Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BASAH KUYUB CINTA AYUB

Tante Paku's picture

    

     Ayub yang sudah memulai pulih kondisinya dari  ujian nasional   yang cukup berat, dihadapkan pada kenyataan yang tidak ia duga sama sekali. Apakah Tuhan mau mengujinya kembali?  Apakah ada soal  yang memerlukan ujian ulang? Ah, aku mesti mencobanya, pikir Ayub dengan yakin.

     "Nah, apalagi alasanmu sekarang , Kanda?"

     Ayub yang duduk di depannya hanya memandang.

     "Dinda, kuharap kau bisa memperlunak suaramu", kata Ayub memohon untuk tidak bicara keras-keras. Karena Ayub tidak ingin memancing tetangganya untuk bersimpatik kepadanya.

     Urusan rumahtangga, hanya mereka yang boleh tahu. Bertengkar, di mana tempat pun boleh, selama hal itu tidak menjadi perhatian orang sekelilingnya.

     "Kenapa? Itu hakku", tegas perempuan itu.

     "Ya benar, itu hakmu Dinda. Hak mutlak, tapi kau harus tahu, janganlah memancing telinga orang untuk tahu persoalan ini."

     "Apa perduli mereka mendengarkan pembicaraan kita. Toh itu tak menguntungkan mereka. Bahkan akan rugi, menekankan telinganya dengan baik untuk menyadap sebuah masalah yang tidak semestinya mereka campuri." perempuan itu berkomentar.

     "Ya, memang tidak ada gunanya. Tapi setidaknya mereka terganggu,apa salahnya mereka melakukannya sekalian. Toh kita yang mencoba memancing mereka untuk tahu akan kita, Itu salah besar." Ayub mencoba bersikap lemah.

     "Sudah, sudah! Kanda selalu mau menang sendiri."

     Ayub diam. Sebenarnya ia ingin tertawa mendengar perempuan itu. Tapi ia takut perempuan itu malah semakin panas.

     "Tidak perlu kita persoalkan hal itu. Sekarang jawab pertanyaanku tadi?" pinta perempuan itu.

     "Dinda tanya alasanku?"

     "Iya'

     "Alasan apa?"

     "Jangan bergurau!"

     Ayub tersipu.

     "Aku tidak bergurau," Suaranya pelan. "Tapi aku belum tahu apa yang Dinda maksud? Kuharap Dinda menjelaskan. apa yang Dinda inginkan dariku?" ucap Ayub setengah berbisik.

    Perempuan itu menatap tajam. "Persoalannya sudah kita masalahkan kemarin malam. Tapi kau bilang tidak baik bertengkar di depan para blogger yang lagi pada nge-net. Aku mengalah. Sekarang katakanlah, apa alasanmu hendak mengawini aku?"

     "Hanya itu?"

     "Jangan main-main!"

     Ayub kembali tersenyum. Senyum bagi Ayub adalah bahasa persaudaraan. Tanpa tersenyum hidup serasa mati. Orang banyak tersenyum ,menandakan dirinya bahagia?

     Apakah Ayub merasa bahagia dan selalu bahagia?. Bahagia karena mendapat masalah rumit, yang ia tahu semuanya dari Allah?. Ayub menyadari bahwa hidup ini begitu pelik tapi amat menarik.  Setidak-tidaknya menarik untuk dilalui.

     "Sekarang katakan dengan jelas dan jujur, kenapa kau ingin melakukan?" kata perempuan itu melanjutkan.

     Pertanyaan yang manis, pikir Ayub.

     "Kuharap Kanda menjawab dengan singkat dan tepat. Jangan berbelit-belit. Itu akan menambah rumit penyelesaiannya," lanjut perempuan itu. Yang biasa saja, pikir Ayub dalam hati. Tapi toh ia menerimanya juga dengan anggukan kepala.

     "Baik kalau begitu," kata Ayub kemudian.

     "Sekarang mari kita selesaikan," kata perempuan itu.

      "Aku ingin mengawinimu," kata Ayub singkat.

     "Mengawiniku?" jawab perempuan itu sambil menudingkan jari telunjuk ke arah dadanya sendiri.

     "Ya, Dinda kenapa? Marah?" perempuan itu menggeleng.

    "Aku hanya ingin bertanya, engkau sudah tua, engkau sudah menyengsarakan anak istrimu yang lalu, apakah engkau belum puas?"

     "Ah sudah tua? Jangan berpikiran seperti manusia zaman internet lah Dinda."

     "Apa itu zaman internet Kanda? Kanda mengigau atau belum sadar?" Ayub menahan tawa. "Itu zaman akan datang Dinda, karena Tuhan mengatakan apa yang ada di seluruh kolong langit adalah kepunyaaNya. Dan Ia tahu masa depan yang belum kita ketahui,"

     "Tetapi kok Kanda sudah tahu?"

    "Itu rahasia Illahi yang keluar begitu saja, Dinda. Percayalah Kanda tidak akan menghancurkan kehidupanku untuk kedua kalinya. Ini sudah ketetapanNya,"

     "Hanya itu alasanmu?" Ayub mengangguk.

     "Tidak ada yang lain?"

     "Tidak,"

    Jadi cuma itu?"

    "Iya,"

    "Baik."

    "Apanya yang baik?"

     "Alasanmu tadi,'" Ayub tersenyum. "Percayalah Dinda, semua ini sudah menjadi kehendak Tuhan. Semua yang menimpaku adalah Dia yang menghendaki, kini aku telah dipulihkan untuk memulai hidup baru yang lebih cepat dan lebih baik,"

     "Ah kayak slogan kampanye!"

     "Lho kok Dinda tahu?"

     "Dari internetmu tadi!" Ayub kembali tersenyum simpul.

     "Lanjutkan!" sahut perempuan itu tak sabar.

     "He he he...begini Dinda. Kalau engkau mau menerima cintaku, semua yang pernah kumiliki akan dikembalikan berlipat. Salain dari itu, kita akan mempunyai anak-anak yang tampan dan cantik. Percayalah, anak kita nanti akan menjadi perempuan yang paling cantik di seluruh negri!"

     "Ah rayuan kakek-kakek,"

     "Jangan begitu sayang, ini janji Tuhan akan memberikan yang terbaik bagiku. Bahkan aku sudah menyiapkan nama-nama anak perempuan kita. Yaitu Yemima, Kezia, Kerenhapukh!"

     "Kok namanya nggak ada perpaduannya dengan nama kita berdua?"

    "Oh itu kan mereka yang nggak punya rasa seni. Aku begini-begini kan penyair juga Dinda,"  ujar Ayub sambil mencubit dagu sang perempuan tercinta itu, yang memerah pipinya dan akhirnya rebah di dada Ayub dengan penuh cinta.

   Ayub pun memulai hidup baru dengan lebih baik hingga usianya ratusan tahun dan mendampingi anak-anak dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.

                 

                                                           

Semoga bermanfaat, walau tidak sependapat.

 

    

    

 

     

    

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

smile's picture

Ayub nya keren ya Tante....Ayub yang mana neh?

Jaman Ayub kok udah ada internet TP? keren banget yah ceritanya, hanya yang jadi bingung, tiu ceritanya tahun berapa, karena udah ada internet dan manusianya bisa hidup ratusan tahun....weleh weleh....jadi agak puyeng neh,...TP

 

just smile and always smile

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

dennis santoso a.k.a nis's picture

kreatif

hehehe, jawaban yang kreatif buat king heart, gue cross comment yah disini :-)

Tante Paku's picture

Smile jawabanya ya di cerita Ayub itu.

Wah terima kasih komentarnya, berarti Smile bacanya nggak teliti, Pertanyaanmu sudah dijawab dalam cerita itu juga kok.  Memang kelihatannya cerita sederhana tapi tidak sesederhanan itu, memerlukan pengalaman banyak dalam membaca cerita-cerita sastra.

Kita harus mensucikan panca indera untuk menangkap sebuah cerita tersembunyi lewat kontemplasi. Supaya kontemplasi itu dapat dilakukan dengan baik, maka jiwa harus dijernihkan, dijadikan seimbang dan selaras dulu.

Demikian dulu Smile, ma kasih.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat