juga, dari kecil ke sekolah minggu, tapi kenapa pas remaja, malah menjadi kebingungan sendiri. Akhirnya sempat meninggalkan gereja beberapa tahun, sampe akhirnya pas kuliah baru deh ke gereja lagi:).
Dalam kebingungan itu, malah melakukan hal yang paling bodoh sekali.Berdoa kepada Tuhan, Tuhan... g ini bingung banget. Semua agama mengajarkan semua orang menjadi baik. Dasar Ajaran Kristen adalah " Kasih ", tapi apakah benar orang Kristen itu melakukan KASIH itu sendiri??ternyata tidak juga ( malah kalo mau dibilang, mungkin lebih mengasihi orang di luar kekristenan seperti Budhis ). Apakah g harus menjadi orang Kristen yang akhirnya mengecewakan orang tua yang melahirkan g? Apakah g harus menjadi seorang Katolik ato menjadi Kristen?? Apakah g mengikut orang tua yang memegang kepercayaan mereka sebagai bakti untuk mereka?? Ato g menjadi Islam kali???? Kristen yang telah g pelajari dari Sekolah minggu,banyak sekali denominasinya. Firman Tuhan cuma 1- ALkitab, tetapi penafsiran menjadi bermacam-macam dan akhirnya saling berdebat doktrin semua.Kenapa seolah2 Tuhan membiarkan itu terjadi?? Sebenarnya hal itu juga menjadi cemoohan bagi orang yang berada di luar kekristenan.
Tuhan, sekarang g cuma memohon mujizat dari Tuhan. Tunjukkan kepadaku.Sekarang g benar2 butuh Tuhan yang memberikan petunjuk,agama apa yang paling benar di hadapan Tuhan?? seperti layaknya cerita Gideon yang aku dengar.Aku buat semua agama dalam buku, kuminta Tuhan melingkari agama tersebut dalam buku tersebut.Setelah bertahun-tahun , tetap aja kagak ada jawaban he..he ( Siapa tahu, tiba-tiba pas hari itu g buka... eh ada kurungan tanda merah ato g mimpi.. inilah agama yang harus kamu pilih- yang merupakan kebenaran itu sendiri ).Kalo dipikir-pikir, bodoh sekali saat itu.Tapi itulah yang terjadi:)
Sekarang, saya cuma berpikir satu. Agama hanyalah dibentuk oleh manusia. Emang benar, keselamatan bukan pada agama itu sendiri, tapi iman dan percaya kepada Yesus-itulah yang memberikan keselamatan itu.
Kenapa sampe keragaman itu tejadi? Yah, karena manusia itulah yang membentuk itu terjadi- dalam pikiran saya. Lebih baik dalam keadaan begini, masing2 enjoy dengan keberadaan denominasi masing-masing( masalah Kristen yah ), daripada berada dalam satu denominasi tetapi akhirnya berantem di dalam dan malah pelayanan menjadi tidak satu visi:).Kalo untuk yang agama yang lain,saya lebih berpikiran-agama tidak menjadi pembatas dalam segala hal dalam pergaulan dan persahabatan, tetapi mungkin akan lebih indah jikalau sahabat yang kita punya adalah orang yang mempunyai iman yang sama. Sharing soal pandangan agama masing-masing bagus sekali, tetapi tidak berarti harus memaksakan keberadaan pandangan itu kepada orang lain.
Selamat yah,, kamu kecil2 tapi pikiran dewasa:)
^^
Bener2 gag kebayang ada anak kecil berumur 13 tahun tapi pikirannya dewasa banget.. genius ini maaaa..hahaha
Jarang banget ada anak yang benar2 remaja sehebat Raissa Eka Fedora.
Agama memang tidak menyelamatkan.
GBU