Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sedikit tentang Sekolah

Raissa Eka Fedora's picture

aku terhenyak.

Membangunkan keberanianku untuk melihat kejadian kemarin. sungguh tak mampu aku mengingatnya. benar benar mebahayakan, kata ibuku. ah, semuanya ini sangat mengerikan. Ketakutan yang menyelimuti hari hari terakhir dan suasana tak menentu. Apa saja bisa terjadi. semua ini membuat hatiku berdengung, "ada yang tidak beres."

Hari ini aku mendengar berita yang sangat menyedihkan. Buntut dari kejadian tempo hari, kami dikecam habis habisan, bahkan diancam akan diserang tempat kami belajar.

kontan aku merasa, bahaya mengintip, apa yang akan terjadi? apa responku? Ku harap aku bisa menjadi orang yang paling tegar dan paling tenang menunggu sebuah mujizat. Namun apa daya, kali ini situasiku memaksaku kembali pada pekerjaanku, menguatkan dan menghibur.

"Aku tak menyangka dia seperti itu," isak Hironima, sambil duduk diatas wastafel. Kecewa. Kallina dan Silla berada di kedua sisinya. "aku tak menyangka dia berbuat hal yang paling memalukan yang pernah kubayangkan." "kami memang tidak ingin memberitahukannya, berpikir tentang perasaanmu, Hir. tapi memang sebaiknya kamu harus tahu," Kallina mencoba menenangkan Hiro. "dan kami merasa salah telah memberitahukannya." "justru itu! Kalian harus memberitahuku! Jika tidak, aku akan tertipu olehnya!", ia mendesah.

Kepalaku mulai menjelajah, benefit dari pemberitahuannya dan dampak negatif positif. Memang sebaiknya ia harus tahu.

"Kami tidak bohong, aku lihat dengan mataku ia menelanjangi dirinya dan memainkan miliknya itu. Anak anak yang lain juga ikut memainkannya. Sungguh aku melihatnya, dan merasa berdosa telah melihatnya. Ia dan anak anak lainnya telanjang semua, namun hanya dia yang sungguh sungguh.... ","Memalukan! Betapa tidak tahu dirinya mereka..." sanggah Hiro saat Kallina hendak menjelaskan yang terjadi.

"Aku juga melihatnya, beserta SIsian, kami melihat anak laki laki sedang telanjang dalam satu kelas dan melakukan hal yang tidak pantas." Silla mendekati Hiro dengan perlahan. "dari antara anak anak itu, hanya dia yang benar benar telanjang! Sangat memalukan! Apa itu sikap tentara Allah? Mereka memalukan! Membuka celah sangat besar! Sudah tahu mau pergi pelayanan, kenapa melakukan hal tersebut! Benar benar..."

Hiro tak sanggup lagi. Nafasnya memburu. "ya.. Aku sependapat," kataku. "apa tujuannya mereka mengikuti pelayanan sih? Kalau hanya membuka celah dan meruntuhkan apa yang kita bangun dengan dosa mereka, kenapa mereka tidak mundur saja?" "Karena Kak Ellianna ikut, vien. Tahulah kamu bagaimana bejatnya anak anak itu." Aku menghela nafas.

Sungguh malu memiliki teman seperti mereka. Orang-orang yang biadab.. "mereka juga merokok kan malam itu? Ketahuan sama guru kan?" kata Hiro. "Ya" "Berarti aku benar benar tidak mau lagi menyukainya!" "Hee? Think it first lha." "Tidak! Aku tidak mau terjerumus nanti!" "well.." "dan lagi, aku sangat membenci orang yang membuat acara kemarin kacau!"

Aku terdiam. Mereka tidak berpikir jauh mengenai hal peperangan, apalagi peperangan rohani. Dengan seenaknya mereka berbuat dosa. Percabulan lagi. Aku tahu betapa bencinya Allah tentang dosa itu. "sudah, sekarang kita masuk pelajaran dahulu." Kami selesai belajar dan saatnya untuk santai sejenak. Tiba-tiba Kallina datang kepada kami yang masih membicarakan kejadian itu. Dan tentu saja, aku harus menenangkan Hiro. "aku sudah menanyakannya pada anak itu. Jawabnya, 'biasa kali.. sebelum tidur'. betapa mengerikannya laki laki yang kamu suka itu!"katanya terburu-buru.

"hmmph.. sudahlah, aku tidak mau lagi suka dia." "dan lagi mereka mempotretnya dengan kamera handphone." "really?" Hiro terbelalak. kejam. Aku tersentak. Benarkah ini kenyataan dari teman temanku? Benarkah mereka seburuk itu? Benarkah mereka berani melakukan dosa percabulan ditengah peperangan?

Aku terduduk. Malu. Mereka tentara yang ikut berperang karena nafsu dengan pemimpin mereka yang masih muda, putih, mulus, dan cantik. (bersambung)

Nama disamarkan :D

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-