Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pancing VS Jala
"Dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya." Maaf, saya tidak sedang berbicara tentang prinsip ekonomi. Saya sedang menyinggung prinsip-prinsip yang diyakini oleh para pemancing. Bagaimana tidak, dengan umpan yang kecil, para pemancing ini berharap mendapatkan hasil yang lebih besar.
Salah satu hobi saya adalah memancing. Jika ditilik dari desa asal saya, hobi ini kelihatan bersifat paradoks. Saya dilahirkan di wilayah Gunungkidul yang sering mengalami kekeringan pada musim kemarau. Karena kondisi geografis yang terdiri dari tanah berkapur atau karst, maka air hujan tidak akan bertahan lama di permukaan tanah. Air itu akan cepat sekali merembes masuk ke dalam tanah. Akibatnya, di Gunungkidul hampir tidak ada sungai permukaan yang mengalir terus-menerus sepanjang musim.
Sumber foto: http://2.bp.blogspot.com/_8OoJ6atUTy4/Rjf-gYSXI2I/AAAAAAAAAOc/7G1gYE4ZzBY/s320/Memancing+2+LRES+FN.jpg
Desa saya dibelah oleh satu sungai kecil yang hanya mengalir pada musim hujan. Airnya berwarna kecokelatan karena bercampur lumpur. Di sungai kecil inilah benih hobi memancing tersalurkan. Pada musim hujan, hampir setiap hari saya bersama-sama teman pergi memancing di sungai ini. Kami berusaha mengadu keberuntungan untuk memancing ikan lele atau wader yang besarnya tidak lebih dari jari jempol tangan orang dewasa. Kalau sedang beruntung, kami bisa menangkap lele dewasa sebesar jempol kaki orang dewasa. Tapi untuk memegangnya harus sangat berhati-hati, sebab jika tangan sampai tertusuk sirip (patil) lele, maka malamnya tubuh bakal menderita demam. Sirip ikan lele lokal mengandung bisa yang sangat kuat.
Ikan hasil pancingan yang kebanyakan berukuran kecil ini tidak mungkin digoreng sebab bisa habis. Biasanya kami mengolahnya dengan cara memepes. Ikan-ikan itu diberi irisan bawang merah, bawang putih , cabe dan garam. Biar bisa dimakan orang banyak maka ditambahkan parutan kelapa muda, kemudian dibungkus dengan daun kelapa dan dipanggang di atas bara api.
***
Hobi itu berlanjut hingga dewasa. Kali ini lokasi pemancingan bukan lagi di sungai desa, melainkan telaga-telaga yang lebih besar. Di Gunungkidul ada beberapa cerukan tanah yang dimanfaatkan sebagai penampungan air pada musim penghujan. Jika musim kemarau tiba, maka air telaga ini menjadi sumber air bagi berbagai keperluan penduduk setempat. Ada yang mandi, mencuci baju, memandikan ternak sapi, mencuci sepeda motor, bahkan jika sumber air lain sudah habis, air telaga yang berwarna cokelat ini juga dimanfaatkan sebagai air minum. Saya punya pengalaman unik soal ini. Suatu siang kami bertamu ke sebuah rumah di wilayah pegunungan selatan yang kesulitan air. Kami disuguhi air berwarna cokelat. "Lumayan, panas-panas begini ada suguhan air teh," demikian batin kami sambil menyeruput suguhan air minum. Setelah sampai di mulut, baru ketahuan bahwa ternyata suguhan itu adalah "air putih" yang berasal dari telaga.
Di telaga tadah hujan ini, kami melampiaskan hobi memancing. Ada keasyikan didapatkan ketika duduk termenung di tengah hamparan alam. Mendengar kicauan burung, menyaksikan tarian kepinding dalam air, mendengar desir angin di sela-sela batang pandan air, mencium bau air telaga dan kadang-kadang harus melompat dari tempat duduk saat melihat ular air melintas di depan. Menyaksikan sebuah ekosistem yang hidup rukun dan saling menghidupi.
Memancing bukan sekadar menangkap ikan. Ada adrenalin yang menyembur manakala pelampung bergoyang-goyang dijamah ikan. Di sini dibutuhkan keputusan yang tepat untuk menarik batang joran. Momennya harus pas. Kalau terlambat atau terlalu awal, maka ikan akan lepas. Ini mirip sekali dengan dunia fotografi. Momen yang bagus hanya berlangsung dalam hitungan detik. Kita harus mengambil keputusan untuk menekan tombol rana pada saat yang tepat.
Adrenalin akan semakin terpompa ketika umpan disambar oleh ikan. Si pemancing harus mengeluarkan kemampuannya untuk menaklukkan ikan itu. Dia harus tahu kapan harus menegangkan senar dan kapan harus melonggarkan tarikan. Jika si pemancing terus-menerus menarik dan menggulung senar, maka ada kemungkinan senar akan putus. Tapi sinar terlalu lama longgar, maka ikan mudah terlepas. Di sinilah letak keasyikan memancing. Kombinasi antara kelembutan dan kekuatan dipadukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Berbeda dengan persepsi selama ini, memancing bukanlah aktivitas soliter. Memancing adalah sebuah acara sosial. Para pemancing tidak pernah sendirian. Sekalipun dia berangkat memancing sendiri, namun di lokasi pemancingan dia akan bertemu dengan sesama pemancing. Sekalipun belum pernah memancing, namun di antara sesama pemancing timbul semacam solidaritas. Kedatangan pemancing tidak dianggap sebagai pesaing tetapi sebagai seorang teman. Karena itu, hal biasa jika di antara mereka saling berbagi informasi, umpan dan bekal.
Keasyikan lain dari memancing adalah ketika menyiapkan umpan. Setiap lokasi memiliki karakteristik tersendiri sehingga memerlukan jenis umpan yang berbeda. Ada bermacam-macam jenis umpan yang pernah saya gunakan. Biasanya berupa serangga dan hewan lain seperti cacing tanah, cacing batang pisang, kroto (telur semut), jangkrik, dan laron. Menurut pengalaman saya, umpan dari kroto dan laron lebih banyak disukai ikan wader. Sedangkan cacing lebih adalah umpan favorit untuk lele. Saya kadang-kadang juga membuat ramuan umpan sendiri yaitu mencampurkan ubi rebus dengan kroto, mentega dan putih telur. Namun untuk memancing di 'alam liar', umpan yang dibuat dengan keributan ini kadang malah diemohi oleh ikan.
Dalam dunia pemancingan dikenal ada mitos-mitos. Ada kepercayaan bahwa bambu yang pernah dipakai untuk mengukur tubuh orang mati memiliki tuah yang dahsyat. Di kampung saya, para penggali kubur lebih dulu mengukur panjang tubuh orang mati menggunakan batang bambu. Setelah itu mereka membawa batang bambu itu ke tanah pekuburan untuk menentukan batas-batas penggalian. Nah, batang bambu ini konon memiliki kekuatan gaib jika dipakai sebagai joran pancing. Namun saya tidak pernah percaya pada mitos. Sama juga saya tidak percaya untuk mengucapkan "mantra" dan meludahi umpan sebelum dilemparkan ke dalam air. Bayangkan jika si pemancing belum sikat gigi, apa sang ikan tidak malah akan berlari menjauh.
***
Dalam dunia kekristenan, istilah "memancing" kalah populer dibandingkan "menjala." Memancing dinilai tidak efisien karena menghabiskan waktu dan tenaga yang banyak, tetapi hasilnya sedikit. Namun yang menarik, dalam Perjanjian Lama, Allah memakai terminology yang mirip dengan memancing. Dalam versi BIS tertulis: “Aku akan memasang kaitan pada rahangmu dan melekatkan ikan-ikan pada sisikmu. Lalu engkau Kutarik keluar dari Sungai Nil dengan segala ikan yang melekat pada sisikmu itu” (Yehezkiel 29:4). Jika dibandingkan dalam terjemahan AV, kata yang dipakai adalah "hook" yang artinya sama dengan pancing. Dalam ayat ini Allah berjanji akan membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa Mesir. Bayangkan betapa sakitnya! Allah menyelamatkan Israel tetapi dengan cara seperti menancapkan mata pancing pada mulut ikan.
Ketika Yesus memanggil para murid, dia berkata kepada Simon Petrus dan Andreas "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Mat 4:19; Mrk 1:17). Di sini Tuhan Yesus memilih kata "penjala". Mengapa bukan "pemancing"? Karena akhir zaman sudah dekat. Banyak manusia yang belum mengenal keselamatan. Itu sebabnya harus ada upaya yang lebih efisien dan efektif untuk menjangkau lebih banyak orang. Itu sebabnya, Yesus memanggil mereka untuk dilatih dan diperlengkapi secara khusus demi tugas mulia.
Waktu kedatangan Tuhan sudah semakin dekat, namun masih orang yang belum mengenal kasih Allah dalam Kristus Yesus. Berkaca dari sini, gereja-gereja perlu mempersiapkan tenaga-tenaga penjala yang handal. Gereja tidak bisa menggunakan paradigma jala dalam merekrut orang-orang yang akan dilatih. Untuk merekrut mereka harus digunakan "pancing." Hanya ikan yang besar dan kuat saja yang dipilih. Sama seperti Tuhan Yesus yang hanya menyiapkan 12 murid untuk menjala, maka hanya orang-orang pilihan saja dapat dilatih dan diperlengkapi dengan jala.
Beberapa gereja melakukan usaha penjalaan ini dengan gencar. Sayangnya, mereka menjala dari kolam milik orang lain. Bahkan ada juga yang tega menjala dari akuarium tetangganya. Kalau yang seperti ini adalah penjala yang kurang ajar.
__________________
------------
Communicating good news in good ways
Belum ada user yang menyukai
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 7449 reads
empang tetangga
Kayaknya memang menjala dari empang tetangga ini lebih mengasyikkan, karena ikannya sudah jinak, tidak perlu usaha keras lagi ya :)
Salut buat para pemancing masih bekerja keras menangkap ikan satu demi satu.
Begitu Ikan Mati
Namun begitu ikan itu mati, maka dilemparkan kembali tetangganya untuk dikuburkan oleh tetangganya. Dia ogah repot menguburkan
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
kalo ikannya yang masuk dewe gmn?
kalo ga mancing atau njala tapi pake "wuwu"/bubu gmn pak? khan ikannya yang masuk dewe?
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
Soal Bubu
Ah masa sih kalau memakai wuwu ikan masuk dengan sukarela? Wuwu atau bubu adalah semacam anyaman bambu yang menyerepuai kondom atau kapsu. Salah satu ujungnya bermulut lebar sebagai tempat masuk ikan, kemudian agak menyempit, setelah itu bagian tengahnya menggelembung sebagai ruang untuk ikan yang tertangkap. Akhirnya pada ujungnya menyempit dan tertutup.
Bubu biasanya dipasang dengan cara membendung aliran air dan memasangkan bubu di tengah sebagai satu-satunya saluran yang bisa dilewati air. Jika alirannya sangat deras, maka mau-tidak-mau ikan harus ikut arus dan masuk ke dalam perangkap bubu. Kalau sudah di dalam bubu, maka ikan itu kecil kemungkinan bisa lolos lagi karena tidak kuat menentang arus atau pada pintu masuk dihalangi oleh rintangan.
Bukankah gereja ada juga yang menggunakan metode bubu ini? Gereja membuat situasi yang membuat orang "terpaksa" masuk ke gereja, karena tidak punya pilihan lain.
Wawan
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
@Pak Pur mau coba resep saya?
Keasyikan lain dari memancing adalah ketika menyiapkan umpan. Setiap lokasi memiliki karakteristik tersendiri sehingga memerlukan jenis umpan yang berbeda. Ada bermacam-macam jenis umpan yang pernah saya gunakan.
Cari beberapa lembar pandan satu sachet susu bubuk putih (merek terserah aja). Cara pembuatan, siapkan air dalam wajan sekitar 300-500 ml terus masukan pandan serta susu, dipanasi dengan api kecil. Tunggu sampai air berwarna hijau dan sari susu keluar. Dinginkan dalam botol aqua.
Campuran ini hanya kuat untuk satu hari, jadi pembuatannya dibuat sebelum memancing. Campurkan aja langsung dengan umpannya.
Dijamin Ikannya "gragas".
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Tx utk resepnya
Terimakasih Sandman. Resep Anda akan saya coba, siapa tahu ikan di sini tidak alergi pada susu.
Wawan
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
@Sandman, ikannya
Sandman, gimana gragas? Ikannya lagi ikut KKR-nya Pariadji, mereka puasa semua karena mau ikutan perjamuan kudus.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@Hai2
Matur suhun koh sudah dianggatkan... hahahahah
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@purnawan&all: sambil memancing enaknya....
Ya sudah, kalau begitu mas Wawan (kali betul lho nulisnya mas, tidak ournawan lagi, hehe) dan kekasih-kekasih lainnya silakan memancing sepuasnya, biar saya mengiringi dengan bernyanyi sambil bergitar saja:
"...BUKAN LAUTAN, BUKAN KOLAM SUSUUUU, KAIL DAN JALA CUKUP MENGHIDUPIMUUUU........
TIADA BADAI TIADA TOPAN KAU TEMUIIIIIIII,....IKAN DAN UDANG MENGHAMPIRI DIRIMUUUU.......
(crung crang crung,...crung crang crung.......)
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
Berisik
Kang Ebed gimana sih. Ini sedang mancing nih, tapi situ malah genjrang-genjreng di pinggir kali. Tuh ikannya pada kabur mendengar suara kan Ebed
[jadi ingat Assurancetourix, teman Asterix]
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
bed satu lagi..
Siapkan camera untuk foto-foto sapa tahu dapat ikan besar...
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.