Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens
Double Esspresso - From A Heart to Joli
@ DOUBLE ESSPRESSO
Menunggu.
Setiap orang selalu menunggu.
Ada hari hari tertentu yang membuat mereka menunggu.
Mungkin mereka tahu, hari itu pasti akan datang.
Mungkin, aku juga.
Pagi ini cerah. Ini hadiah Tuhan untuk Joli? Haha. Anggap saja
begitu, kataku dalam hati.
Jeans pendek. Kaos hijau, dengan angka 17 dipunggung. Rambut diikat
asal-asalan--aku menyukainya. Memakai celemek hitam, sarung
tangan. Dan mulai menyapu lantai, mengepel dengan jumlah pewangi yang
berlebihan.
Aku kembali mengeluarkan lilin-lilin hijauku.
Meletakkannya di setiap sisi jendela. Meja. Coffee Bar.
Membersihkan tiap meja.
Mengganti bunga setiap meja. Bunga yang
kupilih adalah bunga berwarna unggu. Bunga yang dipotong pendek dan aku
mengikatnya menjadi satu. Aku letakkan begitu saja dalam gelas kecil,
transparan. Sangat menggemaskan.
Memberikan diriku bonus segelas
besar ice caramel coffee dan sepotong waffel madu.
Aku menyusun meja. Meja yang terpisah, aku dekatkan ditengah-tengah
ruangan.
Tidak tahu berapa yang akan datang.
Aku meletakkan
berapa lembar part lagu diatas piano, tugas Hayden memainkannya nanti
malam.
Selesai sampai disitu, aku merasa gerah.
Dengan tergesa-gesa, aku
berlari menaiki tangga. Menyambar handuk, dan mandi dibawah shower. Air
dingin. Segar sekali. Setiap kali air jatuh dari shower, sedikit
mengagetkanku. Tapi beberapa saat kemudian aku merasa rileks. Benturan
saat jatuh minggu lalu, masih terasa sakit. Tidak perlu ada kerumitan
hari ini.
Psalm 51:10
Create
in me a clean heart, O God; and renew a right spirit within me.
Aku menelepon cake house. Menanyakan pesananku. Cupcakes. Yey. Tidak
mungkin merayakan sesuatu tanpa cupcakes.
'Ya. Dengan Keira. Ya.
Ya.' Jawabku.
Suara itu menjawabku dengan sopan.
'Ya, aku
membutuhkannya sebelum jam 4. Ya, tolong diantar saja.'
'Oh tidak,
tidak, aku cuma ingin memastikan saja. Baik terimakasih.'
Semoga Joli
menyukai apa yang sudah kusiapkan.
Aku mengetik beberapa kalimat dan kukirimkan padanya, Joli.
'Waiting
u to be here. I'm ready. Call your friends.'
Sepertinya
yang akan sangat asyik sekali.
Joli membalas pesan teks yang kukirim.
'Glass juga dipanggil
Keiiii....!'
Jadi, aku kembali mengetik beberapa kalimat untuk dikirim pada Glass.
'Be
here, meet my friends. They re special to me.'
Ponselku berbunyi. Aku membuka tombol amplop kecil yang
menyala-nyala.
'Ok.'
Sorenya. Cupcakes tersusun rapi dimeja bundar sudut ruangan. Balon
sudah terpasang disetiap sudut langit langit dan pintu depan @Double
Esspresso. Melihat hasil kerjaku, aku mulai memikirkan untuk menerima
pekerjaan sampingan sebagai wedding planner, aku rasa aku bisa. Tapi aku
membatalkan niat ini segera, karena, Pertama, aku tidak akan tahan
menghadapi kegelisahan pasangan yang akan menikah. Dan, kedua, pengantin
wanitanya, tentu saja, tidak akan menyukai wedding planner yang tidak
suka komunikasi dua arah.
Lupakan soal wedding planner. Kembali ke
@Double Esspresso, dan, aku suka coffee shop ini.
Aku memilih New Dawn untuk menemaniku bekerja.
New Dawn, album yang bagus. Lebih banyak humming dari pada lirik nya,
percayalah, aku memang sangat membosankan.
Telepon coffee shop berbunyi. Aku tidak mengangkatnya. Aku membiarkan
answer machine menjawabnya.
@Double Esspresso. For service in
English press one, for Bahasa Indonesia press two, or Operator, press 0.
Ok, not funny, i know. Ok. Please left message.
Bip.
Aku
menyiapkan biji-biji kopi, cangkir, gelas plastik. Aroma kopi memenuhi
coffee shop mulai itu. Setiap sisi dalam ruangan coffee shop masih
kosong.
Memikirkan setiap detail hingga dini hari, membuat aku
sangat mengantuk seharian ini.
Dan saat aku selesai, aku mendengarkan windbell.
Ah... Perasaan
ini, semua akan berkumpul. Tertawa, kesal, bercanda. Setiap orang yang
akan datang malam ini, aku sungguh berharap, mendapatkan malam yang
menyenangkan.
Perasaan ini, perasaan berdebar yang hangat.
Menyenangkan.
'Joli.' Sapaku.
Dia duduk didepanku. Di coffee bar.
Aku mulai
mengikat pita emas di setiap coklat yang dikemas dalam kantung kecil.
Souvenir kecil.Joli membantuku mengikatnya.
Seperti biasa, dia
cantik. Dewasa. Dan tidak berhenti menanyakanku soal Glass.
Aku
sudah sangat berusaha, aku bahkan mencoba membicarakan Global Warming,
lalu, saat aku sadar, aku mendapati diriku sedang menjawab pertanyaannya
soal Glass.
Bersama Joli selalu ada pembicaraan yang
menyenangkan. Dia memperhatikan maksud setiap ucapanku, dan memikirkan
apa yang menjadi keinginanku. Mencari setiap kelebihan yang ada padaku.
Jika aku yang hanya seorang penunggu coffee shop yang membosankan, bisa
membuatnya
begitu peduli, maka aku percaya, dia juga baik pada orang lain yang
tidak kuketahui.
'A great mystery, a great secret, rahasia besar..
Sang Sutradara
mengungkap-nya melalui step by step, langkah demi langkah hidup, melalui
hidup pernikahan, hidup bersosial, hidup bergereja,.. dan semakin nyata
ketika DIA bersama..' katanya, selalu.
Ponselnya berdering beberapa kali. Sepertinya, mereka sudah akan
sampai. Aku mulai menebak siapa yang akan lebih dulu sampai.
Windbell.
Sesuai tebakkanku. Pria itu tinggi, sangat menarik perhatian, dengan
rambut panjangnya. Muka jahilnya, terlihat.
Joli menyambutnya.
Saatnya
aku mulai bekerja.
Dia membawa serta anaknya. Hai hai, begitu
mereka memanggilnya. Suhu. Aku tertawa dalam hati. Kita lihat saja
nanti.
Aku meminta wisely membantuku mengikat pita. Joli menemani Hai Hai
mengobrol.
Espresso pertamaku.
'Coffee shop yang unik. Wah... Wisely pasti suka sekali, hijaunya
sangat cantik.'
'Makasih. Ini espressonya, silahkan...' Aku
tersenyum.
Aku membaca tentangnya.
Menyusul dibelakangnya, Happy
Lee. Tidak rapi, tapi wajahnya ramah. Rambutnya putih, dan langsung
duduk bersama dengan Joli dan Hai Hai.
Windbell.
Sandman. Si manusia pasir. Kulitnya gelap, sangat
santai.
Dia menepuk bahu Hai Hai, menyalami Joli dan Happy Lee, dan
langsung ikut dalam pembicaraan Joli.
'Mana Si Keira?' Tanya Sandman
pada Joli.
'Itu tuh, lagi ama anaknya si Hai.'
Sandman bangkit dari duduknya, dan berjalan kearahku. Ke coffee bar.
'Kei,
ini janjiku lho... Coffee dari Bandung.'
'Haha. Makasih, makasih.'
'Uda
sembuh?'
'Uda, cuma flu kog.'
'Good... So, menurutmu, apa yang
akan dilakukan orang jika meminum secangkir kopi yang nikmat?' Tanyanya.
'Meminumnya
pelan-pelan.' Jawabku kurang yakin.
'Tepat sekali.'
'Dan kamu
mengatakan itu karena?' Tanyaku lagi.
'Jangan membuatku menjawab,
Kei. Karena aku sedang menikmati secangkir kopi yang rasanya sangat
kusukai.' Jawabnya tersenyum, sambil berjalan menuju ke meja Joli dan
teman-temannya.
Saat aku berbicara tadi, SF sudah tiba. Nobieta, yang sangat manis...
Dennis, si babi pink, bukan aku yang memberikan julukan seperti itu.
Daniel.
Ari. Beberapa datang untuk mampir, sengaja memberikan ucapan selamat
pada Joli, lalu harus segera pergi.
Menyodorkan kotak kotak hadiah. Besar, kecil. Aku yang menyusunnya
satu persatu. Aku yang bersikeras, coffee shop-ku, aku yang menguasai.
Tidak boleh ada yang membantu.
Vantillian datang. Ini dia. Dia tidak pernah datang ke @Double
Esspresso sebelumnya. Aku memperhatikannya dengan hati-hati. Dia membawa
buku apologetika untuk Hai Hai. Aku bisa melihatnya dari coffee barku.
Melihat Vantillian menyodorkan apologetika untuk Hai Hai, Joli protes,
dan menuntut hadiahnya. Dan aku bisa bertaruh, Vantillian pasti lupa
membawa hadiah untuknya.
Kembali ke coffee bar. Wisely sangat mandiri. Aku membiarkannya
membantuku di dalam coffee bar. Dia tahu, apa yang berbahaya, jadi aku
tidak khawatir dan dia sigap. Aku membiarkannya karena aku tahu Hai Hai
mengajarkannya dengan baik.
Mas Purnawan datang dengan kirana. Ebed
tidak mungkin absen. Dia sibuk menjepret dengan Nikonnya.
Iik datang berbarengan dengan Clara. Clara duduk disebelah AP dan
karenanya, suasana sempat memanas dengan godaan dan siulan.
Haha.
Aku tidak heran jika dia datang, karena seperti yang kukatakan, Joli
adalah Joli. Tentu saja dia akan mengundang Dede. Aku melihatnya, dari
atas sampai kebawah.
Apa? Menurut aku orangnya bagaimana?
Jangan paksa aku berbohong. Aku hanya penunggu cafe yang membosankan
yang terlalu banyak menilai.
Dia datang. Duduk diantara Vantillian, Hai-Hai, SF dan King Heart.
Berdebat soal policy, dan tepat seperti kata minmerry, dia sama sekali
tidak lucu. Dia juga tidak membawa hadiah untuk Joli. Dia memanggil Van
dengan ivan. Bagiku, itu sangat sok akrab.
Minmerry, dia juga datang. Tentu saja, dia mudah disukai. Berpipi
tembem, berponi. Manis. Dia juga lucu. Dia datang bersama dengan
Vantillian. Dia diam, menikmati perdebatan Hai-Hai, Vantillian, SF, dan
lainnya. Namun dia tidak banyak berkomentar. Saat JF datang, dia sempat
melihat Minmerry dengan pandangan yang sangat bertanya-tanya. Tentu
saja, minmerry sedikit ketakutan.
Ebed sangat mudah bergaul. Dia disukai siapa saja.
Walau berada didalam coffee bar, hanya bersama dengan wisely. Aku
bisa merasakan suka cita itu. Kebersamaan itu.
Pikiran itu membawaku disaat aku kecil.
Mama membuat telur rebus merah.
Menggoreng ayam goreng (kesukaan
my bro, bukan aku).
Dan memasak mi sua. (Juga bukan kesukaanku)
Artinya,
ada yang berulang tahun.
'Mama, siapa yang bueday?' (Aku belum bisa mengucapkan "birthday"
dengan baik).
'Sisi birthday.' Jawabnya, dengan tersenyum. Aku
terkejut. Jarang sekali mama tersenyum padaku.
'Lho, sisi birthday?'
'Iya.'
Jawabnya lagi.
'Aku boleh kasi tau papa bahwa sisi birthday hari
ini? Beritahu teman-teman?'
'Boleh, ayo... kasi tahu mereka semua.'
Mama hampir tertawa. Tapi aku begitu bersuka cita, bahwa sisi berulang
tahun.
Sisi adalah anjing yang kuadopsi sejak bayi. Dan temanku
disetiap jam. Di setiap waktu aku ditinggal sendiri di rumah.
Dan aku
memberitahu papa. Papa langsung tertawa saat aku mengatakan bahwa sisi
berulang tahun. Aku menghambur kepelukannya (aku sungguh-sungguh
memeluknya setiap sore setelah ia pulang dari pabrik), dan menceritakan
padanya. Dengan harapan dia mau membantuku merayakannya.
Sampai sorenya, auntie kecilku mengantarkan sebuah cake.
Aku
bertanya langsung kepadanya, 'Auntie, itu untuk sisi?'
Dia langsung
terbahak-bahak. 'Siapa yang bilang begitu?'
'Mama, dia bilang sisi
berulang tahun lho.'
'Haha. Mama berbohong, Kei. Kamu yang berulang
tahun.'
'Ga ah. Ga mungkin. Mama bilang sisi kog, auntie.'
'Dia
berbohong, itu untuk Keira ok? Keira cantik sekali hari ini.'
Aku tersadar. Aku memakai baju baru.
Mama meraih cake pemberian
dari auntie. Aku menatapnya. Dia tertawa.
Dan aku menunggu mama
membuka cakenya. Sebuah cake coklat besar, dengan gambar anjing. Anjing
dan coklat, kesukaanku.
Aku membaca nama yang tertera diatas cake.
Dan
aku lalu tertawa.
Dengan segera, aku berlari mencari papa,
mengkonfirmasikan kebenaran itu.
Sejak itu, mama tidak menggodaku seperti itu lagi. Dia juga tidak
tertawa atau tersenyum padaku.
Wisely memanggilku. Aku tersadar dari lamunanku.
'Aku boleh
belajar membuat kopi, Tante?'
'Keira. Tidak apa-apa wisely
memanggilku Keira.'
Dia mengangguk.
'Ayo, pilih mug yang kamu
sukai, Wi.'
Dan cangkir pertamanya, dia berikan untuk ayahnya.
Ayahnya
mengajari dan mendidiknya dengan baik.
Disinilah aku, menatap mereka semua.
Mengenali mereka satu
persatu. Semua dengan keunikan masing-masing. Aku yang masuk kedalam
kehidupan mereka, atau mereka yang masuk kedalam kehidupan mereka?
Love and Mercy, mengalun dalam coffee shop.
'Tidak ingin duduk
bersama dengan ayah?' Tanyaku pada Wisely.
'Di sini aza.'
Setiap orang yang melewati @Double Esspresso, tersenyum melihat
keceriaan yang tercipta didalamnya. Warna hijau yang magical.
Waktu berlalu sesuai kehendaknya berlalu.
Glass datang. Windbell. Semua langsung menatap kepintu. Lalu
menatapku. Bahkan wisely juga menatapku. Semerah itukah pipiku?
Dia
berjalan ke coffee bar, 'terima kasih sudah mengundangku, Kei.'
'Bukan
aku, Joli tuh.'
Dia mengedip padaku.
Aku menghela napas, sudah berapa kali
kubilang, jangan menggodaku, teriakku dalam hati.
Namun dia
tidak menghiraukan tatapan protesku.
Glass dapat dengan mudah
menemukan Joli. Dia memberikan Joli bunga, dan duduk bersama dengan
mereka.
Kebersamaan itu biasanya singkat. Setiap orang terikat pada
kehidupannya, dan kehidupan orang-orang disekelilingnya. Itu membuat
waktu berharga, dan kebersamaan menjadi singkat.
Aku mengantarkan mereka yang pamit, satu persatu ke pintu.
'Coffee
shop yang bagus, Kei.'
'Aku suka cupcakesnya.'
'Menunya enak.'
'Esspressonya...'
Aku
menerima semua pujian mereka. Aku ingin mereka lebih lama untuk tinggal
di coffee shop. Tapi aku mendapatkan diriku, berdiri, mengantarkan
mereka pulang dengan senyum.
Glass menungguku, dia yang akan mengantarkan aku pulang. Aku
membiarkannya.
Joli. Dia menungguku di coffee bar.
'Aku akan memberikan diskon
besar seperti janjku, Jol...'
Dia memberikan kartunya.
Aku menekan
tombol cash mahchine, menggesekkan kartu dan mengembalikan padanya.
'Selamat
ulang tahun Joli...'
Aku menghampirinya dan memeluknya.
'Aku
ingin Joli bahagia, ingin Joli tetap menjadi Joli yang luar biasa.
Superstar.'
Dia menatapku.
'Makasih Keira. Sekarang Joli sudah
harus pulang. Terimakasih ya..., Keira.'
Aku mengucapkan Ok tanpa
bersuara.
Glass membantunya mengangkat semua hadiah masuk kedalam
mobilnya. Paul baru menjemput. Ada meeting yang tak bisa ditinggal.
Saatnya sekarang Joli merayakan dengan Paul.
'Jangan terlalu mengkhawatirkan apa yang tidak penting. Lihat
kebaikan Glass. Kenali dia. Buka hatimu.'
Pesan Joli, dan dia masuk
ke dalam mobil.
Aku yakin, banyak yang mereka bicarakan dari sore hingga malam.
Aku
yakin, saat mereka pulang, masing-masing akan menghadapi masalah yang
mereka tinggalkan beberapa jam yang lalu.
Aku yakin, mereka juga sama seperti diriku, dalam beberapa hal.
Aku mengingat apa yang sudah kulewati, kulompati beberapa bulan ini.
Apa
yang membuatnya begitu sulit? Dan hari ini, aku mendapat perasaan,
tidak seharusnya semua dijadikan begitu sulit.
Harus diposisi manakah aku harus berpikir?
Glass membantuku membereskan semuanya. Dia tidak mencoba menggodaku.
Dia tidak mencoba mengenggam tanganku disaat hanya ada
aku dan dia di coffee shop-seperti yang sering ia coba lakukan untuk
membuatku marah. Dia juga tidak banyak bertanya.
Sampai dirumah, tanpa menukar bajuku. Aku terjatuh diatas tempat
tidur dan membiarkan diriku tertidur.
'Semua baik-baik saja, Kei.'
Begitu kata Glass. Dan dia mengantarkan aku kedalam.
'Temukan kebahagiaanmu...' Joli...
'Jangan membuat syarat...' Hai-Hai
'Bagaimanapun, hidup ini harus dijalani...' Van
'Let it flow...' Sand
Aku mencoba berpikir, semua kata-kata mereka. Kata-kata yang mereka
ucapkan, karena mereka sudah menghadapi, menjalani beratnya
hidup.
Aku harus banyak belajar.
Dan aku tertidur.
Keira tidak pernah tahu, Glass berdiri di depan pintu kamar Kei.
Menunggunya hingga tertidur, lalu dia mengunci pintu dan pulang.
Dalam
perjalanan dia menelepon Joli.
'Dia tertidur. Ya. Dia baik-baik
saja.'
Selamat ulang tahun, Joli...
May your kindness always bring
blessing...
From A Heart.
- minmerry's blog
- Login to post comments
- 3483 reads
^^
Joli ulang tahunnya kapan Kei??hehehe
cerita nyata yang bagus =p dengan bintang utama Joli..hue2
Nael...
Joli ultahnya dah lewat, Nael. Ini cerita yang min tuliskan untuk dirinya tahun lalu.
Nael kenal Joli juga? Wuah, memang joli sangat terkenal, so popular...
Penggemar kopi, Nael?
^^
Sebenernya tahu doang sih di sabda space..kan suka nongol juga disitu saya..hehehehe
kopi?suka tapi bukan penggemar..hoho
disini sepi bangettttt..ha ha ha..