Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Melawan Lupa: Kerusuhan Mei 1998

Samuel Franklyn's picture

Melawan Lupa: Kerusuhan Mei 1998

12 Mei 1998. Saat itu aku baru pulang dari seminar Microsoft di hotel Shangrilla Jakarta bersama staffku. Saat itu aku sudah merasa ada yang tidak beres.Jalanan depan hotel macet. Akhirnya aku tidak jadi pulang ke kantor di Slipi dengan naik taksi bersama staffku. Kamu berjalan kaki sampai dekat gedung Landmark. Di situ kami berpisah dan naik bis. Staff ku yang satu tinggal di Jakarta dan dia naik bis lain. Aku naik bis bersama staff ku yang tinggal di Bogor. Saat itu aku juga tinggal di Bogor. Kami naik bis ke stasiun kereta Kota.

Dalam perjalanan pulang naik kereta aku melihat banyak asap mengepul di banyak bagian kota. Suasana kota Jakarta juga lenggang. Melihat suasana aku berkata pada staffku supaya besok dia tidak masuk kerja. Lalu aku telpon staffku yang tinggal di Jakarta supaya dia juga libur besok harinya.

Keesokan harinya aku bangun siang dan menonton tivi. Ternyata benar dugaanku. Terjadi kerusuhan di Jakarta. Untunglah suasana kota Bogor sepi dan aman. Akupun menelepon kantor. Rekanku masuk kantor dan juga staffku yang tinggal di Jakarta. Mereka terjebak dan tidak bisa kemana-mana. Staffku baru bisa pulang keesokan harinya. Sedangkan rekanku berjaga-jaga di ruko kantor sampai kerusuhan reda. Akhirnya aku baru masuk kerja hari Senin 18 Mei 1998.

Kerusuhan Mei 1998. Kerusuhan ini memang telah lama berlalu tapi tetap tak akan dilupakan. Tak akan dilupakan karena mereka yang menjadi korban ataupun yang menjadi keluarga korban tidak akan melupakannya. Aku yang bukan korbanpun tidak akan melupakannya. Kerusuhan ini jelas adalah kerusuhan yang dipicu oleh pihak militer. Kaum sipil hanya terbawa arus. Kerusuhan ini bukan pembantaian suku Tionghoa oleh kaum pribumi. Kerusuhan ini pembantaian sekelompok kaum sipil oleh pihak militer. Sampai saat ini keadilan secara hukum belum ditegakkan pemerintah.

Setiap kali aku berjalan-jalan disekitar daerah Kota Tua aku masih bisa melihat saksi bisu kerusuhan ini. Bangunan-bangunan terbakar yang tidak ditinggali. Pemiliknya telah kabur meninggalkan negeri ini atau mati. Pemerintah yang seharusnya melindungi mereka malah membantai mereka. Aku selalu merasa sedih setiap kali melihat bangunan-bangunan terbakar itu.

Kalau memang korban tidak bisa mendapatkan keadilan maka paling tidak mereka harus diingat dan dikenang. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 tidak boleh terulang lagi. Tulisan ini adalah usahaku untuk melawan lupa.

tilestian's picture

Geografi saja

Wah, blog pak SF juga mengingatkanku pada seorang teman lama (saat itu aku masih SMP). Sehari sebelum kerusuhan serupa terjadi di kota Solo, guru Geografi mengumumkan bahwa tiga hari lagi akan ada ulangan (tes) Geografi. Ternyata, keesokan harinya, di mana-mana terlihat asap hitam mengepul naik ke awan-awan. Suasana sangat tidak menyenangkan, tegang, bunyi bom molotov di mana-mana ... sangat menakutkan. Namun, ada kejadian yang tidak bisa saya lupakan. Tepat pada saat hari ulangan Geografi dilakukan, teman saya berkata, "Hanya buku diktat Geografi ini yang masih tersisa. Semua sudah ludes dibakar dan saya tak punya rumah." -- Pada saat peristiwa pembakaran rumahnya terjadi, teman saya sedang berada di rumah budhenya (dengan membawa buku Geografi). So sad ....

__________________

God's will be done Smile

moron's picture

Tahun kelabu

Seorang teman ibuku terpaksa harus membunuh orang demi keselamatan keluarganya.

Rukonya dikepung penjarah. Ruko sebelah-sebelahnya sudah dijarah dan dibakar massa. Ada mobil Panther di lantai dasar. Sekeluarga masuk ke mobil, gas sekenceng-kencengnya, dan menabrak pintu ruko dari dalam. Puluhan penjarah tergilas.

Ngebut sekencang-kencangnya ke bandara. Meninggalkan mobil dan hanya membawa baju yang nempel di badan. Mengaku sebagai pengungsi dan menumpang pesawat militer ke Australia. Start dari nol disana dan bersumpah untuk tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di bumi pertiwi.

billy chien's picture

Hai gendut... Jaman udah

Hai gendut...

 

Jaman udah berlalu, waktu itu gua masih umur 17

untungnya di kotaku tidak terjadi separah di jakarta

cuman toko2 pada ditulis make pilox "milik pribumi"

semua pada was2, kota menjadi sepi, mungkin gua satu2 nya orang yg brani jalan2

naek speda federal gua, di waktu itu

hmmm semoga saja diskriminasi etnis sudah tidak menjadi pemicu dan terulang kisah

kelam "May DAy"

 

nb:ndut udah 4tahun berlalu gua mau ganti avatar kok ga bisa ya ndut bantuin dong, sudah lupa semua gua cara maen di SS ini

 

__________________

Kerjakanlah Keslamatanmu dengan takut dan gentar...