Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bagaimana memilih pertanyaan pembuka untuk pekabaran Injil pribadi?

victorc's picture
Shalom, sobat-sobat yang dikasih Tuhan.

Pagi ini saya akan berbagi pengalaman sedikit mengenai beberapa aspek dalam pekabaran Injil pribadi. Salah satu pertanyaan yang mengusik pikiran saya sejak remaja adalah bagaimana memulai percakapan yang bermakna untuk memperkenalkan Injil kepada teman-teman saya? Dulu saya bersekolah di SMA negeri dan universitas negeri, tapi jarang saya memperoleh kesempatan untuk berdialog terbuka tentang kebenaran Injil dalam suatu percakapan pribadi. Memang sekali duakali ada teman yang bertanya tentang iman saya, tapi seringkali justru berujung pada debat kusir yang tidak berujung pangkal. Karena itu dalam artikel singkat ini saya akan menyampaikan beberapa alternatif kalimat pertanyaan pembuka yang mungkin menolong jika kita sedang berjumpa dengan teman yang membutuhkan Injil tapi kita tidak tahu bagaimana memulainya.

Sekilas tentang prinsip-prinsip dasar Amanat Agung
Sebelum kita membahas tentang beberapa kalimat pembuka, mungkin saya perlu mengulangi suatu prinsip bahwa gereja terpanggil untuk melakukan tiga tugas di dunia: koinonia, diakonia, dan marturia. Koinonia artinya persekutuan, diakonia artinya pelayanan (sosial), dan marturia artinya kesaksian. Kesaksian merupakan panggilan setiap umat percaya untuk memberitakan Kabar Baik kepada setiap orang. Ayat yang sering dikutip untuk menegaskan tentang Amanat Agung adalah Mat. 28:18-20, dan Kis. 1:8.
Tentunya banyak orang yang bertanya: apakah pekabaran Injil itu berarti mesti siap berdebat dengan semua orang? Jawabnya: tidak selalu. Memang kita mesti menyiapkan diri untuk menjawab keraguan dan pertanyaan yang mungkin muncul dalam dialog pekabaran Injil, tapi itu bukan berarti harus menjadi ahli debat untuk memenangkan setiap argumen. Harus diingat bahwa tidak ada orang yang menjadi Kristen karena kalah berdebat. Jadi semestinya debat argumentatif menjadi cara terakhir.
Lalu bagaimana semestinya pekabaran Injil pribadi? Menurut hemat saya, lebih baik percakapan untuk memperkenalkan Injil ditempatkan sebagai percakapan untuk saling bertukar pengalaman rohani (spiritual conversation). Jika memang rekan dialog kita lalu tergerak untuk menanyakan lebih lanjut tentang iman kita, ya kita bisa lanjutkan, tapi kalau tidak ya percakapan bisa ditunda untuk waktu lain.
Lalu mengenai prinsip-prinsip yang perlu diingat, ada beberapa hal yang penting:

1. Prinsip komunikasi:
Dalam komunikasi apapun dan kepada siapapun, ada 4 hal yang perlu diperhatikan: Pembawa pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri dan medium. Pembawa pesan adalah tentang Anda, apakah sudah bersikap dengan benar, ramah dan sopan. Misalnya jangan mengajak bicara tentang Injil dengan orang yang lagi sibuk mau pergi ke luar kota misalnya. Atau mungkin Anda mau membawa Injil tapi berpakaian yang tidak sesuai dengan budaya di tempat itu, misalnya semua orang pakai baju sederhana, tapi Anda datang pakai jas, maka it akan menciptakan jarak komunikasi. Terus ada masalah budaya, bahasa, usia, gender dll yang jugs perlu diperhatikan. Itu baru tentang pembawa pesan. Tentang hal-hal lain seperti penerima pesan, medium dan pesan itu sendiri mungkin saya akan bahas dalam kesempatan lain, karena akan terlalu panjang. Satu hal saja, tentang medium misalnya Anda mau mengirim pesan Alkitab tertentu jika hanya untuk satu orang maka lebih baik gunakan sms (hp), tapi jika Anda mau banyak orang membaca maka bisa gunakan Twitter atau Facebook atau lainnya.

2. Moto yang perlu diingat: tiga S (simple, slow, smile)
Moto ini saya kutip dari salah satu buku John C. Maxwell yang judulnya: Everyone communicate, few connect. Artinya untuk membawa pesan Injil, Anda perlu menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana, jangan dibumbui banyak istilah atau jargon yang hanya orang kristen yang paham, misalnya jangan buru-buru pakai istilah pembenaran oleh iman atau predestinasi. Terus gunakan tempo pengucapan yang agak lambat, supaya penerima pesan dapat mencerna dengan baik kalimat Anda. Lalu tetaplah tersenyum, bahkan jika penerima pesan menolak atau mengejek Anda. Jadi Anda perlu tetap mengendalikan diri dalam kondisi dan situasi apapun.

3. Pentingnya humor
Humor juga penting untuk membuka percakapan atau mencairkan suasana. Tapi jangan menceritakan humor yang melecehkan gender atau berkonotasi jorok atau menyindir penerima pesan. Gunakan humor yang netral dan tidak menyinggung topik-topik yang sensitif.

Beberapa kalimat pertanyaan
a. Sudahkah kamu mendengar bahwa Allah mengasihimu?
Kalau tidak keliru, pertanyaan ini bisa digabungkan dengan metode 4 hukum rohani yang sering digunakan di kalangan kampus. Meskipun pertanyaan ini bisa langsung dikaitkan dengan Yoh. 3:16, tapi Anda mesti ingat bahwa pertanyaan ini hanya klik dengan penerima pesan jika dia merasa kurang perhatian atau kurang disayangi oleh orangtuanya. Tapi jika dia adalah seorang penggila pesta (party animal) yang tidak punya masalah dengan rasa percaya diri, maka agaknya pertanyaan ini akan kurang menyentuh.

b. Seandainya Anda mati besok, ke mana Anda akan pergi? Ke surga atau neraka?
Pertanyaan seperti ini dianjurkan dalam beberapa metode, misalnya EE (evangelism explosion) yang beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat. Tapi minggu ini saya berkesempatan ikut sebuah seminar di mana pembicara menyinggung bahwa pertanyaan pembuka model EE akan lebih pas jika disampaikan kepada orang yang sakit atau hampir mati, karena mereka lebih serius memikirkan hidup mereka. Tapi mungkin pertanyaan ini kurang cocok ditanyakan kepada remaja usia 18 yang bahkan belum terpikir bahwa dia akan mati.

c. Apakah Anda mengerti apa yang Anda baca? (Kis. 8:30)
Pertanyaan ini diajukan Filipus kepada sida-sida dari Etiopia yang sedang membaca kitab Yesaya. Memang jika seseorang belum percaya dan mengenal Tuhan, maka seperti ada selubung yang menutupi pikirannya, sehingga ia sulit mengerti berita Injil. Untuk orang-orang yang haus akan kebenaran tersebut maka pertanyaan Fillipus ini mungkin lebih cocok.

d. Menurut pendapatmu, siapakah Isa? (Mat. 16:15)
Kemarin (24 april 2015) saya terlintas ide ini, yaitu mungkin kita perlu belajar untuk bersikap lebih demokratis dalam memberitakan Injil. Ketimbang membombardir penerima pesan dengan berbagai doktrin yang ruwet, mungkin kita bisa mulai dengan apa yang sudah mereka tahu tentang Isa Almasih, dan baru dari sana kita mulai membangun pemahaman yang baru. Hal ini juga sesuai dengan salah satu prinsip dalam pendidikan: selalu mulai dengan apa yang sudah diketahui pelajar, baru kemudian perkenalkan pengetahuan baru bertolak dari pemahaman itu. Saya kira kita perlu belajar dari Yesus sendiri dalam mengajukan pertanyaan untuk pekabaran Injil.

e. Pengalaman rohani apakah yang paling berkesan dalam hidup Anda? Lihat ref. (1)
Pertanyaan ini bisa digunakan jika Anda berdialog dengan orang yang lebih senior, misalnya. Anda bisa mulai dengan mendengar kisah dia selama 5-10 menit sebelum menyampaikan Kabar Baik. Ada juga pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa digunakan, bisa dilihat misalnya di ref. (1).

Itulah beberapa pertanyaan pembuka untuk menolong kita melakukan pekabaran Injil pribadi, kiranya dapat membantu. Bagaimana pendapat Anda? Jika ada saran dan komentar, silakan kirim ke victorchristianto@gmail.com

25 april, 2015, pk. 10:40
VC

Ref.:
(1) http://home.snu.edu/~hculbert/starters.htm
__________________

Dari seorang hamba Yesus Kristus (Lih. Lukas 17:10)

"we were born of the Light"

Prepare for the Second Coming of Jesus Christ:

http://bit.ly/ApocalypseTV

visit also:

http://sttsati.academia.edu/VChristianto


http://bit.ly/infobatique