Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pintu yang Terkunci
Setelah lulus SMA dan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri (ikut UMPTN), saya sengaja “bertapa” supaya lebih konsentrasi dengan belajar di rumah paman. Paman saya mengontrak rumah 2 lantai tapi hanya memakai lantai bawah saja. Lantai 2 tidak dipergunakan, jadi saya minta ijin untuk tinggal 2 minggu khusus untuk belajar. Di lantai 2 hanya ada 1 kamar yang terisi dengan lemari, meja, ranjang dan ada kamar mandi sendiri. Sisanya hanya ruangan-ruangan kosong.
Satu hari ketika saya sedang belajar, 3 orang sepupu saya yang masih kecil-kecil (usia 6-7 tahun) naik dan bermain di atas, mereka laki-laki semua, wah…. ribut sekali, saya merasa terganggu tapi mungkin mereka sebentar main-mainnya, saya coba berpikir positif aja. Ternyata tebakan saya benar, dalam waktu singkat suasana jadi hening… tapi…. Sayup-sayup terdengar ada anak yang teriak-teriak. Saya cepat-cepat keluar kamar, ternyata 3 anak itu terkunci di salah satu kamar kosong. Saya bingung karena setahu saya kamar itu tidak ada kuncinya.
Saya coba bertanya apa yang terjadi tapi tidak bisa…. Karena anak kesatu sedang menangis sekencang-kencangnya, anak yang ke dua teriak-teriak panik sambil gedor-gedor pintu…. Ah…. Kemana anak ketiga? Ternyata anak ketiga didalam sedang diam, nah dari anak ketiga ini saya akhirnya tahu bahwa mereka bisa terkunci di kamar kosong itu karena salah satu anak ada yang menutup pintunya dan mendorong slot besi yang sudah tidak ada gagang(pegangannya) dengan jarinya sehingga slot besi itu mengunci pintunya dan tidak bisa dibuka lagi karena gagang(pegangannya) tidak ada. Ohhhhh ternyata setelah tahu permasalahannya, solusinya sangatlah mudah, saya menyodorkan ballpen dari bawah pintu dan menyuruh anak ketiga itu mendorong slot besi dengan ballpen! Terbukalah pintu itu.
Dari kisah ini saya mendapatkan sesuatu yang luar biasa, seringkali ketika masalah, persoalan, rintangan datang kita mulai meratapi nasib atau panik seolah masalahnya tidaklah terselesaikan…. Mungkin sekarang waktunya kita berdiam diri, menenangkan hati dan mulai berdoa, berbicara pribadi dengan Bapa di Sorga. Saya yakin Allah yang kita sembah akan menjawab setiap doa dan permohonan kita. Amin.
ORISINIL
tulisan ini murni pengalaman pribadi nyata yang dialami penulis untuk menjadi sumber inspirasi dan berkat bagi yang membacanya.
- josh putra's blog
- 4112 reads