Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Petani yang Cerdik

Purnawan Kristanto's picture

Saya sedang belajar menulis cerita anak-anak. Cerita di bawah ini adalah hasilnya. Ketika saya kirimkan ke koran, ternyata ditolak. Saya mohon saran dari teman-yeman, mash kurang apa, ya?

---------------------------------------------------------------------------

Pak Soma adalah seorang petani penggarap. Dia tidak memiliki tanah sendiri. Itu sebabnya dia menawarkan diri untuk menggarap ladang milik pak Demang. Mereka lalu membuat perjanjian bahwa akan membagi hasil panen menjadi dua bagian sama besar. Masing-masing mendapat separuh dari hasil panen.
Selama bertahun-tahun, Pak Demang selalu puas dengan hasil panen yang disetor oleh pak Soma. Hal itu terjadi karena pak Soma adalah seorang petani yang rajin. Sebelum matahari terbit dia sudah berangkat ke ladang, dan setelah matahari terbenam barulah dia pulang ke rumah. Isterinya dengan setia mengirimkan makan siang untuk pak Soma. Pak Soma juga pandai membaca musim. Dia bisa menghitung waktu yang tepat untuk menebar benih, menyiangi maupun memetik hasil panen.
Pak Demang sudah berusia tua. Pada suatu hari, beliau meninggal dunia dan mewariskan seluruh hartanya kepada Karmin, anaknya. Karmin sudah lama bekerja dan hidup di kota. Setelah mengurus pemakaman ayahnya, dia berencana kembali ke ke kota. Tapi sebelum itu, dia ingin menemui pak Soma dulu. Dia menganggap bagian yang diterima pak Soma terlalu besar.
"Pak Soma, Bapak saya juga mewariskan ladang kepada saya. Saya tidak berminat menggarap sendiri ladang itu. Apakah Bapak masih bersedia menggarap tanah ini?" tanya Karmin kepada pak Soma.
"Kalau diizinkan, saya bersedia menggarap lagi," kata pak Soma merendah.
"Saya mengizinkan, dengan syarat isi perjanjiannya harus diubah. Mau tidak?" tanya Karmin.
"Apa yang harus diubah?" tanya pka Soma dengan heran.
"Pada musim panen nanti, apa saja yang tumbuh di atas tanah ini menjadi hak saya. Sedangkan pak Soma boleh mengambil apa saja yang tumbuh di bawah tanah ini. Setuju tidak? Kalau tidak setuju, saya akan menjual tanah itu pada orang lain"ujar Karmin. Pak Soma terkejut mendengar syarat itu. Dia terpaksa menyetujui syarat itu karena tidak mempunyai pilihan lain.
Musim tanam telah tiba. Pak Soma tetap mengerjakan ladang itu dengan tekun. Ketika musim panen tiba, pak Soma menyetor dua pedati yang penuh dengan daun ke rumah Karmin yang ada di kota. Karmin gusar melihat daun-daun yang hanya bisa menjadi makanan kambing itu.
"Apa-apaan ini?!! Pak Soma menanam apa? Mengapa saya hanya memperoleh bagian daun sepeti ini?" tanya Karmin marah.
"Nak Karmin, saya menanam kentang. Sesuai perjanjian, nak Karmin mendapat apa saja yang tumbuh di atas tanah, yaitu daun dan batang kentang ini. Terimalah bagian nak Karmin. Saya sudah mengambil bagian saya yang ada di dalam tanah, yaitu umbi kentang," jawab pak Soma ringan. Karmin tidak bisa berkata apa-apa lagi., karena dia sendiri yang menetapkan perjanjian itu.
"Kalau begitu, perjanjiannya diubah. Musim tanam berikutnya saya akan mengambil semua yang tumbuh di dalam tanah. Bapak silakan mengambil apa saja yang tumbuh di atas tanah!" ujar Karim geram. Pak Soma setuju lalu pamitan pulang.
Musim panen berikutnya, pak Soma menyetor dua pedati yang sarat dengan akar-akar.
"Apa lagi ini? Mengapa saya hanya mendapat setoran akar tak berguna ini?" kata Karmin kesal.
"Musim ini saya menanam padi. Sesuai perjanjian, maka saya mengambil apa saja yang ada di tumbuh di tanah, yaitu biji padi. Sedangkan nak Karmin mendapatkan apa saja yang tumbuh di bawah tanah yaitu akar-akar padi ini," jawab pak Soma. Karmin semakin marah, tapi dia tidak bisa mengingkari perjanjian yang dia buat sendiri. Kali ini dia tidak ingin rugi lagi.
"Baiklah. Kalau begitu, saya mengubah isi perjanjian. Pada musim tanam depan, saya akan mengambil apa saja yang tumbuh di atas tanah dan juga yang tumbuh di dalam tanah! Pak Soma hanya boleh mengambil apa saja yang ada di tengah-tengahnya!" kata Karmin dengan penuh kemenangan. Dia merasa kali ini tidak mungkin akan tertipu lagi. Dia sudah membayangkan hasil panen yang akan dia terima nanti.
Pada musim penen berikutnya, pak Soma datang kembali ke rumah Karmin. Dia membawa tiga gerobak hasil panen yang akan disetorkan. Karmin sudah tidak sabar menunggu kedatangan rombongan pak Soma.
"Nak Karmin, syukur pada Tuhan, hasil panen pada musim ini sungguh melimpah. Sesuai perjanjian saya sudah mengambil semua yang ada di bagian tengah. Nah bagian atas dan bagian bawahnya saya setorkan nak Karmin. Silakan diterima," kata pak Soma sambil membuka topinya.
Karmin merasa girang. Akhirnya dia berhasil mendapat hasil panen yang melimpah. Dia segera memerintahkan pembantunya untuk menurunkan muatan dari pedati itu. Ternyata setoran itu berupa batang-batang pohon jagung. Setelah diperiksa, tidak ada satu pun tongkol jagung yang masih melekat di batang-batang itu.
Karmin hanya bisa memandangi batang-batang jagung sambil mengatupkan gigi-giginya. Dia sebenarnya marah besar, tapi malu untuk melampiaskan secara terang-terangan. Dia merasa terjerat oleh perjanjian yang dia buat sendiri.
Pak Soma rupanya melihat gejolak dalam hati Karmin. Dia menepuk pundak Karmin sambil berkata, "Nak Karmin, selama bertahun-tahun saya dan pak Demang telah mengikat perjanjian yang saling menguntungkan. Kami saling mempercayai. Itu sebabnya saya selalu jujur dalam menyetorkan hasil panen yang menjadi hak pak Demang. Nah, kalau nak Karmin juga mau mempercayai saya, maka saya akan menggarap tanah itu dengan sungguh-sungguh. Percayalah, saya akan jujur pada nak Karmin."
Hati Karmin tersentuh setelah mendengar ketulusan pak Soma itu. Dia menyesal karena telah berniat yang licik kepada pak Soma. Dia langsung setuju pada usulan pak Soma.
"Nah sebagai tanda perjanjian, maka besok pagi saya akan menyetor separuh panen jagung pada musim ini," kata pak Soma. Sekali lagi Karmin terharu melihat kebaikan hati pak Soma.

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

anakpatirsa's picture

Pesan Moral yang Tersirat

Pak Pur, ketika membaca cerita ini, saya bisa merasakan pesan moralnya, tetapi saya juga menangkap sesuatu. Pak Soma akan selamanya menjadi petani tanpa tanah. Pak Soma tidak pernah berniat mengubah nasibnya, ia hanya akan seumur hidup menggarap tanah Karmin, kalau ada anak cucunya, hubungan ini berlanjut terus.

Selain itu akal-akalan yang Soma lakukan, akan mengajarkan anak-anak untuk main akal-akalan juga. Pak Soma hanya "balas dendam" dengan caranya sendiri.

Yenti's picture

Mungkinkah??

1. Kesulitan untuk mencerna pesan moralnya bagi anak-anak, karena anak-anak lebih melihat apa yang kelihatan di dalam cerita tersebut, misal : yah seperti kata AP, akal-akalan itu . Padahal jika dibaca, pesan moralnya lumayah banyak. Mungkin perlu diberikan kesimpulan kali dari cerita tersebut.

2. Sesuatu yang sedikit tidak masuk akal, mungkinkah seorang petani mengakali seorang pemilik apalagi yang telah hidup di perkotaan apalagi sampai 3 kali??

jofie's picture

Terlalu dewasa untuk anak2

Setuju dengan Yenti dan AP, mungkin untuk anak kelas 6 sd atau smp sudah dapat mencerna makna yang ada didlm cerita tapi kalo untuk anak2 kecil mungkin agak susah.

satu lagi pak mungkin bisa ditambahkan tokoh hewan yang bisa berbicara agar lebih menarik untuk anak2, misalnya karena kasihan dengan pak Soma seekor kancil memberitahukan akal2an tersebut untuk membantu pak Soma..

antowi's picture

Saya pernah baca

Saya pernah baca cerita seperti ini pak. Tapi lupa dimana, entah Kompas Anak atau di Majalah Bobo.

__________________

Semut,bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, Amsal 30:25

Purnawan Kristanto's picture

dari cerita rakyat

Saya mengangkat cerita ini dari kisah rakyat (folklore). jadi ada kemungkinan memang sudaj pernah dimuat di media lain. Namun kalimat dan pilihan katanya jelas berbeda.

 

Wawan 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

jesusfreaks's picture

@pur : kayak cerita abu nawas

Bisa jadi ceritanya mirip-mirip.

saya juga kayaknya pernah dengar ceritanya, tapi mungkin beda versi.

 

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

ely's picture

Sengaja gak sih ?

Ikutan komentar ya... Cuma bingung aja, Pak Soma sebenarnya sengaja atau gak sih menanam tanaman yang memang menguntungkan dirinya dengan menanam tanaman yang menghasilkan untuknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh si empu pemilik lahan? Atau, Mengingat kemampuan pak Soma membaca musim, Pak Soma memang tulus menanam sesuai dengan pengetahuan yang di milikinya, dengan menanam salah satu jenis tanaman sesuai musim tanamnya dan kebetulan bertepatan dengan perjanjian yang menguntungkan dirinya itu dan menjadi kerugian bagi pemilik lahan karena tidak mengerti musim ? :)
__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...

Rya A. Dede's picture

akal bulus?

Saya kurang jelas apa motivasi pak Soma menanam tanaman2 tersebut. Kalau saya baca sekilas, terasa ada motif akal bulus karena ingin menikmati keuntungan, atau balas dendam atas akal bulus Karmin.

Tetapi kalau membaca lebih dalam, mungkin saja itu karena kepandaian pak Soma membaca musim.

clara_anita's picture

@pak wawan: berpikir seperti anak-anak :)

Cerita yang cerdas dan penuh makna Pak. Khas Pak Wawan

Tapi karena Bapak mengatakan bahwa target cerita ini adalah anak-anak, saya kemudian membaca ulang lagi cerita Bapak dengan sudut pandang anak usia 6 hingga 7 tahun. Agaknya,  masih terlalu sulit buat anak usia tersebut yang baru dapat menangkap hal-hal yang konkrit-konkrit saja. Kemudian, anak usia demikian umumnya haus akan hal-hal yang berbau imajinatif dan bombastis. Nah mungkin perlu dimasukkan sedikit bumbu itu pak.

Singkatnya, untuk bisa menarik hati anak, kita perlu berpikir seperti anak-anak  Hal yang coba saya lakukan setiap hari .

GBU

anita

king heart's picture

@pak wawan

Mungkin dari tulisan yang lain sudah menjawab pertanyaan anda, namun masih ada sedikit yang kurang, mau tahu ? Jawabnya tanya ( todong ) ko hai hai untuk ngasih jawaban karena dia yang paling tahu tentang anak anak he he he

GBU

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

hai hai's picture

Pak Wawan, Bagaimana Bila ...

Pak Wawan, Nasehat Anita 100% tepat. Ketika mendengar cerita atau membaca cerita, anak-anak umumnya tidak akan mempertanyakan cerita tersebut. Itu sebabnya kita harus memberi mereka informasi yang selengkap mungkin. Saya akan coba masukan sedikit gaya saya pada cerita Bapak.

"Semua yang di atas tanah akan menjadi bagian saya sementara bagian pak Soma yang di bawah tanah." Kalimat itu terus mengiang di telinga pak Soma ketika dia berjalan pulang ke rumah. Hatinya sedih bukan kepalang karena Karmin anak pak Demang hanya memikirkan keuntungannya sendiri.  "Nak Karmin sudah berubah! Dia menjadi egois dan mau menang sendiri. Mungkin itu terjadi karena selama ini dia hidup di kota dan bergaul dengan teman-teman yang tidak baik, sehingga lupa dengan ajaran pak Pendeta bahwa kita harus saling mengasihi, saling tolong menolong dan bertindak adil" Pak soma berkata kepada dirinya sendiri.

Pak soma tahu, Karim suka makan semangka. Masih terbayang-bayang wajah Karmin waktu masih sekolah kelas enam SD. Sore itu dia baru saja pulang dari main sepak bola dengan teman-temannya. Ketika melewati ladang dan melihat Pak soma, Karmin memanggilnya dan minta minum. Saat itu buah semangka sudah matang, Pak soma akan memetiknya besok pagi. KArena melihat Karmin dan teman-temannya kehausan, pak Soma lalu memetik sebuah semangka besar yang benar-benar matang. Dia lalu membawanya ke pondok diikuti Karmin dan teman-temannya. Dengan sebuah parang yang sangat tajam, pak soma membelah semangka itu. Karmin dan teman-temannya terpesona, hmmm ... Daging semangka itu warnanya merah tua, nampak sangat nikmat untuk di makan. Hampir-hampir Karmin dan teman-temannya tidak dapat menahan air liurnya.

Pak Soma tertawa ketika membayangkan bagaimana Karmin dan teman-temannya melahap semangka itu dengan nikmat. Sebenarnya Pak soma akan menanam semangka minggu depan karena musim ini memang paling cocok untuk menanam buah semangka. Semangka itu akan dipanen pada bulan puasa nanti dan pak Soma yakin, semua orang yang berpuasa akan suka makan buah semangka untuk buka puasa. Tentu saja Karmin, walaupun tidak puasa, akan suka memakannya juga.

Apabila menanam pohon semangka, bukankah saya tidak akan kebagian apa-apa karena buah semangka ada di atas tanah? Dan, yang di atas tanah akan menjadi bagian nak Karmin? Bukankah saya akan mendapat bagian akar pohon semangka? Akar semangka tidak bisa dijual karena tidak bisa dimakan. Apabila tidak mendapat bagian dari hasil panen, lalu bagaimana saya membeli makanan, pakaian dan membayar uang sekolah si Paijo? Uang tabungan memang ada, namun bukankah itu akan digunakan untuk membeli sepetak ladang pak Tukijo yang akan dijual? Bukankah itu tabungan untuk si Paijo yang akan masuk SMP tahun depan? "Tuhan, tolong saya." Pak Soma berdoa. "Berilah saya hikmat untuk untuk mengatasi masalah ini. Berilah saya hikmat untuk mengingatkan nak Karim akan ajaran Alkitab, bahwa kita harus saling mengasihi dan saling menolong serta bertindak adil."

Nah, ... Pak Wawan, bagaimana gaya cerita yang saya usulkan? Ada gejolak emosi di dalamnya, ada pendeta, ada ajaran Alkitab, dll, dll, dll. Bila cerita itu dilanjutkan, bisa melibatkan istri dan si Paijo, yang misalnya mendapat ide untuk menanam kentang. Lalu ditambahkan bahwa kentang itu yang laku adalah umbinya.

Banyak orang dewasa yang berpikir bahwa anak-anak tidak akan membaca cerita yang panjang. hal itu tidak benar, selama mengasykkan, orang akan terus membacanya, dewasa maupun anak-anak.        

Banyak orang dewasa ketika bercerita kepada anak-anak menyangka bahwa mereka harus bercerita seolah dirinya anak-anak. Banyak pula orang dewasa yang menyangka ketika berbicara kepda anak-anak dia harus berlaku sebagai anak-anak. Hal itu tidak benar. Yang benar adalah berceritalah apa adanya dengan wajar.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

y-control's picture

bagian awal

saya tidak begitu tahu tentang cerita anak. tapi kalau menurut saya, bagian awalnya masih seperti tulisan jurnalistik. ada beberapa yang agak membuat kening berkerut karena saya sendiri kurang yakin anak-anak zaman sekarang masih akrab dengan dunia pertanian (dalam kaitan dengan istilah petani penggarap atau membaca musim, misalnya)... maksud saya bukan berarti harus berpanjang-panjang menjelaskan, tapi mungkin hanya masalah kalimatnya

 

Jika bermasalah dengan HA HA HA!

pakailah hehehe...

dennis santoso a.k.a nis's picture

lagu buat pak wan

pak wan... *sorry kalo kedengeran nya kayak 'bakwan'* ;-)

baca cerita di atas saya jadi inget sama lagu ini. saya suka banget ama lagu ini, sangat inspiratif menurut saya. tapi lain ceritanya kalo saya setel di mobil bareng istri... istri saya bener2 ga ngerti letak keindahan lagu ini.

cobain denger pak, siapa tau kita ternyata "satu aliran" :-)

Purnawan Kristanto's picture

Tx utk semua

 Terimakasih untuk semua masukkan dari teman. Terimakasih buat: anakpatirsa, Yenti, jofie,antowi, jesusfreaks,3m1, Rya A. Dede, clara_anita, king heart, hai hai, y-control dan dennis santoso ...

Saya tidak bisa menanggapi satu demi satu. Saya akan coba perbaiki naskah tersebut berdasarkan masukkan teman-teman

 

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways