Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ibadah Dalam Gereja Jawa Pedesaan Dengan Menggunaan Budaya Jawa

Febe Mega Lestary's picture

Pendahuluan

Ibadah adalah salah satu tuntutan yang harus dilakukan seorang percaya, inilah yang selalu dipikirkan oleh orang-orang kristen. Namun seorang percaya, secara sadar atau tidak sadar akan melakukan ibadah ketika menerima Yesus sebagai Juruselamat karena Roh Kudus yang memenuhinya, mengarahkannya dalam beribadah, dan ibadah yang dilakukan bukanlah sekedar datang ke Gereja, duduk, mendengarkan Firman Tuhan dan pulang. Ibadah bukanlah suatu rutinitas yang biasa untuk dilakukan. Di dalam ibadah ada saat di mana orang-orang percaya datang kepada Tuhan dan merasakan hadirat serta kemuliaan Tuhan. Datang bukan hanya sekedar untuk mendengarkan Firman Tuhan namun datang, untuk mengakui-Nya, menyembah-Nya, memuji-Nya dan memuliakan-Nya serta menganggungkan-Nya. Datang untuk merasakan hadirat-Nya dan menikmati-Nya.

Namun bagaimana cara orang untuk dapat merasakan ibadah yang hidup itu? Terkhususnya orang-orang yang berada di pedalaman atau plosok desa. Orang-orang yang tinggal di pedesaan ini tidak memiliki pendidikan yang tinggi dan hanya lulus SD atau SMP, bahkan ada yang tidak sekolah. Bagaimana memperkenalkan kebenaran, mengajarkan-Nya dalam ibadah gereja? Ibadah yang tidak hanya membawa hadirat Tuhan namun juga menjadi sarana penginjilan.

Budaya Jawa

Zaman postmodern ini, budaya seakan hilang ditelan bumi, dan jarang sekali orang-orang mau untuk mendalami budayanya sendiri. Budaya seringkali disepelekan oleh orang-orang dan dianggap kuno. Budaya bangsa Indonesia, sangat beraneka- ragam, dari setiap pulau, hingga suku. Namun orang Indonesia sendiri, tidak memedulikan kelestarian budayanya. Padahal sesungguhnya budaya tersebut sangat penting. Malahan orang-orang yang khususnya tinggal di perkotaan, memiliki gaya hidup yang tidak seharusnya dilakukan untuk melestarikan budaya. Namun berbeda dengan orang-orang yang lahir dan tinggal di Pedesaan, di mana orang-orang tersebut masih hidup dengan tradisi, adat istiadat dan kebiasaan suku dan nenek moyangnya.

Kehidupan dan kebiasaan orang Jawa di Pedesaan

Orang Jawa hidup dalam masyarakat agraris di mana hidup dengan mengandalkan mata pencarian dari pertanian dan perikanan. Orang Jawa ini hidup dalam masyarakat agraris yang, menyusun kehidupan bersama atau kebersamaan hidup dalam suatu lingkungan kecil. Suatu lingkungan kecil yang terdiri dari beberapa keluarga dan masih ada hubungan saudara, yang mendasarkan asas kehidupan bersamanya atas satu kepentingan yang sama ialah usaha pertanian (padi) yang sebaik-baiknya.

[1]

Kehidupan yang bersama ini membawa kesatuan dalam kehidupan orang-orang Jawa di pedesaan, sehingga terjadi keteraturan ketertiban. Hal ini disebabkan karena:

[2]

1.

orang-orang yang datang, tinggal dan bertani di suatu lingkungan itu merupakan suatu kumpulan dri orang-orang satu dengan lainnya masih mempunyai hubungan kejiwaan, merupakan suatu keluarga besar (genealogis).

2.

Lingkungan itu merupakan tempat tinggal bersama dan tempat bertani atau mencari nafkah bersama, karena itu pengaturan hidup bersama itu dilakukan secara sendiri (otonoom), tanpa adanya hubungan dengan lingkungan atau desa lain.

Maka nyata bahwa kehidupan orang-orang Jawa pedesaan ini hidup dengan tentram dan gotong-royong yang membuatnya semakin bersatu. Gotong-royong ini merupakan keputusan bersama yang diemban oleh masyarakat Jawa. Sejak zaman purba, desa-desa Jawa, seperti halnya India, merupakan pengemban otonomi nilai-nilai sosial dan ekonomis yang tinggi. Terdapat banyak prasasti kuno mengisahkan bahwa pihak penguasa memberi layanan yang layak kepada desa-desa.

[3]

Orang-orang suku Jawa ini, masih banyak yang menganut kepercayaan “kejawen” yakni, ilmu kebatinan masyarakat Jawa. Tidak semua orang jawa mnganut kejawen, namun banyak orang-orang Kristen yang mengaku sudah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat-nya, masih menganut kepercayaan ini. Dalam pandangan kejawen yang murni, Tuhan itu dihayati sebagai Dat Yang Maha Kuasa, yang tak dapat digambarkan bagaimana wujud dan keberadaannya. Dalam ungkapan Jawa, persepsi tentang Tuhan ini dilukiskan dengan kata-kata tan kena kinayangapa (tak dpat dilukiskan, tak dapat dibayangkan). Sebutan-sebutan Tuhan Yang umum bagi orang Jawa, terutama kelompok kejawen, diantaranya adalah:

[4]

  • Gusti Allah

  • Gusti Ingkang Maha Asih
  • Gusti Ingkang Maha Agung

  • Gusti Ingkang Murbeng Dumadi

  • Gusti Sangkan Paraning Dumadi

  • Gusti Kang Arya Jagad Saisine

  • Gusti Kang Maha Wikan

  • Dan lain-lain, yang masih umum dipakai sampai saat ini.

Orang Jawa pedesaan tidak mementingkan pendidikan yang tinggi dan jarang sekali dapat ditemui orang-orang yang berpendidikan tinggi yang tinggal di Jawa pedesaan, dan hanya orang kaya yang dapat bersekolah. Rata-rata orang-orang Jawa pedesaan ini, menempuh pendidikan hingga tingkat SD atau SMP, kadang SMA namun tidak jarang yang putus sekolah dan membantu orang tua untuk bekerja di sawah. Sehingga orang-orang Jawa ini kurang bisa untuk berbahasa Indonesia dengan baik, bahkan menulis dan membaca pun masih ada yang belum bisa, terutama orang-orang yang sudah sepuh atau tua.

Dalam kehidupan-nya pun, orang-orang Jawa tidak meninggalkan tradisi Jawa. Dalam suatu acara atau suatu perayaan (perayaan pernikahan, khithanan, syukuran, dan lain-lain), orang-orang Jawa ini tidak lupa untuk memainkan musik Jawa maupun tarian Jawa.

Kesenian Jawa

Suku Jawa memiliki beraneka ragam kesenian, yakni: wayang, ketoprak, tarian Jawa (Remo, reog, Kuda lumping), tembang, gending, dan lain-lain. Dalam setiap kegiatan atau aktivitas dalam kehidupannya, tidak lepas dari kesenian yang dimilikinya. Dalam setiap balai desa di Jawa pedesaan, tersimpan alat-alat musik Jawa, seperti angklung, gendang, karawitan, gong, dan lain-lain. Dan alat-alat musik ini, tidak jarang dimainkan oleh orang-orang jawa dalam kalangan desa tersebut. Orang-orang Jawa ini berkumpul bersama, menyanyikan tembang dan memainkan musik jawa bersama, walaupun tidak ada event (acara) yang berarti.

Dalam event tertentu, misalnya pemilihan kepala desa, orang-orang jawa tidak hanya memainkan karawitan dan menyanyikan tembang jawa, namun juga membawakan wayang dan tidak jarang menyetakan penari-penari yang menarikan tarian Jawa. Dan di setiap balai desa pun, pasti terdapat alat musik jawa, seperti gamelan dan karawitan, serta di setiap ada waktu orang-orang Jawa pedesaan memainkannya.


Penggunaan Budaya Jawa dalam Ibadah Gereja Jawa Pedesaan

Ibadah merupakan pengakuan langsung dihadapan Allah tentang siapa Dia, dengan sifat yang melekat pada-Nya, jalan diperintahNya yang keluar dari hati kita dalam bentuk pujian dan ucapan syukur dan juga perbuatan (pelayanan). Setiap orang dapat memuliakan Yesus dan itu adalah bagian dari ibadah.

Ibadah bukanlah suatu kegiatan yang hanya secara rutinitas dilakukan, namun Ibadah adalah suatu pengakuan yang harus dilakukan terus-menerus. Dalam Ibadah tersebut, terdapat prinsip-prinsip yang harus ditekankan, di mana hanya Allah yang layak disembah, dipuji, dimuliakan dan diagungkan.

Pembaruan dalam Ibadah Gereja Jawa Pedesaan

Dari pengetahuan akan kehidupan orang Jawa, dapat di mengerti bahwa Sulit untuk mengajarkan cara Ibadah yang tidak sesuai dengan budaya Jawa atau mungkin orang-orang Jawa ini dapat melakukan Ibadah tersebut namun yang dipertanyakan: apakah orang-orang Jawa ini dapat menikmati kehadirat Allah ketika melaksanakan ibadah dengan bahasa yang tidak dipahaminya dan budaya yang tidak dimengertinya?

Dalam melakukan pembaruan pun dalam ibadah gereja Jawa pedesaan pun harus memperhatikan prinsip dalam menyusun ibadah. Prinsip-prinsip dalam menyusun ibadah minggu dengan musiknya:

1.

Melihat kembali motifasi atau tujuan dari diadakannya ibadah tersebut. apakah untuk menyenangkan hati manusia? atau apakah untuk kemuliaan Tuhan? begitupun dengan tujian penggunaan musiknya.

2.

Ibadah dan musik gereja merefleksikan prinsip biblikal dan reformsi di mana ibadah haruslah mudah untuk di mengerti (I Kor 4).

3.

Musik yang digunakan, membawa jemaat untuk masuk kehadirat Tuhan dalam arti, jemaat dapat merasakan kehadiran Tuhan, kasih-Nya dan kemuliaan-Nya.

4.

Musiknya haruslah dapat mempertemukan jemaat dengan keberadaan Allah yang hidup.

5.

Musik tersebut mengutus jemaat ke dalam dunia untuk mengasihi dan melayani Tuhan.

6.

Musik yang digunakan sesuai dengan jemaat yang hadir/ datang, sehingga ada ketenangan dalam ibadah dan tidak terjadi pro dan kontra yang menyebabkan kekacauan dalam ibadah.

7.

Musik serta isinya (teks musik) dapat dimengerti oleh jemaat, di mana musik itu menyentuh hati, mengugah pikiran dan mengubah hidup.

8.

Memperhatikan prinsip kebenaran teologi dari syair lagu tersebut.

Setelah mengerti akan prinsip dalam menyusun ibadah, maka seseorang dapat melakukan pembaruan dalam ibadah, yang pasti tidak bertentangan dengan prinsip tersebut. Ada beberapa langkah yang disarankan dalam menentukan pembaruan pelayanan musik gereja:

[5]

1.

Pengertian yang jelas akan hakekat musik gereja.

2.

Mengerti dasar Teologi musik gereja yang tak berubah dan yang terus, sesuai dalam kakinian dan memberitakannya dalam setiap generasi.

3.

Mengerti, mengenal, membedakan dan menyaring pergeseran musik dengan zaman yang harus menjadi masalah kekinian.

4.

Berani mengadakan dialog dengan sikap terbuka, toleransi untuk bersaksi pada semua golongan sebagai tanggung jawab etis gereja, untuk lebih memperkenalkan identitas musik gereja di tengah pluralitas dan multikulturalitas.

5.

Keterbukaan untuk peka memperbarui musik ibadah pada saatnya, tidak terlalu cepat atau lambat, dengan sikap rela dan terbuka menerima kritik yang membangun berdasarkan ajaran Alkitab.

Perubahan dalam ibadah gereja Jawa pedesaan ini, merupakan suatu usaha agar orang-orang Jawa yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi dapat memuliakan Tuhan secara maksimal melaui kebiasaan yang dilakukannya atau dapat dikatakan pembaruan ini merupakan usaha untuk memadukan budaya Jawa dengan Ibadah gereja.

Perubahan dalam usaha memadukan Ibadah gereja dengan budaya Jawa yang dapat dilakukan adalah:

1.

Ibadah dengan menggunakan bahasa Jawa, di mana gereja tersebut merupakan gereja Jawa di pedesaan yang mayoritas jemaatnya adalah orang-orang Jawa pedesaan, sehingga orang muda maupun tua menerti akan bahasa yang digunakan dalam ibadah tersebut, mengerti apa yang dikatakan oleh pemimpin ibadah bahkan mengerti firman Tuhan yang disampaikan dalam bahasa Jawa.

2.

Ibadah yang dilaksanakan menggunakan alat musik Jawa, sehingga jemaat dapat merasakan suasana Ibadah yang tidak asing dalam hidupnya, dan jemaat dapat menyembah Tuhan, memuliakan Tuhan dengan semaksimal kemampun mereka menyembah Tuhan.

3.

Ibadah yang dilaksanakan menggunakan pujian Jawa dalam bahasa Jawa. Sehingga orang-orang Jawa dapat memuji Tuhan dengan sepenuh hatinya, karena mengerti apa yang dikatakannya dalam pujian tersebut, karena pujian tersebut dapat dipujikan oleh orang muda maupun orang tua dalam suku Jawa pedesaan ini dan bahsa Jawa merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari dalam kehidupannya.

Musik Jawa sebagai Musik Gereja dalam Gereja Jawa Pedesaan

Musik merupakan salah satu elemen yang cukup mempengaruhi dalam ibadah gereja. Di mana musik yang digunakan, dapat membantu jemaat untuk merasakan hadirat Tuhan. Dalam fungsinya, musik gereja haruslah ‘semper reformanda’, yang menyentuh hati, menggugah pikiran dan mengubah hidup.

[6]

Dalam ibadah, musik seharusnya:

[7]

1.

Membawa hadirin masuk ke dalam hadirat Tuhan.

2.

Mempertemukan hadirin dengan keberadaan Allah yang hidup.

3.

Mengutus jemaat ke dalam dunia untuk mengasihi dan melayani Tuhan.

Musik dalam ibadah adalah suatu media yang paling efektif untuk transmitting, menyampaikan iman Kristen. Bagaimana sebuah sajian musik dapat menyampaikaniman Kristen, bergantung pada teks (isi musik) dan jenis musik yang pada dasarnya dapat dimengerti oleh jemaat.

[8]

Maka dapat dikatakan, dalam ibadah gereja Jawa pedesaan yang jemaatnya merupakan orang Jawa pedesaan maka musik yang efektif yang digunakan dalam ibadah adalah musik Jawa yang telah mendarah daging dalam kehidupan orang-orang Jawa.

Ketika seseorang mengajarkan pujian hymn kepada jemaat di gereja Jawa pedesaan ini, kemungkinan besar yang dihadapi adalah kesulitan orang-orang Jawa untuk mengerti maksud dari pujian tersebut dan memujikannya tanpa mendalaminya denganhatinya. Karena itu perlu adanya lagu-lagu pujian rohani yang berbahasa Jawa, atau dapat melakukan perubahan dalam pujian hymn tersebut. Terdapat beberapa cara dalam memperbaiki puji-pujian hymn tradisional agar dapat diterima oleh kalangan orang Jawa baik muda maupun tua dalam ibadah gereja Jawa pedesaan:

a.

Menggunakan Alat musik Jawa (gamelan atau karawitan), otomatis menggunakan musik Jawa dalam pujian hymn.

b.

Mengubah atau mengarasement musiknya namun dengan syair hymn.

c.

Menerjemahkan hymn dengan lebih sesuai dan dengan lebih sederhana dalam bahasa Jawa.

Penggunaan mazmur yang ditembangkan dalam bahasa Jawa pun dapat dipujikan dalam gereja. sehingga jemaat pun dapat menikmati memuliakan Tuhan dengan tembang Jawa yang berasal dari mazmur tersebut.

Contoh lagu yang di terjemahkan menjadi pujian dalam bahasa jawa:

I Love You Jesus

Kulo Tresno Yesus

Kulo tresno Yesus

jero, jero, jero banget

kulo tresno Yesus

jero, jero, jero banget

Tresnoku jer, jer, ro, ro

Jero, jero banget

Tresnoku jer, jer, ro, ro

Jero, jero banget

Mazmur 23

Dalam bahasa Jawa:

Gusti puniko pangen kulo

Kulo mboten kekirang

Kaleremke ing suket ijo

Katutun ing toyo beneng

Gusti nyegerke 2 x

Gusti Yesus nyegerke jiwoku, jiwoku

Karno asmane aku di tuntun

Ing toyo bening

Meski lumampah

Jurang peteng

Boten ajris sedoyo beboyo

Artinya:

Tuhan Adalah gembalaku,

takkan kekurangan aku.

membaringkan aku di padang yang berumput hijau,

Tuhan menyegarkan 2x

Tuhan menyegarkan jiwaku.

membimbing aku ke air yang jernih;

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,

Aku tidak takut bahaya, sebab engkau besertaku;

 

Kesimpulan

Dalam melaksanakan sebuah ibadah gereja, haruslah terlebih dahulu melihat konteks zaman maupun budaya di mana jemaat itu hidup. Bukan berari ibadah tersebut berfokus pada jemaatnya, melainkan tetap kepada Tuhan. Di mana ibadah tersebut dilaksanakan untuk memuliakan Tuhan dan seorang hamba Tuhan hanyalah sebagai alat yang dipakai Tuhan untuk melayaninya. Dan dalam musik dan ibadah gereja ini, membantu jemaat untuk merasakan hadirat Allah.

Dalam gereja Jawa pedesaan, ibadah yang dilaksanakan dapat dipadukan dengan budaya Jawa di mana dapat menggunakan musik jawa sebagai musik gereja dalam ibadah gereja Jawa pedesaan. Penggunaan musik jawa ini sangat menolong, orang-orang Jawa yang mayoritas merupakan orang-orang yang tidak menempuh pendidikan yang tinggi dan hidup dengan bahasa dan budaya Jawa. Karena dengan begitu, orang-orang Jawa dan menyembah Tuhan dan memuliakan Tuhan dengan sepenuh hatinya, karena mengerti akan pujian yang dinaikkan, walaupun memuji Tuhan dengan sepenuh hati tidak hanya bergantung pada musiknya namun juga pribadi orang yang memujikannya. Dengan adanya puji-pujian Jawa yang dapat dinyanyikan oleh masyarakat Jawa dalam ibadah maka dapat tercapailah musik gereja yang ‘semper reformada’: menyentuh hati, menggugah pikiran, dan mengubah hidup jemaat yang datang ke gereja untuk beribadah.

Pembaruan yang dilakukan dalam ibadah gereja Jawa pedesaan tersebut baik untuk di lakukan namun harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam menyusunnya, karena dalam menciptakan lagu dan mengubah ibadah harus sesuai dengan dasar theologi ibadah. Jika menyimpang dapat dikatakan sebagai bidat, namun yang lebih berbahaya adalah dapat menyesatkan jemaat. Setiap segala sesuatu yang dilakukan baik pembaruan maupun perubahan atau apapun itu, haruslah berlandaskan untuk kemuliaan Tuhan karena hanya Alllah yang layak untuk dipuji, disembah dan ditinggikan.


[1]

Handoyomarno, Benih Yang Tumbuh 7, (Malang: GKJW, 1976), hlm. 22.

[2]

Ibid. hlm. 22-23.

[3]

Philip Van Akkeren, “Dewi Sri dan Kristus” Sebuah Kajian Tentang Gereja Pribumi di Jawa Timur, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), hlm. 6.

[4]

Sutamjo, Reorientasi dan Revitalisasi “Pandangan Hidup Jawa”, (Semarang: Dahara Prize, 1992), hlm. 48.

[5]

Yohana Ang, Togardo siburian ed. Sola Gratia dan Pergumlannya Masa Kini “Musik Gereja dalam Konteks Zaman”, (Bandung: Sekolah Tinggi Teologi Bandung, 2007), hlm. 285-286.

[6]

Ibid. hlm. 285.

[7]

Yohana Ang, Classnote Musik dan Ibadah Gereja, (Bandung: STTB, 2007), hlm. 14.

[8]

Ibid, hlm. 14.

 

 

Just Share, tp klo da masalah ma tulisanq... pliz beri komentar ya.... coz aq lg belajar..... Thx... JCBU
Wink

Penonton's picture

tulisan yang sangat lengkap...

Salam untuk Febe mega Lestari (Jusmine),

 

Saya penonton, mewakili saudara-saudara di SabdaSpace alias Pasar Klewer, mengucapkan selamat bergabung kepada Febe.

Febe alias Jusmine, tulisan anda benar-benar menambah wawasan bagi pembacanya, mungkin dikarenakan karena anda adalah seorang murid sekolah tinggi teologia, sehingga mampu membuat tulisan yang sangat kental kandungan teologinya.

Sekali lagi selamat bergabung dengan komunitas SS.

Febe, kami semua bersedia untuk berbagi dengan suka ataupun duka.Cobalah untuk menuangkan unek-unek atau buah pikiran anda melalui tulisan, atas seijin Tuhan, sekiranya kami akan berusaha untuk membahasnya bersama-sama.

Bertumbuh bersama-sama dalam Kristus adalah suatu proses yang indah.Semoga dengan bergabung di Pasar Klewer ini dapat menambah wawasan anda.Tentunya juga, semoga dengan membaca tulisan-tulisan di SS, dapat mendorong anda untuk terus berkarya, dan menulis demi kemulyaan Kerajaan Sorga.

Oh iya, kami juga melayani konseling lho.....termasuk masalah percintaan.banyak ahli-ahli di belakang layar, yang akan menjawab pertamyaan-pertanyaan seputar masalah percintaan.

Selamat Mencoba Febe...

 

From Oz far....far...away...

 

__________________

xxx

aleka's picture

salam kenal

syalom, anita... apa kabar? salam kenal ya... sy alexander junus biasa dipanggil aleka. alrum sy di Cijantung, Jakarta timur. sy senang bangat melihat artikel2 km di SABDA SPACE. sy pengen jadi sahabat km boleh ga? dalam arti sahabat yang saling membangun dalam tuhan. Sy minta tolong kirimkan renungan/artikel2 tentang firman tuhan ke email saya, bisa kan? ni alamat emailku : kabaresi_81@yahoo.co.id. massengerku : aleka_0781@yahoo.co.id selengkapnya km bisa lihat profilku (aleka) di SABDA SPACE. makasih ya, Tuhan Yesus memberkati. Syalom. GBU.
anakpatirsa's picture

Ibadah Bahasa Daerah

Aku tidak pernah lagi ke gereja Baptis karena sudah dua gereja Baptis di kota ini, gereja tempatku berjemaat, memutuskan untuk mengadakan dua kali ibadah bahasa Jawa dalam sebulan. Bukan karena aku sangat anti dengan kebijaksanaan ini, tetapi karena aku memang tidak mengerti bahasanya. Walaupun demikian, jika orang bertanya tentang gerejaku, aku akan berkata, "Latar belakangku gereja Baptis, tetapi aku beribadah di GKI, kadang-kadang di Gereja GBI Keluarga Allah." Tidak ada hubungannya dengan komentar di atas, di daerahku, seratus tahun yang lalu para misionaris mencoba masuk dengan melakukan kompromi dengan kepercayaan asli, jadilah orang-orang kristen turun temurun yang tahu siapa itu Yesus, tetapi ternyata Yesus ini punya teman yang tidur siang dibawah pohon besar, dan harus tetap dikasih sesajen. Itulah akibat sebuah kata yang bernama kompromi.
Febe Mega Lestary's picture

Kompromi?

 

 menggunakan budaya dan bahasa dalam menjangkau orang-orang mengenal Tuhan bukan berarti kompromi. kebenaran gak bisa dikompromi dan bagaimana seorang pemimpin gereja menghundle atau memimpin gereja tersebut.

 

Firman Tuhan gak kenal yang namanya kompromi dan sebenarnya peristiwa itu tidak hanya terjadi di daerah u... di tanah batak...masih banyak yang melakukan ritual-ritual keagamaan mereka dan bercampur aduk dengan kegiatan di gereja bahkan dalam sejarah gereja, ritual-ritual itu bercampur bersama kegiatan ibadah yang ada. namun mana yang benar itu yang harus ditekankan dan ditegaskan.

 

meskipun kita bukan pemimpin gereja, jika kita mengetahui mana yang benar harusnya kita berani mengatakan yang benar dan melakukannya. memang itu tidak mudah tapi Firman Tuhan yang menjadi sandaran kita.

nenek saya seorang kristen tetapi ia masih menganut adat kejawen. masih suka membuat sesajen dan masih percaya dengan primbon. namun keluarga saya yang sudah percaya berani menyatakan yang benar. dirumah saya, kami tidak menerima hal-hal seperti itu dan dengan lantang menyatakan Firman Tuhan... 

yang utama adalah Firman Tuhan dan jika budaya tersebut dapat menjadi sandaran sesungguhnya bisa tetapi tidak kenal yang namanya kompromi.

Yesus lahir dalam konteks budaya yahudi yang sangat kental. Yesus tidak pernah menentang budaya Yahudi bahkan menggunakan budaya, dan tradisi itu untuk menyatakan kebenaran. tetapi Yesus tetap menjalankan yang benar dan meluruskan budaya dan tradisi yang telah menyeleweng. Yesus tidak mengenal kompromi tetapi ia tetap kasih dan hidup dalam budaya itu.

ketika bertemu dengan wanita samaria, Yesus menyuruh murid-Nya menunggu...why tidak ajak? Yesus mengerti budaya Yahudi di mana menajiskan berbicara dengan orang samaria. namun Yesus meminta air kepada wanita samaria itu dan mengajarkan sesuatu yang benar kepadanya... Yesus juga meyelamatkan pelacur dari lemparan batu. pelacur itu memang pantas mendapatkan lemparan batu tersebut karena berdosa namun melaluikasih-Nya Ia menyatakan kebenaran, bahwa semua manusia itu berdosa dan tidak satu orang pun yang pantas untuk menghukum pelacur itu....

 

Yesus mengerti aturan, hukum taurat dan budaya, tetapi Yesus tidak pernah melawan budaya tetapi menggunakan budaya untuk menjangkau orang-orang yang belum mengenalNya, bahkan Ia menggunakan simbol dan lambang.

 

Budaya adalah jalan untuk menjangkau saudara kita tetapi tetap bersandar kepada Firman Tuhan dan bukan budaya di atas Firman Tuhan...

 

Semoga temen2 dapat memahaminya.... 

 JCBU

 

CeCiLia's picture

bukan hanya jawa saja

kampungku di medan adat pake bahasa batak...di palembang ada gereja katolik yang tiap hari apa (aku lupa ) misanya pake bahasa cina... jadi dah biasa di gereja ku suka juga nyanyiin lagu bahasa jawa,,,,jadi walo gak bisa bahasa jawa aku fasih loh baca tulisan dalam bahasa jawa karena sering nyanyiin lagu jawa di koor... :)
wibowo's picture

numpang lewat aja

nderek nyuwun pirsa kemawon, angsal terjemahan I Love You Jesus saking pundhi, kok aneh ing rasa kula, nuwun

menawi wonten lepat ing atur kawula, nyuwun pangapunten

wibowo's picture

kok g djawab

kok g djawab mba? atau emg g tau bhs jawa?