Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kesembuhan bersyarat

mujizat's picture

Di abad ini Tuhan Yesus banyak mengerjakan mujizat, ada kesembuhan dimana-nama yang dilakukan oleh Yesus Kristus ketika Dia melihat seorang sakit yang percaya kepada-Nya atau yang dilayani oleh seorang hamba-Nya yang memiliki iman yang benar atau yang dibawa oleh sebuah keluarga yang beriman kepada Anak Allah ini. Namun yang terkadang terjadi adalah orang-orang kristen sendiri yang MENOLAK mujizat-mujizat itu dan menyebutnya sebagai bukan dari Allah, terutama kalau kemudian si pasien sakitnya KUMAT  lagi, atau yang tadinya sembuh secara mujizat tiba-tiba sakit lagi bahkan kemudian meninggal dunia, lalu beramai-ramai orang kristen men-cap hamba Tuhan yang melayaninya sebagai sesat, karena faktanya kesembuhan tidak permanen. Karena itu kita akan belajar dari Alkitab mengenai kesembuhan ilahi ini, dan benarkah setiap orang yang disembuhkan secara mujizat TIDAK MUNGKIN kambuh lagi?

Sedikit melenceng konteks, Lazarus mengalami mujizat: dibangkitkan oleh Yesus setelah meninggal selama 4 hari, lalu walau Alkitab tidak menulis, tetapi Kristen mempercayai bahwa Lazarus, saudara Martha itu tidaklah hidup abadi, tetapi akhirnya mati juga. Namun kematian kedua dari Lazarus itu tidaklah membatalkan peristiwa PERNAH terjadinya mujizat padanya.

Yoh 5:2-14

Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.  Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.

Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.  Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"  Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."  Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu."  Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah."  Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.

Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."

Alkitab memang tidak mencatat apakah orang lumpuh itu kemudian tetap sembuh seterusnya ataukah kemudian lumpuhnya kambuh lagi, namun ayat (14) menyatakan adanya sebuah KEMUNGKINAN bahwa seseorang yang telah disembuhkan secara mujizat, bahkan yang LANGSUNG ditangani oleh Yesus Kristus, dia pun bisa KUMAT LAGI, jika tidak bertahan pada pola hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan.

Jika saat ini seseorang yang sakit dilayani oleh hamba Yesus yang membawa urapan Allah, diajar untuk “mengenal Allah”, kemudian tumbuh iman yang benar, lalu mereka berdoa kesembuhan, dan karena Tuhan melihat bahwa tidak ada lagi penghalang untuk Dia melakukan tindakan mujizat dengan memberinya kesembuhan dengan kuasa-Nya, maka saya percaya jika ybs tetap hidup sesuai Firman Allah, maka kesembuhan yang dialaminya akan tetap (permanen) kecuali Tuhan berkehendak lain. Namun kalau kemudian ybs “menjauhkan diri dari Gembala Sejati” misalnya tidak lagi mempercayai Yesus, mungkin bahkan menghujat YHWH karena terpengaruh guru-guru palsu, maka besar kemungkinan akan terjadi padanya hal yang lebih buruk dari keadaannya sebelum alami kesembuhan ilahi itu.

Itulah pentingnya penggembalaan “domba-domba Tuhan” agar umat Tuhan terpelihara sempurna, menyikapi fakta bahwa kesembuhan ilahi yang terjadi "demi nama Yesus Kristus" bisa merupakan kesembuhan bersyarat, ialah dengan menuntun jemaat untuk hidup melakukan Firman Allah dengan baik.

Salam.

__________________

 Tani Desa

iik j's picture

Kesembuhan TIDAK bersyarat, muji

Jika saat ini seseorang yang sakit dilayani oleh hamba Yesus yang membawa urapan Allah, diajar untuk “mengenal Allah”, kemudian tumbuh iman yang benar, lalu mereka berdoa kesembuhan, dan karena Tuhan melihat bahwa tidak ada lagi penghalang untuk Dia melakukan tindakan mujizat dengan memberinya kesembuhan dengan kuasa-Nya, maka saya percaya jika ybs tetap hidup sesuai Firman Allah, maka kesembuhan yang dialaminya akan tetap (permanen) kecuali Tuhan berkehendak lain. Namun kalau kemudian ybs “menjauhkan diri dari Gembala Sejati” misalnya tidak lagi mempercayai Yesus, mungkin bahkan menghujat YHWH karena terpengaruh guru-guru palsu, maka besar kemungkinan akan terjadi padanya hal yang lebih buruk dari keadaannya sebelum alami kesembuhan ilahi itu.

Saya melihat anda senang sekali menulis soal mujizat pak. Itu bagus (kadang-kadang), tapi pernyataan yang seperti Anda tulis diatas 'aneh'.

Kesembuhan Tidak bersyarat. Itu yang saya tahu. Tuhan itu pengasih bagi orang jahat maupun orang benar. Dia memberikan kesembuhan... memberikan mujizat... itu berdasarkan cara 'pandang' DIA yang mampu melihat hati, suatu yang jelas2 tidak bisa kita lihat pake mata kita.

Saya berikan beberapa contoh fakta, karena saya tak terbiasa dengan teori:

1. Sau teman saya cwo (muslim), kecelakaan, sekarat, megap2. Saya diminta untuk mendoakannya. Tanpa pikir panjang saya kesana, minta ijin keluarganya (muslim taat), dan berdoa. Saya cuma dipicu belas kasihan (karena dia teman baik saya). Beberapa hari kemudian dia (oleh anugerahNya), diijinkan sadar dan akhirnya sembuh, (saya tidak bilang ini karena saya loh!). beberapa waktu kemudian, saya rajin ke rumahnya... untuk memberitakan Injil (kesempatan bagus). Tapi toh akhirnya mereka tetap tidak mau percaya Yesus. Buat saya itu TIDAK apa-apa.. swear deh! Sekarang dia sehat walafiat, keluarganya juga baik2 aja. Saya tidak pernah mengatakan seperti yang anda katakan... maka besar kemungkinan akan terjadi padanya hal yang lebih buruk dari keadaannya sebelum alami kesembuhan ilahi itu.

Tidak! Karena pengharapan saya lebih besar dari sekedar perkataan seperti itu. Tuhan masih bisa memakai semilyar cara untuk membawa dia, pada suatu saat nanti untuk mengenalNYA. Bahkan beberapa waktu lalu, seseorang tetangga yang lain tiba-tiba menegur saya dan berkata... "eh mbak... saya dengar Mas Joko (panggil aja begitu), bisa hidup lagi gara-gara didoain dalam nama YEsus sama mbak'e ya...gimana sih?"

Nah lho... ga bisa diukur pake cara manusia kan? Dari situ saya punya kesempatan untuk bicara dengan orang berikutnya lagi tentang Tuhan Yesus Kristus.

2. Keponakan saya kecelakaan, 1 mati, 1 lagi sekarat, megap2 di ICU, dan dia penganut "SAPTO DARMO'. Seluruh keluarga sedih. Entahh siapa yang mulai, tiba2 mereka menyuruh saya doain 'yang sekarat' itu. Padahal saya punya pengalaman buruk dengan mendoakan orang (8 dari 10 orang diantaranya ga sembuh malah mati... ha ha ha ha ha...). Blaikkkk... Nekat aja... doain...

Eh... sembuh. hi hi hi... 1x lagi, urusan beginian, saya cuek aja. NOT ME. itu aja. setelah itu... saya cari2 lagi kesempatan untuk PI, ga mau terima juga. welleh... lagi-lagi saya ga peduli, malah ga kepikir sama sekali untuk dia nanti nasibnya jadi tambah jelek, dsb... dll. Tuhan beri gratis kok! Dan saya doainnya juga gratis. jadi ngapain pusing. Kalo pada akhirnya dia mau jadi "PENGIKUT KRISTUS" ya puji Tuhan... kalo belum... "ya mungkin besok2..." kan waktuNYA juga bukan waktu kita.

Kalo mau diceritain semua bisa jadi 1 blog tambahan karena banyak sekali. Jadi saya sudahi saja.Mungkin diantara 10 'keajaiban" cuma 1 yang akhirnya ikut Tuhan...HAH peduli amat!

menyikapi fakta bahwa kesembuhan ilahi yang terjadi "demi nama Yesus Kristus" bisa merupakan kesembuhan bersyarat,

Jangan mikir seperti itu. Ga usah bikin statement kayak begitu lah pak. YESUS pemurah kok.... DIA aja cuek waktu 10 orang kusta itu cuma balik 1. DIA cuma bertanya aja kan? "lho mana yang lain?" gitu kan? he he he he...

Jadi? lakukan aja...

mujizat's picture

Iik J, beranjak dewasa

Shalom,

Saya memahami jika menurut Iik kesembuhan oleh Kuasa Yesus diyakini sebagai tidak bersyarat, namun kisah penyembuhan di kolam Betesda oleh Yesus mengajarkan sebaliknya.

Kalau tidak salah, Anda memiliki jawatan penginjil, yang oleh Paulus disebut sebagai "yang menanam", sedangkan yang lain jawatan gembala, yang oleh Paulus disebut "yang menyiram".

Amanat Agung Yesus Kristus berkata:

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku (penginjilan) dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (penggembalaan) (Mat 28:19-20).

Kita sama-sama pelayan Tuhan dengan perspektif sedikit berbeda, satu sebagai penginjil, lainnya sebagai gembala.

Saya juga punya pengalaman seorang Kristen dengan kasus Vertigo dan ketergantungan obat, setelah saya jelaskan kebenaran Firman, lalu berdoa, dan Tuhan menyembuhkannya, dan kami aktif komunikasi. Suatu ketika dia mengalami lagi gejala serupa (vertigo) dan saya menganjurkannya belajar iman dan koreksi diri. Puji Tuhan, ia sadar akan keteledorannya, lalu ia saya suruh berdoa sendiri setelah berberes dengan Tuhan, dan dia disembuhkan Tuhan oleh doanya sendiri. Dan kami tetap berkomunikasi dengan dia, memantau pertumbuhan imannya.

Itulah sekedar contoh penggembalaan, bagaimana mengajar seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang Yesus perintahkan kepada kita (Mat 28:20).

Penginjilan membebaskan kita dari "hutang darah" bahkan seandainya orang yang kita injili menolak pemberitaan kita, tetapi penggembalaan akan memelihara domba Yesus Kristus. Baik penginjilan maupun penggembalaan, keduanya SAMA PENTINGNYA, tetapi saya tidak mungkin mengajarkan kepada jemaat agar tidak perlu taat Firman Tuhan, sebab hal itu akan sama seperti ketidak pedulian kepada "kesehatan rohani" jemaat Tuhan.

Tetapi tak apa, jika suatu saat Anda jumpai kasus seorang yang pernah disembuhkan Tuhan secara mujizat lalu kambuh lagi, Anda boleh mengingat tulisan Muji ini dan belajar menemukan solusinya. Akan tiba saatnya seorang kristen mengalami pertumbuhan rohani yang sehat dan beranjak dewasa.

Salam.

__________________

 Tani Desa

iik j's picture

Muji, ga nyambung eh..

Ga nyambunge eh,,,..

Wahhhhh... sudah kuduga pasti komentar balasannya kayak begini. aku balas apa... jawabnya apa...

Saya nggak membahas masalah jawatan, perspektif, etc, pak.

Inti komentar saya diatas cuma jangan membuat pernyataan bahwa "kesembuhan itu bersyarat".. karena kalau disalah mengerti artinya... bisa salah mengerti juga selanjutnya. apalagi ini adalah tempat umum (bukan gereja Anda yang bisa langsung anda bina sendiri jemaatnya), yang sembarang orang bisa salah mengerti bila tanpa pengertian yang benar.

Seharusnya 'kalau memang' ada 'hati GEMBALA', anda akan dengan mudah memahami komentar saya dan menjabarkannya dengan lebih baik demi "kesehatan rohani" jemaat Tuhan.. yang Anda gembalakan.

thanks

ebed_adonai's picture

@muji & iik: Bersyarat?

Tadi mau nulis komen untuk mas muji, tapi keduluan mbak Ik. Ya udah, nebeng aja, soale senada..

Idem dengan mbak Ik, ada yang kurang pas dengan kesembuhan bersyarat seperti yang mas muji paparkan. Bagaimana dengan konsep Bapa yang murah hati (Mat 5:45)?

Lalu... :"...memantau pertumbuhan imannya..."

Secara teknis, nggak ada yang salah dengan kalimat mas muji. Tapi kok rasanya saya agak kurang nyaman. Seandainya saya menempatkan diri sebagai obyek dari kalimat di atas, berarti mas muji adalah supervisor iman saya. Sekali lagi, nggak ada yang salah secara teknis. Memang orang-orang Kristen saling menegur/mengingatkan satu sama lainnya. Tapi kok kesannya seperti bekerja di dalam pabrik aja ya? Apa tidak ada kualitas lain yang ingin dibangun dalam relasi di atas (pertemanan mungkin)? Apa mungkin maksudnya jadi semacam guru spiritual, seperti yang sekarang sedang ngetrend di kalangan para artis?

Maaf kalau saya salah nangkep isi tulisan mas muji...Smile

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

KEN's picture

Muji dan iik: Kristus adalah Kebenaran

Kristus bukan agama. Tak peduli ia beragama apa, jikalau ia dipilih maka, ia selamat. Penginjilan itu perlu, namun bukan untuk mengkristenkan siapapun, minimal, mereka sudah tahu Siapa yang kita beritakan tanpa harus mengganti agama.

Penginjilan, bukan untuk menginjili kekristenan atau agama Kristen, tapi untuk memberitakan Kristus yang adalah kebenaran itu. Agama apapun ia, siapapun ia, jikalau ia hidup dalam kebenaran maka, ia hidup dalam Kristus.

mujizat's picture

KEN

KEN:

Kristus bukan agama. Tak peduli ia beragama apa, jikalau ia dipilih maka, ia selamat. Penginjilan itu perlu, namun bukan untuk mengkristenkan siapapun, minimal, mereka sudah tahu Siapa yang kita beritakan tanpa harus mengganti agama.

Muji:

Sepertinya pernyataan KEN kurang tepat. Tujuan penginjilan memang mengkristenkan, dalam arti = mengharapkan seseorang menjadi pengikut Kristus atau bahkan menjadi murid Kristus, dengan TUJUAN AKHIR ingin melihatnya menjadi orang yang diselamatkan jiwanya oleh PENEBUSAN Yesus Kristus.

Penginjilan yang TANPA TUJUAN seperti seseorang yang sekedar menjalankan kewajiban. Tetapi jika memiliki tujuan, akan membangkitkan gairah tersendiri.

Untuk perlu tidaknya seseorang mengganti agama, saya rasa itu soal teknis saja, disesuaikan sikon, barangkali mengacu pada "cerdik seperti ular, tulus seperti merpati", namun apakah kita perlu juga melihat ayat ini:

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 10:32-33)

masih perlu dikaji lagi.

KEN:

Penginjilan, bukan untuk menginjili kekristenan atau agama Kristen, tapi untuk memberitakan Kristus yang adalah kebenaran itu. Agama apapun ia, siapapun ia, jikalau ia hidup dalam kebenaran maka, ia hidup dalam Kristus.

Muji:

Penginjilan terutama memang ditujukan kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus, tetapi orang-orang Kristen yang sebenarnya belum paham kekristenan juga boleh menjadi obyek penginjilan.

Salam.

__________________

 Tani Desa

KEN's picture

Lupakan Sorga!

Apabila Anda berdua (kita semua), tidak hidup dalam kebenaran. Dan juga lupakan sorga, apabila Anda berdua (kita semua), sekalipun sudah hidup dalam kebenaran, namun Anda berdua (kita semua) justru sombong dan berani meyakinkan diri apalagi memaksa Allah bahwa Anda berdua (kita semua), masuk sorga!

iik j's picture

ora mudeng ken.

sebenere... komentarmu iki piye maksude ken? Aku ra mudeng karepmu om...

KEN's picture

iik: ikut Tuhan

Orang yang Anda doakan mungkin sudah ikut Tuhan sejak lama, hanya saja Anda tidak jeli melihatnya. Kecuali, ia memang tidak mengakui Tuhan itu ada.

momo's picture

nimbrung

iyaa memank...kita harus mengenalkan Kristus pada orang yg blum mengenalny....setelah kita melakukan bagiian kita selanjutny terserah Tuhan,,,,mau di apakan selanjutnya. aku mengenal Tuhan selama ini penuh kasih dan belas kasihan,,,,,kasih-Nya sama sekali tidak bersyarat,...Tuhan mengasihi kita tanpa pambrih...Tuhan memberikan kasih karunia dia tidak menuntut bayaran

Suka suka Tuhan Yesus lah