Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ajarlah kami berdoa

Purnomo's picture

Jika mendengar seorang pendeta di atas mimbar meneriakkan kata “kleim” dalam doanya, saya bertanya-tanya dalam hati apakah dulu waktu kuliah teologi beliau bekerja paruh waktu sebagai salesman asuransi gara-gara tidak berhasil mendapatkan beasiswa dari gerejanya.

 
o –
          Waktu katekisasi saya diberitahu berdoa itu mudah. “Anggap saja Allah sedang duduk dekatmu. Lalu ucapkanlah apa yang ingin kamu katakan seperti bila berbicara kepada ayahmu,” begitu kata bapak pendeta. Sampai sekarang cara berdoa ini masih banyak orang yang melakukannya. Saking akrabnya, sering kita lupa Allah tidak bisa dianggap seperti ayah duniawi yang kadang kita bentak-bentak bila tidak mengabulkan permintaan kita. “Aku sudah melakukan apa yang Engkau mau. Tetapi Engkau tidak meluluskan permintaanku. Sekarang aku kleim janji-janji-Mu!”
          Jika mendengar seorang pendeta di atas mimbar meneriakkan kata “kleim” dalam doanya, saya bertanya-tanya dalam hati apakah dulu waktu kuliah teologi beliau bekerja paruh waktu sebagai salesman asuransi gara-gara tidak berhasil mendapatkan beasiswa dari gerejanya.
 
          Cara itu salah, kata pengajar yang lain. Yesus itu Raja di atas segala raja sehingga berkomunikasi dengan-Nya harus penuh rasa hormat dalam bahasa sopan tertata rapi. Memang saya merasakan suasana yang sarat hormat dan khidmat bila menghadiri ibadah yang mempergunakan bahasa Jawa. Doa yang dilantunkan oleh pendeta dalam bahasa Jawa halus membawa roh saya tiarap di depan singgasana Sang Raja.
          Tetapi bagaimana jika kita hanya bisa berbahasa Indonesia? Ucapkanlah doa itu dalam untaian kata yang indah. Bagai berbusana, keindahan adalah sebuah bentuk kesopanan. Kitab Mazmur berisi doa-doa seperti ini. Ah, berdoa adalah berpuisi. Celakanya jangankan berpuisi, berpantunpun tidak setiap kita bisa. Pantunpun paling “satu ditambah satu sama dengan dua, dua ditambah dua sama dengan empat.”
 
          Namun ada yang mengatakan seperti menghadap presiden berdoa juga ada tatakramanya, ada aturannya, ada runtutannya. Begini. Pertama, ucapkanlah salam hormatmu. “Tuhan Allah Yang Mahamulia, yang kami sapa ‘Bapa’ dalam kasih Tuhan Yesus, yang bertahta dalam sorga,” misalnya.
          “Tuhan Allah yang bertahta dalam sorga dan kini berdiri di depan saya,” bisik tetangga duduk saya. Kok begitu? “Kalau hanya ‘yang bertahta dalam sorga’ kapan sampainya? SMS saja kalau sedang peak time sering besoknya baru sampai,” jawabnya. Wah, uluk salam saja sudah repot.
 
          Kedua, ucapkanlah syukurmu. Kalau kita sedang tidak punya masalah, ini tidak sulit. Tetapi bagaimana bila maksud kita berdoa adalah untuk melaporkan masalah yang sedang mengharu-birukan jiwa? Masa kita mengatakan, “Haleluya, suamiku selingkuh”? Tentu tidak demikian. Tetapi, walau sedang banyak masalah masa tidak ada satu pun yang bisa kita syukuri? Kalau memang mengucap syukur sebuah keharusan apa boleh kita berkata, “Puji Tuhan, walau suamiku selingkuh ia masih ingat pulang ke rumah setiap malam”?
 
          Ketiga, mintalah ampun sebelum minta-minta. Yang ini mudah diterima. Tidak mungkin kita bisa meminta pinjaman baru kepada teman bila tidak terlebih dahulu meminta maaf atas hutang-hutang sebelumnya yang belum kita lunasi.
 
          Keempat, mintalah untuk orang lain. Tak elok sebagai orang Kristen kita mendahulukan kepentingan sendiri. Bukankah dengan membawa 10 teman yang bermasalah, masalah kita tidak lagi terasa menghimpit? Kita akan sadar bahwa kita bukan satu-satunya orang susah di dunia ini. Konsep ini juga dibenarkan oleh psikologi.
 
          Kelima, mintalah untuk diri sendiri. Mudah-mudahan kita belum lelah atau mengantuk ketika sampai di bagian ini.
 
         Dari 3 cara di atas, manakah yang benar? Pertanyaan ini bisa menimbulkan debat berkepanjangan bila kata “benar” juga diyakini menentukan “kemanjuran” sebuah doa. Saya akan diingatkan membicarakan hal berdoa tidak bisa hanya berhenti pada caranya, tetapi juga hal-hal lainnya. Satu di antara hal-hal lain itu adalah sikap tubuh dalam berdoa. “Aku lipat tangan dan menutup mata,” sebuah lagu anak Sekolah Minggu menganjurkan. Tentu ini – seperti halnya makan nasi – tidak Alkitabiah karena Alkitab tidak menulisnya. Sikap ini lebih untuk membantu pendoa berkonsentrasi. Tetapi, kita yang biasa mengambil sikap ini tahu negatipnya. Kita bisa tertidur sebelum mengucapkan kata amin. Karena itu, mengapa kita tidak mengucapkannya dengan suara keras dengan mata terbuka lebar sambil mengayun-ayunkan kedua tangan ke atas? Bila perlu dengan melompat-lompat bagai pendemo meneriakkan tuntutannya.
 
          Menghadiri ibadah di beberapa denominasi akan membuat kita makin tidak tahu bagaimana berdoa itu seharusnya. Di satu gereja orang berdoa tanpa suara bagai sedang tidur nyenyak; di gereja lain orang berdoa dengan suara mendesis bagai ular. Gereja yang satu membangun goa-goa doa di halaman belakang; di gereja lain jemaatnya rindu membuat ruang doa di lantai tertinggi sebuah pencakar langit. Bila tidak cukup dana, mengapa tidak membangun rumah doa di pucuk Semeru atau Merbabu yang pasti jauh lebih tinggi daripada gedung pencakar langit agar lebih dekat dengan Tuhan yang masih ada dalam [kurungan] sorga?
 
          Seberapa sulitkah berdoa itu? Memang tidak semua orang mampu dan mau menjadi pemimpin doa dalam sebuah kelompok atau ibadah karena kuatir mereka yang dipimpin membedah doanya akibat terbiasa mengikuti acara bedah buku. Tetapi saya yakin setiap orang Kristen bisa memanjatkan doa pribadinya tanpa perlu mematuhi cara-cara doa yang disodorkan oleh para rohaniwan dan kuatir dikritik orang lain selama ia berdoa tanpa berteriak-teriak histeris.
         
           Karena itu betapa mengharukan membaca kembali permintaan seorang murid kepada Yesus, “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Lukas 11:1). Dalam hal berdoa orang Yahudi pada saat itu lebih bisa daripada orang Kristen saat ini. Tetapi mereka ingin belajar berdoa karena masih percaya faedah doa seperti yang mereka lihat pada diri Gurunya.
 
          Masih? Mengapa saya menyelipkan kata “masih”? Karena tidak setiap orang Kristen memercayai faedah doa. Bukankah kita tidak bisa mengenyangkan perut yang kosong dengan doa? Bukankah kita tidak bisa menemukan calon suami dengan doa? Bukankah kita tidak bisa naik pangkat dengan doa? Doa tidak mengubah apa-apa. Bekerja keras, belajar sampai ke negeri Cina dan membangun jejaring koneksi di berbagai komunitas jauh lebih jelas manfaatnya, bukan?
 
          Mengapa harus belajar berdoa bila pergumulan hidup lebih menuntut kecerdasan otak, ketahanan otot dan luasnya koneksi? Jikalau nanti otak, otot dan koneksi tak berdaya mengatasi sebuah masalah, kita panggil saja pendeta berdoa untuk kita. Beliau pakarnya. Ia tahu bagaimana berdoa yang betul dan memberikan hasil positip. Ia tahu harus mengucapkan doa Musa, doa Lamekh, doa Yefta, doa Daud atau doa Yabes. Ia tahu jumlah uang yang harus kita persembahkan ke gereja untuk mempersingkat ETA (estimated time arrival) doa kita.
 
          Atau, kita ingin menaikkan doa sendiri? Jika demikian, mari kita datang ke alamat yang tepat dan berkata, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.”
 
end of session –
smile's picture

pak Purnomo

(T)uhan,..ajari aku berdoa,untuk bisa berdoa..............

Pa Pur,..seringkali saya ingin sekali membuat blog seperti ini.Tapi saya tidak punya ide untuk memulainya,..pernah saya membuat blog dengan doa semalam suntuk

tapi itu ga membahas seperti yang anda tuliskan di blog ini.

Kdang saya merasa begitu nampak egoisnya saya ketika saya selalu berdoa dan berdoa meminta sesuatu. Membaca sajak dan syair dalam doa....kemudian mengucapkan seribu satu basa basi yang memuakkan.

Sempat saya mengalami krisis dalam berdoa,..dan setiap berdoa saya berusaha untuk tidak meminta,..tapi ujung ujungnya pasti terselip juga permintaan dan harapan itu.

Doa bagi saya,..yang sering (T)uhan kabulkan adalah doa yang saya pribadi lakukan dengan sungguh dan apa adanya,..ga ada bahasa melankolis,..ga ada syair pujangga atau untaian mazmur...tapi berdoalah seperti halnya saya bercakap cakap dengan (T)uhan...maka terasa doa itu naik ke hadirat Allah dimanapun Dia berada.

semoga blog anda dilihat oleh para pendoa....yang berdoa seperti ini :

Allah Bapa Yang bertahta dalam Kerajaan Surga,Yang kami semua kenal dalam nama Yesus Kristus, juruslamat kami yang Hidup...

Pada kesempatan ini,..tanggal 25 Mei tahun 2010, kami yang berkumpul ditempat ini,.jalan gatot subroto kav 5 no 777 yang adapun kami semua yang berkumpul disini berjumlah tepat 200 orang, mengucapkan puji syukur kepada mu Ya Allah, Ya Bapa...Tuhan Pencipta alam semesta dan isinya, untuk semua penyertaan mu bagi kami 200 jiwa yang berkumpul disini. Dan pada kesempatan ini, kami memohon kepadaMu, mohon kiranya penyertaanMu, dalam rencana kami untuk bisa mengadakan retreat yang akan kami adakan lusa, tannggal 27 mei 2010. Adapun bla bla bla........

 

CEPE DEH,..kenapa ga lebih simple dan ga bertele tele ya pa Pur? karena banyak yang berdoa itu seolah olah hanya bersifat pengumuman, yang mereka pikir (T)uhan itu bodoh, tak Maha mengetahui,..sampai sampai (T)uhan itu dikasih tau tanggal jam menit dan detiknya. payah...itu banyak terjadi pa, bukan hanya cerita karangan seorang smile saja,...

 

 

 

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

Purnomo's picture

Smile, doa bersama itu multiguna

Smile: “karena banyak yang berdoa itu seolah olah hanya bersifat pengumuman, yang mereka pikir (T)uhan itu bodoh, tak Maha mengetahui,..sampai sampai (T)uhan itu dikasih tau tanggal jam menit dan detiknya.”

           Menurut saya, alamat informasi itu bukan Tuhan tetapi mereka yang mendengar doa itu. Dalam sebuah persekutuan atau ibadah, doa bersama memang multiguna seperti yang pernah saya tulis dalam “Trik Memanjurkan Doa.

          Misalnya saja dalam ibadah Minggu pendetanya berdoa begini, “Tuhan, kami bawa juga warga jemaat yang Engkau karuniai talenta menulis. Tuhan berkati dia, Tuhan berkati karya-karyanya yang dipublikasikan di internet agar melalui tulisannya banyak orang mengenal kasih Tuhan Yesus; banyak orang yang kembali ke jalan yang benar; bukannya membawa pembacanya ke jalan sesat; bukannya mendorong pembacanya menjadi arogan dalam komunitasnya sehingga memecahbelah gerejanya.”

          Pernah mendengar doa seperti itu? Mudah-mudahan tidak pernah dan tidak akan.

Salam dan thx untuk sharingnya.

 

smile's picture

PAk Purnomo : cara jitu dan menarik

Wah,..saya harus banyak belajar dari anda untuk membuat suatu komen nyantai tapi bermakna tajam....yang marah ya pasti yang kebakaran jenggot,...hihihi..saya suka cara anda pak Pur,...thanks buat ilmunya yang bisa saya curi,..hihihihi....minta lebih oke deh,..daripada entar kalo maling diarak keliling kampung,...

 

sincerely,
smile

*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

minmerry's picture

Horrible...

Tuhan adalah Tuhan yang baik. Tuhan penuh kasih. Engkau adalah raja diatas segala raja. Engkau penuh dengan kemurahan dan belas kasihan. Tuhan, terpujilah namaMu diatas segala bangsa. Biar pujian ini bekenan dihatiMu.

Indahnya doa saat memuji namanya. Menganggumi satu demi satu hal yang dia berikan dalam hidup ini.

(itu paragraf doa yang bisa Min hapal dari doa Boksu Dewi, yang Min kutip jadi doa Min.)

But...

Kasihan juga ya, kadang Tuhan harus denger doa yang aneh aneh. Contohnya saja Min. Karena terdidik di sekolah dasar kristen hingga dewasa. Image Tuhan di hati Min, Tuhan mirip ama Santa Claus. Kesannya Tuhan adalah kakek tua yang lembut, sangat penyayang, sangat lembut hati dan menenangkan.

Dan saat Min berdoa, itulah dalam benak Min. Bapa disurga, dalam benak MIn. Efeknya, Min cerita saja apa yang menjadi kesusahan dalam hati Min. Min hampir setiap hari berdoa, selalu terdengar seperti curhat. Sungguh kasihan jika Tuhan selalu denger curhat, u knowww.... Semalam Min dapet Dvd kesukaan Min. Trus dengan gembira cerita dalam doa dan bersyukur untuk hal itu. Entahlah jika Tuhan menyukai doa versi begini atau tidak. He He.

Dan sejujur jujurnya, Min ga berniat mengubah hal itu. Min sangat egois. Min yakin, Tuhan dengar setiap doa. Bahkan isinya cuma senang karena baru dpt DVD. Bahkan isinya cuma minta jaringan internet gak lambat kaya kura kura atau doa minta supaya gak mati lampu.

I just know that ga ada yang kaya Tuhan didunia ini. Listen to my pray, and before i said amen, He rules all the rules. He is the answer of all questions.

Untung ada doa, I cant imagine that we can't pray. How horrible is that. But, moga moga Min ga terlalu memanfaatkan doa dengan semena mena, haha...

 

 

logo min kecil

 

 

__________________

logo min kecil

Purnomo's picture

Min, jangan minus begitu

Min: “Min hampir setiap hari berdoa, selalu terdengar seperti curhat. Sungguh kasihan jika Tuhan selalu denger curhat, u knowww.... Semalam Min dapet Dvd kesukaan Min. Trus dengan gembira cerita dalam doa dan bersyukur untuk hal itu.”

          Min terlalu merendahkan diri. Saya percaya cerita Min tidak bohong. Tetapi perasaan sih, Min sungkan menulis buntut doa itu. Mungkin buntutnya seperti ini.

          “Tuhan, Min mau orang lain juga menonton dvd ini. Tuhan, teman Min yang mana yang harus pertama Min pinjami? Apa? Nenek kakek yang tinggal di seberang rumah Min? Jangan ah. Mereka jorok dan asosial. Mereka tidak mau bayar iuran sampah. Mereka buang sampah ke tengah jalan. Min hampir muntah kalau membuka pintu pagar rumah. Setiap hari bikin jalan bau. Lagian, mereka ‘kan cuma punya tivi. Mana bisa mereka putar dvd? Okey, okey, Tuhan jangan marah. Min nurut deh. Besok sore Min tenteng cd player ke rumah seberang. Apa? Sekalian bawa dim sum? Dim sum ‘kan cocok dimakan pagi hari. Yaaaa, whatever Tuhan minta deh.”

          Salam.

 

PlainBread's picture

Berkatilah makanan kami

Dari dulu saya diajarkan kalo doa makan "berkatilah makanan kami ...", sampai di gereja saya sekarang, pendeta saya agak aneh mendengar doa saya tersebut. Dia bertanya,"makanan adalah berkat. Kenapa minta memberkati suatu berkat?" Bener juga, saya pikir. Dia tunjukkan ayat di alkitab bahwa ucapan syukur kita menguduskan.

Jadi sekarang saya doa makannya dengan berkata kepada Tuhan,"Terima kasih, Tuhan. Makanannya enak. Saya kenyang."

One man's rebel is another man's freedom fighter

Purnomo's picture

Berkatilah berkat ini

          PB, Anda benar. Kita telah salah kaprah selama ini dalam berucap “berkatilah makanan ini”. Waktu ritrit pernah teman-teman saya berkata harusnya kita berdoa “kuduskanlah makanan ini” agar kuman, debu, asap knalpot, kencing tikus yang mencemarinya kehilangan kekuatan jahatnya. Tetapi kami tidak berani mengatakan “kuduskanlah makanan ini” waktu mau makan karena takut tukang masaknya marah.

          Jadi, tetap saja kami berdoa “berkatilah makanan ini” dengan berharap Tuhan tahu yang kami maksud “kuduskanlah makanan ini”. Siapa tahu kami membelinya dengan uang (sedikit) haram.

           Salam dan thx atas masukannya.

 

PlainBread's picture

Ucapan Syukur

Sama2, Purnomo.

Saya lupa mencantumkan ayatnya:

1 Tim 4:4-5 Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa.

Walaupun begitu saya juga tidak menyalahkan orang lain yang berdoa dengan "berkatilah makanan ini, ..." Karena saya tahu Tuhan tahu, pengetahuan kita tidak sempurna. Jadi teringat cerita anak kecil yang dikejar anjing lalu dia berteriak "Tuhaaannn!", si anjing langsung berhenti dan berputar arah. Si anak kecil tidak meminta dengan kata2 yang tepat, hanya berteriak. Tapi Tuhan lebih mengetahui apa yang diperlukan si anak. Kitalah anak2 kecil tersebut.

 

 

One man's rebel is another man's freedom fighter