Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
KETAATAN
Pagi tadi saya melintas di sebuah rel kereta api. Seperti perlintasan kereta pada umumnya, lintasan tersebut dilengkapi dengan palang dan tanda peringatan sebagai perangkat keselamatan bagi pengguna jalan. Sebuah kejadian menarik perhatian saya. Tepat ketika akan melintas, sirine berbunyi dan palang perlahan turun dan melintang tepat di depan saya. Tiba-tiba seseorang yang mengendarai sebuah motor berusaha melewati palang tersebut. Hal seperti ini sering terjadi. Meskipun tahu resiko yang akan dihadapi bila tidak memperhatikan tanda pada perlintasan rel, masih banyak orang yang melanggar.
Saya teringat kepada bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Salah satu gelar bagi bangsa pilihan ini adalah tegar tengkuk. Gelar ini diperoleh karena seringnya mereka menyimpang dari perintah Allah. Salah satu kasus adalah ketika mereka membuat lembu tuangan dan menyembahnya (Keluaran 32:8,9). Perjalanan sejarah bangsa Israel selalu diwarnai dengan pelanggaran-pelanggaran, sampai akhirnya Israel Utara harus dibuang ke Asyur dan Israel Selatan ke Babilonia.
Paulus menulis dalam Efesus 2:10 bahwa kita adalah ciptaan Allah yang dituntut untuk hidup dalam pekerjaan yang telah Dia siapkan. Maka semestinyalah kita menjadi orang-orang yang selalu melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Nya. Pertanyaan bagi kita, ''Masihkah pelanggaran menjadi bagian hidup kita?". Saya pikir masing-masing pribadi tahu jawabannya, dan juga tahu apa yang harus dilakukan.
- susanto's blog
- 6090 reads
Tertib Berlalulintas
Masalah ketaatan berlalulintas sih biasanya orang liat-liat sikon dan kebutuhan. Entah di palang rel kereta api ataupun lampu lalu lintas (bangjo). Kalau dah kepepet kebutuhan pingin vivis atau beol, biasanya cuma liat kanan kiri, kereta blm datang, atau gak ada polisi di perempatan bangjo, ya srobot saja daripada "kejadian" di tengah jalan. Larut malam, gak ada motor atau mobil lain masak juga harus nungguin sampai hijau. Mungkin itu yang jadi bahan pertimbangan pelanggar tertib berlalu lintas.
Melihat orang-orang yang melakukan itu, saya cuma bisa menebak kemungkinan reaksi benak orang-orang sekitar ditempat kejadian ..
- bego amat, gak tahu ya kalau lampu merah itu berhenti
- gak sabar amat sih
- hal kecil gini aja gak taat apalagi yang lain
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Masih dilakukan donk..
Tertib lalu lintas????
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Lampu Merah
Dua minggu yang lalu, adik istriku berkunjung ke rumah kami. Dia lalu mengajak mertua, istri dan anakku pergi mengunjungi adiknya yang lain. Malamnya, ketika pulang, dia bercerita, bahwa dia baru saja menyogok polisi karena tertangkap basah menerobos lampu merah. Dia menganggap hal itu lucu, tertangkap basah karena pak polisi naik motor membuntutinya sementara dia menerobos lampu merah.
Dalam berlalu lintas, ada dua hal yang tidak pernah saya lakukan dengan alasan apapun. Pertama, menerobos lampu merah, kedua menerobos pintu kereta yang. Alasannya sederhana, karena kedua pelanggaran itu sanagat berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun bagi para pengguna lainnya.
Di samping itu, 95% dari tindakan manusia dilakukan dengan reflek. Apabila anda sering menerobos lampu merah atau menerbos pintu kereta, maka cepat atau lambat itu akan menjadi kebisaan dimana anda melakukannya dengan reflek, tanpa pertimbangan, tanpa analisa.
Tolong, jangan menerobos lampu merah dan jangan menerobos pintu kereta. Sangat berbahaya. Beberapa menit lebih cepat tidak akan membawa anda ke mana-mana.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak