Submitted by Pak Tee on

      Aku cukup mengenalnya dengan baik, karena setiap pulang sekolah, aku selalu pulang ke rumahnya; menunggu ayah menjemputku. Waktu itu aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Jarak rumahku dengan sekolah kurang lebih lima kilometer. Jadi aku lebih suka menunggu ayah di rumahnya, yang jaraknya tak jauh dari tempatku belajar.

***

      Suatu hari, sepulang sekolah, kudapati rumahnya sangat ramai dengan orang berkerumun.

        "Ada apa...., ada apa....?" Akupun bertanya ingin tahu.

        Seseorang menjawabku, "Dia mati!"

        "Siapa?"

        "Lelaki itu.....!"

         "Kenapa?"

         "Mungkin kena angin duduk!"

***

         Beberapa hari kemudian setelah perabuannya (jenasahnya diperabukan), aku baru tahu cerita sebenarnya. "Dia mati bunuh diri!"

          "Kenapa?" Aku tanya.

          "Cintanya ditolak oleh seorang gadis!"

***

          Aku pernah lihat luka sayatan di tangannya. Ketika itu dia bilang begini : "Ini sumpah kesetiaan. Darahku dan darahnya (darah kekasihnya, maksudnya) disatukan. Kita saling berjanji, siapa yang tidak setia, dia akan mati!" Apakah dia telah melanggar sumpahnya?

         Sehari sebelum meninggal, menurut cerita yang kudengar, dia mengejar sebuah becak dengan sepeda motornya. Dia bicara kepada gadis penumpang becak itu, "Benar kau tak bisa menerima aku? Kalau begitu, datanglah besok ke rumahku. Besok di rumahku ada pesta. Pesta bunga!" Lalu dia pergi.

        Sampai hari ini aku tidak pernah tahu, yang mana gadis-gadisnya itu. Aku hanya ingat kata-kata yang sering ditulisnya :                           

                            "aku hanya kelana

                             yang mengembara

                             di hamparan cinta"

        Lelaki itu suka melukis. Dia pernah kuliah di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Yogyakarta -- entah sudah pernah lulus atau belum. Kadang joke-jokenya membuat aku tertawa. Kupikir dia pemuda yang penuh potensi, tapi aku tidak mengerti... kenapa dia harus bunuh diri?