Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sepiring Nasi Goreng
Semalam aku masak seloyang lasagna yang kuperkirakan akan cukup untuk makan malam 2 hari tapi perkiraanku salah kaprah. Beybeh begitu menggemari lasagna buatanku sampai dia menjilati loyang sampai bersih.
“Suka ya?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Iya, enak banget sih.” Jawab Beybeh sembari menjilati jari tangannya.
“Aku gak tau kamu suka banget lasagna.”
“Gak suka banget sih sebenarnya tapi lasagna yang kamu buat enak banget sih.”
“Syukur deh. Aku seneng kamu suka.” Aku tersenyum lalu membersihkan meja makan.
Alhasil hari ini aku masak lagi. Jarang-jarang aku masak 2 hari berturut-turut karena rutinitasku di hari Sabtu adalah masak untuk Sabtu dan Minggu, malah kadang sisa masakanku bisa awet sampai beberapa hari berikutnya.
Hari ini aku masak nasi goreng.
Bukan Beybeh saja yang menyukai nasi goreng buatanku, keluarga Beybeh dan teman-teman sekantorku pun menggemarinya.
Dulu aku sering masak nasi goreng tapi sekarang jarang karena memasaknya membuatku rindu nasi goreng gerobak di kampung halaman.
Sebaik apa pun aku memasak nasi goreng, aku selalu merasa hasilnya, rasanya dan baunya tidak sama dengan nasi goreng gerobak dan aku cuma bisa memandang dengan hati nelangsa nasi goreng yang mengepul dan mengeluarkan bau harum tetapi tidak seharum nasi goreng dari kampung halaman.
“Gak tau terima kasih amat seh? Tuhan uda baik banget, banyak berkat yang gak pantas kuterima tapi sudah kuterima, masak masih gak cukup? Sekarang malah pengen ini itu lage.” Aku memarahi diri sendiri.
Tuhan memang baik. Berkat-Nya begitu melimpah dan kadang aku ingin menangis karena merasa begitu kecil dan tidak berarti tapi Dia melimpahi aku dengan kebaikan yang tiada hentinya. Apalah artinya jauh dari kampung halaman dan sanak saudara jika dibandingkan dengan semua kebaikan-Nya kepadaku.
“Terima kasih, Tuhan. Engkau baik banget. Aku tidak kekurangan sesuatu pun yang baik yang Engkau janjikan.” Dalam hati aku melantunkan puji syukur kepada Sang Khalik sembari mempersiapkan meja makan.
Tapi hati ini kok tetap merindukan sepiring nasi goreng gerobak ya..
The heart wants what the heart wants
Aseek gambalnya nongol.. hihi
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
- Hannah's blog
- Login to post comments
- 6518 reads
Sepiring dihargai berapa mbak ?
Sepiring dihargai berapa mbak ? Buka warung aja. Mengundang selera tuh model penyajiannya....he...he....he....
telurnya setengah matang ya ?...enak banget tuh
------------------------------------------------------------------
Apakah yang terpenting di dalam hidup ini ?
Apakah yang terpenting di dalam hidup ini ?
++ telur setengah mateng
lam kenal hannah
gambarnya bikin ngiler
apalagi kalu nasgor pedas + telur ceplok yang bagian kuningnya setengah mateng..manthab..
Setiap manusia dihakimi oleh perkataannya sendiri
Setiap manusia dihakimi oleh perkataannya sendiri
tek-tek 'n dok-dok
Setahu saya, ada 2 jenis nasi goreng gerobak kelilingan, yang satu "tek-tek", dan satu lagi "dok-dok".
Penjual "tek-tek" biasanya berasal dari daerah Tegal dan sekitarnya. Mereka berkeliling sambil memukuli penggorengannya sehingga berbunyi "tek... tek... tek...".
Kalau penjual "dok dok" biasanya berasal dari Surabaya/Jawa Timuran. Bukan penggorengan yang dipukuli, tapi kentongan bambu, sehingga bunyinya "dok... dok... dok...".
Jaman saya ngekos dulu, ada istilah "menjahitkan nasi". Bahannya bukan kain, tapi nasi putih, kadang disertakan juga telur mentahnya. Hasilnya bukan baju, tapi nasi goreng ala "tek-tek" atau ala "dok-dok".
Ongkos jahitnya juga ngga mahal untuk ukuran "kere hore" macam saya. Hehehe...
Ngemeng-ngemeng, sekarang masih ada ngga ya tradisi seperti itu?
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
@hannah, mmm..yummy..
Waktu kecil di gang rumah kalau malam-malam ada yang bawa pikulan sambil mengetuk-ngetuk penggorengan tek.. tek.. tek..
"Bang, nasi goreng satu"
Nasi goreng tek-tek.... panas harum nyam.. nyam.
Jadi kangen ingin makan nasi goreng tek-tek, tapi sayang udah ga ada nasi goreng seenak nasi goreng tek-tek pikulan tempoe doeloe.
Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan.
Rahasianya apa sih ya?
@Sparta
Sepiringnya 5 ribu saja tapi ongkirnya 10jt hahahah..
Mas, sekarang harga nasgor gerobak di Jkt sepiring berapa ya, tau?
@Pinokio
Salam kenal yaaa..
Wah kita samaan neh! Gw juga paling suka telol 1/2 matang di nasgor gw *ngiler seember*
@Rong2
Huhuhuuu.. iya gw doyan banget dua2nya, yg tek2 dan dok2.. huhuhuu..
Gw juga pernah nyoba tuh nasi ma telor doang. Wuih uenakeee minta ampun padahal gak pake daging/ayam dan tanpa sayur apa2 krn waktu itu lg males motong2 sayuran.
Gw dulu suka perhatiin abang dok2 kalo masak itu kekna pake ketumbar yg ditumbuk trus ketumbarnya dicemplungin pas telornya uda hampir matang.
Tp waktu gw coba ndiri tapi kok rasanya beda ya?
Ada yg tau rahasianya si abang dok2, mungkin?
@Unyil
Wah mereka pake cara masak lain kali ya?
Hannah uda lama gak mudik ke kampung halaman jadi uda lama gak ngikutin trend masaknya si abang tek2 dan abang dok2..
Aduu jadi laper lagi aku.. *kriuk*
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Hannah : nasi goreng dan sebatang rokok
Hannah....coba masak nasi goreng pake bumbu
indomiemie instan goreng...maSAK SEPERTI MASAK NASIGORENG...lalu,..taburi krupuk diatasnya....jangan lupa ketika masih mmasak pakai sambal botol,...wuih,..pasti lezaT....DAN PAKE IN KECAP SAUS TIRAM SEDIKIT,..atau kecap inggris..pasti hasilnya memuaskan....(kalau bisa tambahin daging kornt dan daging ayam,..lebih lngkap lagi pake udang dan cumi,...)Kemarin kemarin ktika dilapangan ada sorang pkrja yang mminta rokok dari supir perusahaan yang mnjmput mreka untuk pulang dari bkrja dilapangan. Setelah dibri sebatang rokok, lalu meminjam koreknya juga..lalu sang supir berkata,..kamui nih tidak ada puasnya,....sudah dikasih rokok, minjem korek pula, trus natr kamu minta kopi, dan akhirnya minta nasi goreng...dasar manuisa,..gak ada cukupnya,...kami semua tertawa mndengarnya,...
Sincerely
smile
Penakluk sejati adalah orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@Smile
Wah ide bagus! Gak pernah kepikiran aku.. wah patut dicoba neh. Eh maksudnya coba bumbu mie-nya, bukan coba rokoknya lho hahaha
Nti tak coba aah.. makasee ya
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Cerpen 100 kata (4)
NASI GORENG
Membalas adalah sikap "kodrati" nasi goreng. Ada satu yang disebut KEADILAN RETRIBUTIF yaitu membalas setimpal dengan apa yang dilakukannya. Kalau berbuat baik dapat pahala, kalau berlaku jahat dapat hukuman.
Jangan melupakan BAWANG, entah produk BREBES atau BOMBAY, kalau dari bombay, jangan lupa mengulit helai demi helai seperti menguliti blogger yang lagi ngeblog soal teologi, karena rahasia kenikmatan nasi goreng salah satunya dengan bawang.
Dengan begitu berarti pembuat nasi goreng telah menunjukkan pada dunia, bagaimana memanfaatkan kekuatan bawang yang menambah rasa perdamaian nasi goreng. Dan nasi goreng tersaji dengan semangat mengampuni, tidak ada lagi perdebatan, yang ada adalah kenyang dengan cinta kasih.
Sekian
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
@TP
Dalam.. makasee ya untuk pesannya
TP, boleh gak ya Hannah simpan cerpen ini utk koleksi pribadi?
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@hannah "nasi goreng" tetangga selalu lebih hijau
Kenapa nasi goreng gerobak selalu lebih enak? termasuk pecel, gorengan, gado-gado, dll..Karena natur manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya..Selalu melihat yang lain lebih hijau..lebih indah..lebih enak
Kita lupa kalau yang kita milikipun indah dan hijau..Buktinya kadang ada orang yang iri kepada kita, karena diapun melihat kalau kita lebih hijau dari diriinya.
pembuktian:
nasi goreng gerobak: biasanya lebih jorok, banyak vetsin/micin, minyaknya sudah dipakai berkali-kali, tangan yang masak juga tidak higienis
nasi goreng rumah: seharusnya :) lebih bersih, memakai vetsin secukupnya atau tidak, minyaknya baru, bisa cuci tangan dulu
enak mana?.......ehm....tetep yang gerobak hehe
GBU
“cor meum velut mactatum domino in sacrificium offero”
Jorok itu nikmat
Kata orang, justru krn jorok makanya makanannya gurih..
Jadi lain kali sblum masak, gw persiapan selama seminggu gak mo mandi, gak mo sikat gigi, gak mo keramasan, gak mo pake deodoran, gak cuci tangan biar nasgornya enak kayak nasgor abang gerobak aah hahahaha
"Literary interpretation is in the eye of the beholder."
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi