Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mami
Hmmm... ditemani sebotol yakult dan semangkuk stroberi, jari saya jadi lebih bersemangat menari di atas keyboard. Mami. Ya, Mami yang menyediakan semuanya ini. Sejak beliau tahu saya suka makan stroberi, sekarang setiap 2-3 hari sekali selalu ada stroberi di kulkas. Mami memang selalu begitu.
Saat pagi hari, teriakan beliaulah yang selalu membangunkan saya. Kalimatnya selalu sama, "Wis, jam pitu luwih lho fresh..." Beliau tidak terlalu peduli apakah benar pagi itu sudah pukul 7 atau belum. Apakah baru jam setengah enam, 6, jam 7 atau malah jam setengah delapan, kalimatnya tetap sama saja. Sesaat kemudian beliau akan menuangkan seceret air panas ke dalam ember di kamar mandi. Itu juga dilakukannya tak peduli apakah pagi itu udara memang terasa dingin atau sangat gerah sekalipun. Bahkan di hari Minggu saat saya sengaja dibiarkan bangun siang pun, beliau tetap akan memasak air untuk mandi pada pukul 9!
Saya tidak pernah minta direbuskan air mandi, juga tidak pernah minta dibelikan stroberi, tidak juga pernah minta dibuatkan segelas teh dan secangkir kopi di pagi hari. Sering kali saya merasa takut dibilang anak tidak tahu diri yang menyuruh-nyuruh orang tua yang sudah lanjut usia untuk melakukan hal ini dan itu. Orang pasti akan menganggap saya anak tidak berbudi, sudah tua masih minta diperlakukan seperti bayi. Padahal siapa yang minta? Tapi Mami memang begitu.
Dulu waktu di rumah masih ramai, ada kakak-kakak dan adik saya, rasa seperti ini tidak pernah muncul. Tapi kini, hanya ada saya dan Mami di rumah. Semua kakak sudah berkeluarga sedangkan adik ngekost di Jogja. Yang bisa diperlakukan begitu oleh Mami setiap hari ya cuma saya.
Mami memang ibu rumah tangga yang luar biasa. Usianya sudah hampir 62 tahun, tapi selalu energik dan lincah ke sana kemari. Mami terkenal di daerah perumahan kami. Terkenal sebagai ibu yang ramah, dan selalu nampak berjalan kaki kemana pun mengitari komplek perumahan. Sifat Mami bisa dibilang berkebalikan dengan saya. Mami kenal semua warga sekitar, para tetangga se-RT maupun beda RT sampai beda blok sekalipun. Beliau juga gemar mengamati orang, suka menyapa orang tak dikenal bahkan berkenalan dan berani memberi saran meski sering kali tidak pas menurut saya. Sedangkan saya, mengenali wajah Pak RT pun sulitnya minta ampun. Saya hanya tersenyum pada semua orang yang lewat di depan rumah, karena kuatir orang itu tetangga atau RT. Tapi kalau sampai ketemu di lokasi lain, jangan harap saya akan sadar apalagi kenal. Saya sulit mengingat wajah orang apalagi nama. Tapi Mami masih selalu ingat para tetangga di rumah kontrakan puluhan tahun lalu.
Mami suka mengurusi urusan orang lain. Pembantu tetangga yang naksir dengan tukang kami di rumah. Melongok ingin tahu mobil siapa yang parkir di rumah sebelah. Tersenyum-senyum penuh arti sambil mengamati pengantin baru di rumah depan yang lewat sambil bergandengan tangan. Sungguh hobi yang aneh! Tapi itulah Mami. Mami yang aneh tapi lucu. Mami yang super duper perhatian tapi sering kali juga menjengkelkan.
Mami punya kebiasaan buruk yang aneh yaitu menyimpan barang-barang tak berguna di rumah. Dalam bahasa Jawa istilahnya "nyusuh". Mami suka menyimpan bungkus indomie, bungkus kopi, bungkus sabun, tutup botol, plastik bekas, majalah lama (di rumah masih banyak intisari tahun 80-an), kaleng bekas, baju bekas, kain perca, kardus-kardus, dan masih banyak lagi. Terlalu banyak sampah di dalam rumah kami sampai bikin saya stress melihatnya.
Beberapa waktu ini saya ingin menyenangkan hati Mami dengan sedikit merenovasi belakang rumah dan kamar mandi. Bagi saya uang segitu tidaklah sedikit. Saya harus mengeluarkan uang tabungan yang selama ini selalu 'eman-eman' untuk saya pakai - meski untuk mengup-grade laptop yang saya idamkan sekalipun. Di hati kecil saya, ingin rasanya membuat Mami senang dan bangga karena anaknya yang masih lajang bisa bantu-bantu betulin rumah meski tidak banyak. Ingin rasanya membuat rumah mungil ini jadi semakin nyaman untuk ditinggali Mami di hari tuanya. Kalo mungkin, saya ingin merenovasi total rumah peninggalan Papi ini. Tapi rupanya mengidamkan rumah mungil yang bersih tidaklah mudah. Mami tetap merasa sayang membuang hartanya, bungkus-bungkus yang saya ceritakan tadi. Meski sebagian sudah saya paksa untuk dijual ke tukang loak. Teralis-teralis besi sudah berhasil dikeluarkan. Tapi kusen-kusen kayu dan dua almari kuno yang sudah tidak layak pakai (tapi selalu dianggap berharga hanya karena terbuat dari kayu jati) masih setia disimpan tanpa dirawat. Belum lagi kardus-kardus yang isinya jutaan jenis barang entah apa saja yang tak juga rela dibuang. Saya kuatir Mami jadi seperti orang yang pernah diangkat di acara Oprah, seorang wanita yang hobinya 'nyusuh' sampai rumahnya hampir terbenam sampah.
Saya sudah terlalu lelah untuk memberi tahu, menyarankan dan mengomel. Akhirnya saya biarkan saja beliau tetap menyimpan semuanya itu di bagian rumah paling belakang yang dianggap sebagai gudang. Kalau ada kesempatan, saya mengurangi stok simpanannya itu dengan membuang bungkus-bungkus itu jauh-jauh dari rumah saat Mami tidak di rumah. Setiap kali kakak-kakak berkunjung, mereka selalu mengiramakan omelan yang sama, saran dan usulan yang nampaknya tak berguna di telinga Mami.
Kalau memang itu membuatnya bahagia, saya mau bilang apa? Pikiran itulah yang selalu membuat saya membiarkan Mami mengisi troli belanjaan dengan barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu berguna. Pikiran itulah yang membuat saya mematikan kran kamar mandi yang lupa ditutup tanpa perlu mengomel, mematikan televisi atau radio saat subuh sebagai sebuah rutinitas harian, membiarkan Mami memakai baju yang itu-itu saja meski lemari pakaiannya penuh terisi baju yang entah apakah hanya akan dikoleksinya,... Toh bukankah Mami juga tidak pernah mengeluh punya anak seperti saya.
Mami memang ibu rumah tangga yang luar biasa. Namun Mami juga manusia biasa dengan keunikan dan kelemahan yang selalu ada. Meski masih banyak sifat dan kebiasaan Mami yang sering kali membuat hati saya kecewa, sedih ataupun jengkel, tapi beliau tetap Mami. Mami yang sama yang selalu setia menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Perhatiannya yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan adalah perhatian seorang Mami. Terima kasih Tuhan, untuk Mami yang baik. Terima kasih Tuhan, untuk Mami yang lucu. Terima kasih Mami, untuk semuanya.
- fresh salad's blog
- 7552 reads
Tukang Nyusuh
mau dibuang ma?
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
eh... enak aja!!
hmm...sama..
merantau
dipopulerkan oleh Titiek Sandhora
Oh ibuku, hatiku pilu
Seorang diri
Bila kuingat
Masa yang t'lah silam
Ku dibesarkan, oleh ibuku
Di kampung halamanku
Tapi kini hanya
Kenangan yang kualami
Kini kududuk seorang diri
Di malam sunyi
Terdengar olehku suara gitar
Mengalun
Kuteringat
...
HA HA HA!
Nyusuh Plastik Kresek
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
wah wah wah...